Senin, 30 November 2009

KTI KEBIDANAN: Hubungan Tingkat Pendidikan, Usia, Paritas, dan Pekerjaan terhadap Tingkat Depresi Ibu Pasca Persalinan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah
Reaksi calon ibu terhadap persalinan menurut Hamilton (1995) secara umum tergantung pada persiapannya dan persepsinya terhadap kejadian ini. Baik persiapannya secara fisik, mental dan spiritual. Secara fisik mereka harus bisa menyesuaikan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya setelah persalinan. Mental yang kuat juga dibutuhkan agar ibu-ibu yang telah melahirkan bayi menyadari bahwa sekarang hidupnya akan berubah dengan kedatangan anggota keluarga yang baru. Seharusnya ibu yang telah melalui proses persalinan dengan lancar dapat berbahagia dan mensyukurinya.

Namun di antara sekian ibu yang berbahagia setelah berhasil melahirkan bayi mereka dengan selamat dan sukses, ada yang malah berduka. Mungkin hal ini agak sulit dipercaya, tapi nyatanya ini memang benar-benar terjadi (http://satumed.com/index.html/wanita, 2004). Sebagian besar dari wanita yang pernah merasakan gangguan ini menggambarkan perasaan yang mereka alami adalah perasaan sedih, kecewa maupun mudah menangis. Namun, perasaan seperti ini bukanlah sesuatu yang aneh. Hal ini disebabkan karena perubahan cara hidupnya setelah mempunyai bayi. Adanya perasaan kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang menjurus pada suatu reaksi sedih. Apabila situasi seperti ini dibiarkan saja akan menjadi parah oleh adanya ketidaknyamanan jasmani, rasa letih, stress, dan dapat mengakibatkan depresi pada ibu.
Depresi yang konon mendera sekitar 1 dari 10 wanita yang baru melahirkan ini disebut depresi pasca salin atau depresi post partum. Dalam Hamilton (1995) ditulis bahwa depresi post partum adalah hal yang umum terjadi karena perubahan kadar hormon dan trauma melahirkan. Tingkat estrogen dan progesteron dalam tubuh turun. Ibu keletihan karena persalinan, dan mereka mengalami nyeri perineum, pembengkakan payudara, dan after pain. Umumnya hal ini terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung lebih buruk sekitar hari ketiga atau keempat setelah persalinan (www.info ibu.com, 2004). Ibu pasca persalinan menjadi depresi ditandai dengan gejala utama mudah tersinggung, marah, menangis; ketegangan, kegelisahan, atau kepanikan ; rasa benci pada diri sendiri, rasa bersalah,; kelesuan, terus-menerus merasa sakit; gangguan pola makan, minum, tidur; libido yang rendah; konsentrasi atau ingatan yang sedikit (Marshall, 2004).
Data yang didapatkan dari klasifikasi Internasional berbagai penyakit (ICD-10) memasukkan depresi pasca persalinan sebagai suatu penyebab yang menimbulkan gangguan psikologi (Koblinsky, 1993). Angka yang sering didengungkan adalah bahwa 10 % dari semua wanita pasca melahirkan menderita depresi pasca salin (Marshall, 2004). Sedangkan dari data yang diambil pada 3 bulan terakhir ini yaitu bulan Nopember-Januari 2006 di RB “YH” Maospati didapatkan ibu nifas sebanyak 132 orang dan 15 % orang mengalami depresi pasca salin.
Gangguan psikologis ini dapat timbul dalam berbagai derajat, mulai dari yang ringan hingga berat. Disertai dengan gejala psikologik seperti menjadi pendiam, rasa sedih, pesimistik, putus asa, nafsu bekerja dan bergaul berkurang, tidak dapat mengambil keputusan, lekas lupa, timbul pikiran-pikiran bunuh diri. Sedangkan gejala badaniah ialah ibu kelihatan tidak senang, lelah, tidak bersemangat atau apatis. Dikatakan depresi ringan harus ada 2 gejala psikologik, disertai minimal 2 gejala badaniah. Depresi sedang ada 2 gejala psikologik, disertai minimal 3 gejala badaniah. Depresi berat ada 3 gejala psikologik, disertai minimal 4 gejala badaniah (Maslim, 1998). Mengingat berbagai dampak yang bisa terjadi akibat depresi pada ibu pasca salin, maka perlu dipikirkan lagi upaya pencegahan yang dapat dilakukan, dalam hal ini terutama adalah penyebarluasan informasi.
Oleh karena itu banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertama usia seseorang yang cukup umur akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja daripada mereka yang masih muda (Hurlock, 1995 dikutip oleh Nursalam, 2001). Kedua respon psikologis juga berbeda pada multipara dan primipara. Pada multipara peristiwa kelahiran, perubahan fisik, perubahan hormon, perawatan bayi adalah suatu pengalaman yang seharusnya sudah dapat diadaptasi, sedangkan pada primipara merupakan pengalaman pertama sehingga sering menimbulkan depresi (Marshall, 2004). Ketiga faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan. Klien dengan pendidikan yang tinggi akan lebih mampu mengatasi menggunakan koping yang efektif dan konstruktif daripada seseorang dengan pendidikan rendah (Nursalam, 2001). Keempat ibu pasca persalinan yang bekerja akan merasa lebih terganggu daripada ibu yang tidak bekerja karena perubahan penampilannya sehingga timbul kecemasan (Long, 1996 dikutip oleh Nursalam, 2001).
Dalam menanggapi permasalahan di atas Bidan dapat memberikan perhatian khusus seperti melakukan komunikasi terapeutik pada ibu hamil pada saat ANC agar nantinya tidak terjadi depresi pasca salin, memberikan dorongan pada ibu untuk menceritakan emosinya yang menyakitkan, kesempatan yang luas untuk bertanya, membiarkan ibu mengungkapkan apa yang dirisaukannya. Untuk itu perlu dilakukan kajian ilmiah tentang uraian di atas, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara usia, tingkat pendidikan, paritas dan pekerjaan dengan tingkat depresi yang terjadi pada ibu pasca salin.
1.2 Identifikasi faktor penyebab masalah
Pada masa nifas sering dijumpai gangguan psikologis pada ibu. Salah satunya yaitu depresi pasca salin yang ditandai dengan gejala ibu menjadi sangat emosional, sedih, khawatir, mudah tersinggung, cemas dan mudah marah.
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam perubahan ini meliputi usia, paritas, tingkat pendidikan dan pekerjaan, lingkungan, kemiskinan, dukungan sosial dari suami dan keluarga yang kurang juga ikut berperan dalam menimbulkan depresi pasca salin.
Dalam penelitian ini obyek yang akan diteliti adalah hubungan usia, tingkat pendidikan, paritas dan pekerjaan dengan tingkat depresi yang terjadi pada ibu pasca salin.
1.3 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dalam penelitian ini masalah yang dikaji yaitu adakah hubungan usia, tingkat pendidikan, paritas, dan pekerjaan dengan tingkat depresi yang terjadi pada ibu pasca salin?

1.4 Tujuan penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Diketahuinya hubungan antara usia, tingkat pendidikan, paritas dan pekerjaan dengan tingkat depresi yang terjadi pada ibu pasca salin di RB “YH” Maospati pada bulan Maret-Mei 2006.
1.4.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi usia pada ibu pasca salin.
2. Mengidentifikasi tingkat pendidikan pada ibu pasca salin.
3. Mengidentifikasi paritas pada ibu pasca salin.
4. Mengidentifikasi pekerjaan pada ibu pasca salin.
5. Mengidentifikasi tingkat depresi pada ibu pasca salin.
6. Menganalisis hubungan antara usia dengan tingkat depresi pada ibu pasca salin.
7. Menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat depresi pada ibu pasca salin.
8. Menganalisis hubungan antara paritas dengan tingkat depresi pada ibu pasca salin.
9. Menganalisis hubungan antara pekerjaan dengan tingkat depresi pada ibu pasca salin.
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1 Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman baru dalam menerapkan mata kuliah metodologi penelitian.

1.5.2 Bagi rumah bersalin
Merupakan tambahan informasi dalam memberikan pelayanan kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada ibu pasca salin sehingga dapat mencegah terjadinya depresi pasca salin.
1.5.3 Bagi masyarakat
Menambah wawasan dan informasi bagi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan.
1.5.4 Bagi akademik
Menambah kajian baru dalam bidang pelayanan kebidanan dan dapat dijadikan sebagai bahan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan depresi pasca salin.
1.5.5 Bagi peneliti lain
Dapat memberi gambaran atau informasi bagi peneliti berikutnya
DAPETIN BAB 1,2,3,4,5 lengkap hanya Rp. 50.000 hub No. 024-33155092
Selengkapnya...

Sabtu, 28 November 2009

KTI : EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Manuaba (2008) mengatakan dibagian kebidanan selalu terjadi gelak tawa atau ratap tangis silih berganti karena kelahiran bayi yang didambakan atau kematian ibu karena kehamilan dan persalinan. Situasi demikian merupakan keadaan biasa pada setiap persalinan diseluruh dunia, terutama di negara berkembang dengan Angka Kematian Ibu (AKI) yang relatif tinggi yaitu sekitar seratus kali lebih besar daripada negara maju. Tahun 2002-2003 dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan angka 307/100.000 Kelahiran Hidup jauh diatas target Angka Kematian Ibu (AKI) untuk Millineum Development Goal (MDG) pada tahun 2015 yaitu sekitar 102/100.000 Kelahiran Hidup. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 angka kematian ibu masih tinggi yaitu 262/100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari tarjet tujuan pembangunan millennium yakni 125/100.000 kelahiran hidup (Supari, 2008). Sementara Angka Kematian Bayi Baru Lahir (AKBBL) di Indonesia mencapai 35/100.000 Kelahiran Hidup atau dua kali lebih besar dari target WHO sebesar 15/100.000 Kelahiran Hidup (Anonim, 2007). Rezky (2007) mengatakan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh 1) faktor medis (langsung dan tidak langsung). Ibrahim (2007) menyebutkan, penyebab langsung (perdarahan, infeksi, pre eklampsia dan eklampsia), penyebab tidak langsung (tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan sistem rujukan), 2) faktor sistem pelayanan (sistem pelayanan antenatal, sistem pelayanan persalinan, sistem pelayanan paska salin, pelayanan kesehatan anak), 3) sosial budaya dan peran serta masyarakat (kurangnya pengenalan masalah, terlambatnya proses pengambilan keputusan, kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan, peran masyarakat terhadap kesehatan ibu dan anak).

Pemerintah telah berupaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) diantaranya adalah pada tahun 1978 WHO melalui strategi pendekatan resiko dengan pelayanan kesehatan dasar, berupaya melakukan 1) pemerataan upaya kesehatan, 2) penekanan pada upaya pencegahan, 3) penggunaan tehnologi tepat guna, 4) peran serta masyarakat kemandirian, 5) kerjasama lintas sektor. Program ini oleh pemerintah dinyatakan kurang berhasil karena pada kenyataannya lebih dari 90% kematian ibu disebabkan oleh komplikasi obstetric (Rochjati, 2008). Menurut Saifuddin (2002) pada tahun 1987 pemerintah membentuk Safe Motherhood dengan empat pilar yaitu 1) Keluarga Berencana (KB), 2) Antenatal care (ANC), 3) Persalinan bersih dan aman, 4) Pelayanan obstetric esensial. Dewasa ini program Keluarga Berencana sebagai pilar pertama telah dianggap berhasil. Namun untuk mendukung upaya penurunan AKI , diperlukan penajaman “empat terlalu“ dan kehamilan yang tidak diinginkan dapat ditekan serendah mungkin. Akses terhadap pelayanan antenatal sebagai pilar kedua cukup baik, yaitu 87% pada 1997, namun mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Persalinan sebagai pilar ketiga yang dikategorikan sebagai pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan , pada tahun 1997 baru mencapai 60%. Untuk mencapai AKI sekitar 200/100.000 Kelahiran Hidup diperlukan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sekitar angka 80%. Cakupan pelayanan obstetric esensial sebagai pilar keempat masih sangat rendah, dan mutunya belum optimal. Kurun waktu 1990-1996 penempatan bidan di desa sudah mampu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) namun sangat lambat. Menurut Saifuddin (2004) pada tahun 1999 WHO meluncurkan strategi MPS (Making Pregnancy Safer). Salah satu sasaran yang ditetapkan adalah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 125/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian bayi menjadi 16/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Untuk mencapai sasaran tersebut ditetapkan empat strategi dan azaz-azaz pedoman operasional strategi antara lain bahwa MPS memusatkan perhatiannya pada pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang baku, cost effective, dan berdasarkan bukti (evidence based), pada semua tingkat pelayanan dan rujukan kesehatan, baik di sektor pemerintah maupun swasta. Keluaran yang diharapkan dari stategi ini adalah terselenggaranya pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dasra berkualitas di Polindes dan Puskesmas, Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas dengan tempat tidur, dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit Kabupaten/Kota dan Rumah sakit Propinsi. Menurut Bahaudin (2007) sesuai dengan SK Menkes No. 564/2006 seluruh desa di Indonesia menjadi Desa Siaga pada akhir tahun 2008. Kriteria dari Desa Siaga adalah apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Poskesdes merupakan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
Dari survey pendahuluan yang telah dilakukan, di wilayah kerja Puskesmas Panekan tahun 2008 masih terdapat 1 Angka kematian Ibu (AKI) dan 5 Angka Kematian Bayi (AKB). Data ini diperoleh dari data PWS KIA Puskesmas Panekan pada tahun 2008.
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sudah mampu menurunkan tetapi sangat lamban, karena pada pada kenyataannya sampai sekarang ini angka kematian ibu di Indonesia masih jauh dari target yang diharapkan pada tahun 2010 yaitu angka kematian ibu menurun menjadi 125/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi baru lahir menjadi 16/1000 kelahiran hidup (Saifuddin, 2002). Menurut Laksmono (2007) sekitar 70% ibu hamil yang mengalami komplikasi dikarenakan tidak mendapat pelayanan yang memadai.
Salah satu solusi terbaru untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi adalah dengan melaksanakan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) melalui pemasangan stiker persalinan pada semua rumah ibu hamil yang akhir-akhir ini telah digalakkan oleh Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari pada 18 Juli 2007 secara nasional dengan penempelan stiker pada semua ibu hamil (Ibrahim, 2008). Di Kabupaten girikusumo Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) mulai dilaksanakan sejak 2007, untuk Kecamatan Wilayah kerja Puskesmas Panekan khususnya Desa Jabung Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) mulai berjalan pada awal 2008 tetapi sampai sekarang belum dilakukan evaluasi. Menurut Wirajuda (2008) dalam program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) tertera nama ibu hamil, taksiran persalianan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi, dan calon pendonor darah.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut untuk mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)
BAB 1,2,3,4,5 lengkap sama olah datanya hubungi kami segera
Selengkapnya...

Jumat, 27 November 2009

ASUHAN KEBIDANAN TELUARGA PADA Tn. R DENGAN MASALAH UTAMA IMUNISASI TIDAK LENGKAP PADA An. A

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Dewasa ini angka kesakitan dan kematian pada bayi dan anak balita cukup tinggi hal ini disebabkan berbagai faktor dimana salah satu penyebabnya adalah penyakit menular. Padalah penyakit ini sebagian dapat dicegah dengan pemberian kekebalan terhadap bayi dan anak balita (imunisasi). Usaha untuk membantu menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian pada bayi dan balita dengan cara pemberian imunisasi pada bayi 0-11 bulan. Pelaksanaan pemberian imunisasi dapat melalui posyandu pos pelayanan terpadu (posyandu) sebagai upaya peningkatan peran masyarakat serta menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan khususnya imunisasi dimasyarakat.
Sejak pelita II jenis cukupan imunisasi terus ditingkatkan sehingga pada pelita III mulai dilaksanakan pemberian imunisasi lengkap yang meliputi BCG, DPT, Polio, campak, imunisasi untuk mencegah tetanus pada wanita usia subur, calon pengantin dan ibu hamil dan DT pada anak sekolah.
(AH Markum, 1999)
Pada pengkajian yang dilakukan pada tanggal 9 februari – 21 februari 2009 (2 minggu) di kelurahan Tandang kecamatan Tembalang kabupaten Semarang khususnya pada Rt 3 Rw XIV ditemukan masih banyak anak – anak balita yang memperoleh imunisasi belum lengkap, yaitu sekitar 5 balita dari 15 anak.Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk membuat judul “Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn. L dengan An.R Belum Mendapatkan Imunisasi Lengkap”.

Pembatasan Masalah
Dalam penyusunan studi kasus ini, penulis hanya membuat batasan masalah mengenai :
1. Kesehatan keluarga Tn.L
2. Imunisasi pada An.R

Tujuan Penulisan
3. Tujuan Umum
Untuk menerapkan teori kebidanan komunitas yang penulis peroleh selama mengikuti prodi kebidanan STIKES Karya Husada Semarang di RW XIV Kelurahan Tandang Kecamatan Tembalang.

4. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui masalah kesehatan yang ada pada keluarga Tn. L
b. Melakukan intervensi terhadap masalah kesehatan keluarga dengan menetapkan asuhan kebidanan pada keluarga Tn. L.
c. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang masalah kesehatan terutama tentang imunisasi
d. Meningkatkan peran serta keluarga, kader, petugas puskesmas, mengatasi masalah kesehatan yang ada.
Metode dan Teknik Penulisan
Dalam menyusun laporan kebidanan komunitas, penulis menggunakan metode diskriptif (Notoatmodjo, 1999) yaitu gambaran suatu keadaan secara obyektif untuk memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada keluarga Tn. L di RT 3 RW XIV Kelurahan Tandang Kecamatan Tembalang.
Pengumpulan data dilakukan melalui cara :
5. Wawancara atau Interview
Penulis melakukan Tanya jawab dengan pihak yang bisa dijadikan sumber data.
6. Observasi
Penulis melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian yaitu keluarga dan lingkungan.
7. Pemeriksaan fisik
Penulis melakukan pemeriksaan pada pasien, keluarga, dan mengumpulkan data-data hasil pemeriksaan tersebut.
8. Studi dokumentasi
Penulis mengumpulkan data dari catatan medik yang berhubungan dengan pasien.
9. Studi kepustakaan
Penulis mempelajari buku-buku, literature – literature, diklat sebagai pedoman teoritis tentang rumusan dalam pengamatan.

Sistematika Penulisan
Dalam penyusun studi kasus menggambarkan sistematika penyusunan yang telah ditentukan, adapun penyusunannya adalah sebagai berikut :
BAB I : Berisi pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metodologi penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Berisi tentang kerangka konsep mengenai prinsip kebidanan komunitas, keperawatan kesehatan masyarakat pada tingkat keluarga,PHC (Primary Health Care).
BAB III : Berisi tinjauan kasus yang mencakup pengkajian, interpretasi data, identifikasi diagnosa atau masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, internensi, implementasi, dan evaluasi.
BAB IV : Berisi pembahasan yang berorientasi pada problem dengan argumentasi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.
BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
KERANGKA KONSEP
TINJAUAN TEORI

Prinsip Kebidanan Pada Komunitas
1. Konsep kebidanan komunitas
Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu (Syahlan).
Komunitas adalah kelompok orang yang berada disuatu lokasi tertentu, kebidanan komunitasi dapat juga merupakan bagian atau lanjutan pelayanan kebidanan di poli kesehatan (Syahlan).
Pelayanan kebidanan komunitas pada hakikatnya adalah upaya yang dilakukan oleh bidan untuk pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak balita didalam keluarga dan masyarakat (Syahlan, 1998).

2. Manajemen kebidanan komunitas
Penerapan manajemen kebidanan melalui proses yang secara berurutan yaitu identifikasi masalah, rencana pelaksanaan, tindakan pelayanan dan evaluasi hasil tindakan.
Berikut ini penerapan manajemen kebidanan yang dijelaskan.
a. Pengkajian
Pada langkah criteria ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengenalkan keadaan klien secara lengkap, diperoleh melalui.
1. Data Subyektif
Data subyektif diperoleh dari informasi langsung yang diterima dari pasien (masyarakat) yang dilakukan dengan wawancara.(Syahlan, 1998)
2. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh dari hasil observasi pemeriksaan dan penelaahan catatan keluarga diperlukan untuk pengumpulan data obyektif kesehatan keluarga dibuat lembar pengisian yang berisikan berbagai hal yang perlu diobservasi dan pemeriksaan.
b. Interpretasi data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik.
c. Identifikasi diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasikan.
d. Identifikasi kebutuhan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera yang harus dilakukan berdasarkan masalah atau diagnosa potensial yang timbul.
e. Merencanakan asuhan
Pada langkah ini dilakukan rencana asuhan yang akan diberikan berdasarkan hasil pengkajian secara keseluruhan.
f. Melaksanakan perencanaan
Langkah keenam ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang sudah dibuat dari hasil pengkajian secara keseluruhan.
g. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketetapan atau kesempurnaan antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan, suatu kegiatan dinyatakan berhasil bila hasil evaluasi menunjukkan data yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, bila tujuan tidak tercapai maka dikaji penyebabnya.





Keperawatan Kesehatan Masyarakat pada tingkat keluarga
3. Konsep Keluarga
Keluarga adalah unit kecil masyarakat, terdiri atas 2 orang atau lebih, adalnya ikatan perkawinan dan perlatihan hidup dalam 1 rumah tangga. (Depkes RI, 1998)
Tipe / bentuk keluarga menurut Drs. Nasrul Effendi 1998 yaitu keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga anak (extended family) yaitu keluarga inti ditambah sanak saudara.
Keluarga berantai (serial family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari 1 x dan merupakan satu kelurga inti. Single family yaitu keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian. Composite adalah keluarga yang perkawinannya poligami dan hidup secara bersama.
Pemegang kekuasaan dalam keluarga ada 3 yaitu : Patriakal pemegang kekuasaan ayah, Matriakal pemegang kekuasaan ibu, dan Equalitirain pemegang kekuasaan adalah ayah dan ibu. (Nasrul Effendi, 1999).
4. Perawatan Kesehatan Keluarga
a. Pengertian
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan pada keluarga.
b. Tujuan
1. Tujuan Umum
Perawatan kesehatan menurut Effendy 2000 untuk mengingatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga.
2. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan.
Meningkatkan kemampuan keluarganya dalam menaggulangi masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarganya.



3. Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga yang mempunyai masalah kesehatan akibat ketidaktahuan, ketidakmauan, ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya.
(Deprtemen Kesehatan RI 2001)

PHC (Primary Health Care – Upaya Kesehatan Dasar)
Menurut Effendy 1999, PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat.
Tujuan umum dari PHC menurut Effendy 1999 adalah mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan, sehingga akan tercapai tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan. Tujuan kusus dari PHC adalah pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani, berdasarkan kebutuhan medis dan populasi yang dilayani dan secara maksimum.
Fungsi PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, pemberian pengobatan, pelayanan tidak lanjut, peningkatan kesehatan dan pemulihan kesehatan. Tiga unsur utama PHC adalah mencakup upaya-upaya dasar kesehatan, melibatkan peran serta masyarakat dan melibatkan kerjasama lintas sektoral.
Ciri-ciri perawatan kesehatan masyarakat, pelayanan yang :
Utama dan intim dengan masyarakat.
Menyeluruh
Terorganisasi
Mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat.
Berkesinambungan
Progresif
Berorientasi pada keluarga
Tidak berpandangan pada salah satu aspek saja

Kesehatan Lingkungan
Pengertian kesehatan lingkungan menurut Soekidjo Notoatmodjo 2000 adalah suatu kondisi atau keadaan yang lingkungannya yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula.
1. Rumah dan Rumah Sehat
Rumah adalah tempat tinggal manusia dan rumah sehat adalah tempat bernaung tempat beristirahat. Rumah yang sehat harus mempunyai fsilitas-fasilitas sebagai berikut :penyediaan air bersih yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan air limbah (air kotor), pembuangan sampah, dapur, ruang berkumpul keluarga, ventilasi, cahaya (Notoatmodjo, 1999).
2. Pembuangan kotoran manusia (tinja)
Pembuangan kotoran manusia yang dimaksud hanya tempat pembuangan tinja dan urine yang pada umumnya disebut jamban atau kakus.
3. Sampah dan Pengelolaann
Para ahli kesehatan masyarakat Ameika yang dikutip oleh Notoatmodjo 1999, sampah yang dimaksud adalah sesuatu yang tidak digunakan atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia. Jenis sampah ada 3 macam : sampah padat, sampah cair dan sampah dalam bentuk gas. Pengelolaan sampah meliputi : cara pengelolaan sampah antara lain sampah dikumpulkan ditempat tertutup kemudian diangkut ketempat penampungan sementara (TPS) maupun tempat penampungan akhir (TPA) kemudian dimusnahkan. Pemusnahan sampah dilakukan tanam paksa lubang kemudian ditimbun dengan tanah dan jalan membakar dalam tempat pembakaran dan dapat juga dijadikan pupuk (Composhing).
4. Penyediaan air bersih
Menurut Notoatmodjo 1999, air sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan air antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Syarat fisik untuk air minum adalah bening, tidak berasa. Syarat bakteriologis air untuk minum harus bebas dari bakteri teutama bakteri pathogen.
5. Ventilasi
Fungsi pertama ventilasi untuk menjaga agar aliran udara dalam rumah tersebut tetap segar, kedua untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri karena terjadi aliran udara terus-menerus.
Ventilasi ada dua macam yakni ilmiah dan buatan. Ventilasi alamiah terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin. Ventilasi buatan yaitu dengan menggunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut misalnya kipas angin, mesin penghisap udara (Notoatmodjo, 1999).
6. Cahaya
Menurut Notoatmodjo 1999, rumah sehat memerlukan cahaya yang cukup, kurangnya cahaya yang masuk kedalam rumah terutama cahaya matahari disamping kurangnya juga merupakan media atau tempat yang baik berkembangnya bibi-bibit penyakit, sebaiknya terlalu banyak cahaya yang masuk dalam rumah menyebabkan silau dapat merusak mata.
7. Air limbah dan pengelolaannya
Air limbah atau air buangan adalah air sisa yang dibuang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung bahan-bahan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta menggangu lingkungan hidup (Notoatmodjo, 1999).
Untuk mengurangi akibat-akibat buruk tersebut diatas diupayakan sedemikian rupa sehingga air limbah tersebut tidak mengakibatkan pencemaran air untuk mandi, tidak dihinggapi serangga dan tikus serta menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit, tidak terbuka kena udara luar, serta tidak dapat dicapai oleh anak-anak, baunya tidak mengganggu.
E. Teori Medis Imunisasi
Pengertian
1. Imunisasi adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kekebalan tubuh manusia terhadap penyakit tertentu. (Syahlan, 1999).
2. Imunisasi adalah upaya menimbulkan kekebalan seseorang dengan cara memberikan vaksin tertentu (Susanto YC.2001)
3. Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu (Depkes RI, 2001)
Tujuan Imunisasi
Antara lain menurunkan angka kesakitan, menghindari kecacatan serta mencegah suatu penyakit tertentu (AH Markum, 1999).
Manfaat Imunisasi
Untuk anak dapat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh kemungkinan cacat atau kematian. Sedangkan untuk keluarga dapat menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit, tanpa disadari imunisasi untuk Negara akan memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara, memperbaiki taraf hidup bangsa Indonesia diantara bangsa di dunia (J. Biddulp dan J. Stace, 2000).
Macam Imunisasi
Dalam anak tumbuh berkat imunisasi tahun 1999, macam imunisasi terbagi menjadi imunisasi aktif dan pasif. Adapun imunisasi aktif yaitu tubuh akan secara aktif akan menghasilkan zat anti setelah adanya rangsangan vaksin dari luar tubuh misalnya polio, campak. Sedangkan imunisasi pasif yaitu pemberian zat anti bodi meningkat dalam tubuh anak bukan hasil produksi tubuh sendiri tetapi secara aktif diperoleh suntikan atau pemberian dari luar misalnya pemberian ATS (Anti Tetanus Serum).
Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD31)
Difteri
Penyebab difteri adalah corynobacterium type grafis, mitis dan intermedius, difteri menular melalui partikel yang tercemar. Difteri pada kulit ditemukan terutama pada anak-anak. Imunisasi yang dilakukan adalah pemberian DPT (Difteri Pertusis Tetanus) diberikan pada anak SD kelas I.
Pertusis
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Bordetella pertusis. Gejala awal berupa pilek dan batuk, kemudian berlangsung dengan batuk panjang. Penderita kadang-kadang batuk sampai muntah. Penyakit ini dapat menimbulkan kematian akibat komplikasi pneumonia, kematian sering terjadi pada anak dibawah umur 1 tahun.
Penularan biasanya melalui kontak erat. Insiden pertusis pada bayi dibawah umur 6 bulan cukup tinggi, imunisasi dilakukan dengan pemberian DPT dan DT.
Tetanus
Dalam petunjuk reaksi samping imunisasi, kuman penyebab penyakit ini adalah clostridium Tetani, infeksi terjadi melalui luka. Tetanus neonatorum terjadi akibat infeksi pada luka bekas potongan tali pusat. Gejala khas adalah kejang-kejang, wajah menyeriangi, mulut terkancing. Angka kematian kasus ini antara 30% sampai 90%. Kekebalan terhadap tetanus diperoleh melalui vaksinasi lengkap.
Poliomyelitis
Penyebab penyakit ini adalah virus polio. Gejala awal tidak spesifik yaitu batuk dan demam ringan. Kelumpuhan terjadi biasanya tidak simetris pada anggota gerak badan tanpa mengganggu sensibilitas kelumpuhan otot pernafasan dan otot menelan. Sekitar 15 % penderita dapat sembuh dalam waktu 6 minggu, sedangkan sisanya menetap meninggalkan atrophy otot.

Tuberkolusis
Penyakit ini disebabkan oleh mycobacterium tuberculosa, penyakit ini sering pada masyarakat golongan ekonomi rendah. Beberapa organ tubuh terserang penyakit ini seperti paru-paru, kulit, tulang dan sendi, selaput otak, usus serta ginjal. Cara penularan melalui droplet, terutama didaerah padat penduduk, resiko penderita ini tinggi pada usia dibawah 3 tahun. Vaksin pencegah penyakit ini adalah BCG (Bacille Calmette Guerin).
Campak
Penyebab penyakit ini adalah selesma disertai konjungtivitis. Tanda khas adalah berupa bercak merah pada kulit dimulai dari dahi dan belakang telinga, kemudian ke muka, badan dan anggota badan. Setelah sampai 3-4 hari rash (bercak merah kulit) menghilang meninggalkan bercak hiperpigmentasi sampai 1-2 minggu, diakhiri dengan kulit mengelupas. Pemberian vaksin campak satu kali dapat memberi kekebalan lebih dari 14 kali.
Hepatitis B
Penyebab penyakit hepatitis B menurut Depkes RI 1999 adalah virus hepatitis B. gejalanya tidak khas seperti anorexia, nausea, kadang-kadang timbul ikterus. Kelompok resiko tinggi adalah bayi dari ibu pengidap hepatitis B (70-90 %), pecandu narkotika, tenaga medis dan para medis. Pencegahan yang paling efektif adalah imunisasi hepatitis B terutama pada neunatus.
Sasaran dan jadwal pemberian imunisasi
Sasaran imunisasi meliputi bayi umur 0-11 bulan, ibu hamil 0-9 bulan, calon pengantin wanita, anak SD kelas 1, anak SD kelas 6.

JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA PADA Tn. B DENGAN MASALAH
UTAMA IMUNISASI TIDAK LENGKAP PADA An. H

Pengkajian
Hari /tanggal : Selasa 10 Februari 2009
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Rumah Klien

Data Subyektif
Struktur dan Sifat Keluarga
Struktur Keluaga
Nama K K : Tn. L
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Suku : Jawa
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat :
Daftar Anggota Keluarga

No Nama Hub. dlm Kel. JK Umur (th) Tgl lhr Penddkan Pekerjaan ket
1 Tn. L KK L 26 20-7-83 SLTA Swasta Sehat
2 Ny. S Istri P 23 27-11-86 SLTP IRT Sehat
3 An. R Anak L 10 bl 28-4-08 - - Sehat

Genogram
Keterangan :
Sifat keluarga
Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami
Kebiasaan tidur dan istirahat
Tn. L
Nutrisi : makan 3 kali sehari (porsi banyak, nasi, sayur, lauk, ikan, tempe). Minum air putih 7 - 8 gelas /hari.
Eliminasi : BAB ± 1 x /hari, BAK 5-6 x /hari
Istirahat : tidur siang tidak pernah, malam 8 jam/hari
Kebersihan diri : Mandi : 2 x /hari Gosok gigi : 3 x /hari, ganti baju: 2 x/hari, keramas : 3 x/minggu


Ny. S
Nutrisi : makan 3 kali sehari (porsi sedang, nasi, sayur, lauk, ikan, tempe). Minum air putih 7 - 8 gelas /hari.
Eliminasi : BAB ± 1 x /hari, konsistens lembek, BAK 6 x /hari warna kuning.
Istirahat : tidur siang 2 jam /hari, malam 8 jam/hari
Kebersihan diri : Mandi : 2 x /hari Gosok gigi : 2 x /hari, ganti baju : 2 x/hari, keramas : 3 x/minggu
An. R
Nutrisi : makan bubur, minum ASI+susu formula
Eliminasi : BAB ± 1-2 x /hari konsistensi lunak, BAK 5 x /hari, warna kuning.
Istirahat : tidur siang 2 jam /hari, malam 9 jam/hari
Faktor Sosio, Ekonomi dan Budaya
Penghasilan dan Pengeluaran
Pekerjaan : Karyawan swasta
Jam kerja : 07.00 – 17.00 WIB
Besar uang yang dihasilkan / bulan : Rp. 900.000,-
Pemenuhan kebutuhan : untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Simpanan keuangan : disimpan sendiri
Penentuan keuangan : Tn. L
Suku dan Agama
Suku : Jawa
Agama : Islam

Peranan anggota dalam keluarga
Ayah (Tn. L ) : sebagai kepala keluarga yang member nafkah
Ibu (Ny. S ) : sebagai pedagang yang membantu mencari nafkah sekaligus merawat dan mendidik anak.
Anak (An. R ) : sebagai kakak
d. Hubungan keluarga dan masyarakat
Hubungan keluarga Tn. L dalam masyarakat baik
Faktor Lingkungan
Perumahan (Lingkungan fisik/ sarana sanitasi)
Pembuangan kotoran
Pengbuangan kotoran menggunakan jamban
Penyediaan air bersih
Penyediaan air bersih dari PDAM
Pembuangan sampah
Pembuangan sampah ditempat sampah terbuka
Jendela dan kelembaban
Baik, udara dapat keluar masuk melalui jendela.
Lingkungan rumah
Cukup bersih
Fasilitas hiburan
TV, radio
Fasilitas sosial dan kesehatan yang ada
Bila ada yang sakit dibawa ke puskesmas
Denah rumah

Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan keluarga
Didalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menular seperti : hepatitis, TBC
Dalam keluarga ada yang menderita penyakit batuk pilek
Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat cacat bawaan/cacat sejak lahir.
Riwayat keluarga berencana
Istri menggunakan alat kontrasepsi suntik depo ( 3 bulan )
c. Riwayat imunisasi keluarga
Anak R belum imunisasi campak karena pada saat jadwal imunisasi sakit,dan setelah sembuh ibunya lupa.
Psikososial
Status emosi
Keadaan emosional keluarga baik dan terkendali dan anggota keluarga merasa senang hidup bersama.
Konsep diri
Ayah (Tn. L) : disiplin dan bijaksana
Ibu (Ny. S) : sabar
Anak (An.R) : Lebih dekat sama ibu
Pola interaksi
Baik ada hubungan timbal balik antara anggota keluarga dan masyarakat
Pola pertahanan keluarga
Baik, setiap anggota keluarga saling menjaga
Pengetahuan keluarga tentang tumbuh kembang keluarga
Pertumbuhan dan perkembangan kesehatan berjalan dengan baik atau normal dan tidak ada kelainan
Orang tua mengetahui perkembangan tentang tumbuh kembang kesehatan anak H
5 bulan tengkurap
6 bulan anak mulai bisa meraih benda yang ada didekatnya
9 bulan anak bisa merangkak

Data Obyektif
Pengkajian atau pemeriksaan fisik
Ayah (Tn. L)
KU : baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 120/80 mmHg Suhu : 370C
Nadi : 80 x/menit Pernafasan : 20 x/ menit

Antropometri :
BB : 66 kg
TB : 167 cm
Status present
Kepala : Rambut ikal, kepala mesochepal
Mata : Sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat
Hidung : Bersih, tidak ada discharge
Mulut : Bersih, gigi tidak caries, rongga mulut bersih
Telinga : Bersih, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Dada : Simetris
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan pada hepar dan lien
Anus : Tidak dilakukan
Ekstremitas : Kuku bersih, simetris, pergerakan terkoordinasi
Turgor : Baik

Ibu (Ny. S)
KU : baik
Kesadaran : composmetris
TTV
Tensi : 110/70 mmHg Suhu : 370C
Nadi : 80 x/menit Pernafasan ; 20x/menit
Antropometri :
BB : 55 kg
TB :156 cm
Status present
Kepala : Mesochepal, rambur gelombang
Mata : Sklera tidak ikteri, konjungtiva tidak pucat.
Hidung : Bersih, tidak ada discharge
Mulut : Bersih, gigi tidak caries, rongga mulut bersih
Telinga : Bersih, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Dada : Simetris
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan dapa hepar dan lien
Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : kuku bersih, simetris, pergerakan terkoordinasi
Turgor : baik
Anak (An. I)
KU : baik
Kesadaran :composmentis
TTV
Suhu : 36,90C
Pernafasan ; 24x/menit
Antropologi :
BB : 9,5 kg
TB : 80 cm
Status present
Kepala : Mesochepal, rambur gelombang
Mata : Sklera tidak ikteri, konjungtiva tidak pucat.
Hidung : Bersih, tidak ada discharge
Mulut : Bersih, gigi tidak caries, rongga mulut bersih
Telinga : Bersih, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Dada : Simetris
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan dapa hepar dan lien
Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : kuku bersih, simetris, pergerakan terkoordinasi
Turgor : baik
INTERPRETASI DATA
Diagnosa :
An. R, Usia 10 bulan dengan imunisasi tidak lengkap
Dasar :
Ibu menyetakan anaknya bernama An. R
Ibu menyatakan anaknya barumur 10 bulan
Ibu menyatakan anaknya belum diimunsasi campak saat berusia 9 bulan


IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL
Tidak muncul

ANTISIPASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Tidak dilakukan

INTERVENSI
Beri pendidikan kesehatan kepada ibu tentang manfaat imunisasi
Berikan penyuluhan kepada keluarga tentang bahaya tidak diimunisasi.
Beritahu ibu akan pentingnya imunisasi.
Ajurkan ibu agar tidak melupakan jadwal imunisasi.

IMPLEMENTASI
Dilaksanakan pada tanggal : 10 Februari 2009 Jam16.15 WIB
Memberi pandidikan kesehan kepada ibu tentang manfaat imunisasi. Imunisasi bermanfaat untuk mencegah penyakit maupun cedera dan keracunan yang meliputi seluruh masa kehidupan dan juga bermanfaat dalam tubuh untuk menghindari terjadinya sakit atau cedera dan cacat.
Memberikan penyuluhan pada keluarga tentang bahaya tidak diimunisasi. Apabila tidak diimunisasi dengan lengkap kemungkinan resiko untuk terkena penyakit hepatitis, meningitis, polio dan cacar.
Memberitahu ibu dan keluarga akan pentingnya imunisasi.
Menganjurkan ibu untuk tidak melupakan jadwal imunisasi.
EVALUASI
Dilakukan pada tanggal 10 Februari 2009 jam 17.10 WIB.
Ibu sudah mengerti dengan semua penjelasan yang telah diberikan dan ibu brsedia untuk selalu mengingat jadwal imunisasi. Dan ibu juga bersedia untuk mengimunisasikan anaknya ke puskesmas atau pada saat posyandu.


PENGKAJIAN HARI KE-2
Dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2009, Jam : 16.00 WIB
Data Subyektif : Ibu mengatakan pileknya sudah berkurang
Data Obyektif :
KU : Baik
kesadaran : composmentis
TTV :
Suhu : 36,50C
Nadi : 100x/menit
RR : 40 x /menit

INTERPRETASI DATA
Diagnosa : An. R, usia 10 bulan dengan Imunisasi belum lengkap
Dasar : - Ibu Menyatakan anaknya bernama An. R
Ibu menyatakan anaknya berusia 10 bulan
- Ibu menyatakan anaknya belum diimunisasi campak.

IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL
Tidak muncul

IDENTIFIKASI ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
Tidak dilakukan

INTERVENSI
Pantau KU anak dan TTV
Beritahu ibu untuk selalu menjaga kesehatan anaknya
Anjurkan ibu untuk memperhatikan pola makan dan istirahat anaknya.





IMPLEMENTASI
Dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2009 jam : 16.30 WIB
Memantau KU anak dan TTV
Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kesehatan anaknya dengan cara memandikan anaknya 2x/hari, ganti baju 2x/hari dan mengajarkan pada anaknya untuk menggosok gigi dengan benar.
Manganjurkan pada ibu untuk memperhatikan pola makan dan istirahat anaknya

EVALUASI
Dilakukan pada tanggal 19 Februari 2009 jam 16.40 WIB.
KU : Baik
TTV :
Suhu : 36,30C
Nadi : 100 x/menit
RR : 40 x/menit
Ibu mengerti dan paham tentang penjelasan yang diberikan dan mau melaksanakannya
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Data subyektif
Berdasarkan anamnesa dari seluruh keluarga Tn. L diketahui bahwa ada salah satu anggota keluarga yaitu An. R belum mendapatkan imunisasi lengkap karena setiap anak akan diimunisasi selalu panas.
Data Obyektif
Pemeriksaan yang dilakukan pada keluarga Tn. L meliputi pemeriksaan fisik sesuai dengan teori yang telah dilakukan tidak ada yang perlu dikawatirkan hanya pada salah satu keluarga yaitu An. L dari KMS nya diketahui bahwa belum mendapat imunisasi secara lengkap.
Sesuai dengan toeri bahwa anak balita harus mendapatkan imunisasi secara lengkap sebelum berumur 1 tahun.
B. Interpretasi Data
Dalam melakukan pengkajian dari data subyektif dan obyektif didapatkan keluarga Tn. L ada salah satu anggota keluarga yang belum mendapatkan imunisasi secara lengkap yaitu An. R belum mendapat vaksin campak karena selalu panas bila akan diimunisasi. Maka penulis dapat menentuka diagnosa yaitu An. R umur 10 bulan dengan kebutuhan imunisasi campak.
C. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Dari pengkajian yang dilakukan pada keluarga Tn. L tidak ditemukan masalah potensial hal ini karena kebutuhan imunisasi tidak membutuhkan penanganan secepat mungkin karena tidak lengkapnya imunisasi tidak langsung menimbulkan penyakit yang fatal.
D. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Dari pengkajian tidak ditemukan masalah potensial maka pada langkah inipun juga tidak dilakukan tindakan segera.


E. Intervensi
Karena pada pengkajian tidak ditemukan salah satu anggota keluarga Tn. L yang belum mendapat imunisasi secara lengkap maka penulis merencanakan kebutuhan apa yang diperlukan An. R yaitu :
1. Anjurkan ibu untuk mengimunisasikan anaknya ditempat-tempat pelayanan imunisasi.
2. Anjurkan ibu untuk selalu memantau tumbuh kembang anaknya setiap bulan.
3. Anjurkan ibu untuk memberikan makanan tambahan kepada keluarga.
F. Implementasi
Apa yang diintervensikan sudah dilaksanakan semua implementasi berjalan tanggal 10 Februari 2009 jam 16.15 WIB. Setelah dilakukan implementasi ibu menjadi mengerti tentang imunisasi, jadwal pemberian imunisasi dan ibu bersedia untuk segera mengimunisasikan anaknya.
G. Evaluasi
Setelah penulis melakukan implementasi tanggal 10 Februari 2009 jam 16.15 WIB dapat langsung dievaluasi pada tanggal 10 Februari 2009 jam 17.10 WIB. Hasil evaluasi menunjukkan respon positif dari ibu An. R dengan menanyakan kepada bidan terdekat atau dipuskesmas besok tentang jadwal imunisasi.


BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraian diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
Pengkajian dalam asuhan kebidanan keluarga pada Tn. L dengan masalah imunisasi tidak lengkap pada An. R disebabkan karena pada waktu anak seharusnya diiminusasi, anak mengalami batuk, pilek dan panas.
Pada interpretasi data didapatkan diagnosa bahwa anak belum diimunisasi secara lengkap.
Identifikasi diagnose pada An. R tidak muncul karena pada pengkajian tidak didapatkan adanya tanda-tanda yang mengarah pada kegawat daruratan.
Antisipasi kebutuhan segera tidak dilakukan karena diagnosa potensial tidak muncul.
Penulis memberikan interfensi yaitu : berikan penyuluhan kepada keluarga tentang masa imunisasi dan bahaya tidak diimunisasi.
Implementasi dilaksanakan secara menyeluruh sehingg tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori.
Evaluasi yang dilakukan pada asuhan kebidanan keluarga pada Tn. L didapatkan hasil bahwa An. R belum diimunisasi secara lengkap.
Evaluasi hasil akhir yang didapat yaitu : An. R sudah diimunisasi dengan lengkap yaiu imunisasi campak pada hari : sabtu, 14 februari 2009.
Saran
Bagi Keluarga / Masyarakat.
Bagi keluarga Tn. L hendaknya bila kurang tahu tentang imunisasi bertanya lebih jelas kepada petugas kesehatan, bila perlu diberi penjelasan secara khusus.
Bagi Tenaga Kesehatan.
Bagi tenaga kesehatan didalam memberi penyuluhan hendaknya menjelaskan secara detail dan terperinci dengan melihat tingkat pendidikan dan pemahaman klien.
Bagi Instansi Pendidikan Kesehatan
Diharapkan dapat menambah karya-karya ilmiah tentang imunisasi, sehingga dapat menambah wawasan tentang imunisasi.
Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Perlu ditingkatkan kerjasama antara masyarakat, tokoh masyarakat, kader kesehatan, petugas kesehatan, kelurahan, kecamatan dalam upaya penyuluhan tentang imunisasi.

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN KESEHATAN

Pokok Bahasan : Imunisasi
Sub Pokok Bahasan : Imunisasi pada bayi
Waktu : 20 menit
Sasaran : oranag tua balita
Tempat : RT III / RW XIV Kelurahan Tandang

Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan orang tua dari balita tersebut dapat mengetahui dan memahami tentang imunisasi bagi bayi.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan ibu yang mempunyai bayi mengetahui tentang :
Pengertian imunisasi
Tujuan imunisasi
Manfaat imunisasi
Macam imunisasi
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
Sasaran dan jadwal pemberian imunisasi
Kegiatan Pendidikan Kesehatan

Tinjauan Pustaka
AH Markum (1999), Imunisasi. Fakultas Kedokteran UI Jakarta
Susanto YC (1999). Imunisasi. Fakultas Undip
Departemen Kesehatan RI (2000). Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia. Dirjen PPM dan penyehatan lingkungan.
Lampiran
Teori Medis Imunisasi
Pengertian
4. Imunisasi adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kekebalan tubuh manusia terhadap penyakit tertentu. (Syahlan, 1999).
5. Imunisasi adalah upaya menimbulkan kekebalan seseorang dengan cara memberikan vaksin tertentu (Susanto YC.2001)
6. Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu (Depkes RI, 2001)
Tujuan Imunisasi
Antara lain menurunkan angka kesakitan, menghindari kecacatan serta mencegah suatu penyakit tertentu (AH Markum, 1999).
Manfaat Imunisasi
Untuk anak dapat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh kemungkinan cacat atau kematian. Sedangkan untuk keluarga dapat menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit, tanpa disadari imunisasi untuk Negara akan memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara, memperbaiki taraf hidup bangsa Indonesia diantara bangsa di dunia (J. Biddulp dan J. Stace, 2000).
Macam Imunisasi
Dalam anak tumbuh berkat imunisasi tahun 1999, macam imunisasi terbagi menjadi imunisasi aktif dan pasif. Adapun imunisasi aktif yaitu tubuh akan secara aktif akan menghasilkan zat anti setelah adanya rangsangan vaksin dari luar tubuh misalnya polio, campak. Sedangkan imunisasi pasif yaitu pemberian zat anti bodi meningkat dalam tubuh anak bukan hasil produksi tubuh sendiri tetapi secara aktif diperoleh suntikan atau pemberian dari luar misalnya pemberian ATS (Anti Tetanus Serum).

Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD31)
Difteri
Penyebab difteri adalah corynobacterium type grafis, mitis dan intermedius, difteri menular melalui partikel yang tercemar. Difteri pada kulit ditemukan terutama pada anak-anak. Imunisasi yang dilakukan adalah pemberian DPT (Difteri Pertusis Tetanus) diberikan pada anak SD kelas I.
Pertusis
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Bordetella pertusis. Gejala awal berupa pilek dan batuk, kemudian berlangsung dengan batuk panjang. Penderita kadang-kadang batuk sampai muntah. Penyakit ini dapat menimbulkan kematian akibat komplikasi pneumonia, kematian sering terjadi pada anak dibawah umur 1 tahun.
Penularan biasanya melalui kontak erat. Insiden pertusis pada bayi dibawah umur 6 bulan cukup tinggi, imunisasi dilakukan dengan pemberian DPT dan DT.
Tetanus
Dalam petunjuk reaksi samping imunisasi, kuman penyebab penyakit ini adalah clostridium Tetani, infeksi terjadi melalui luka. Tetanus neonatorum terjadi akibat infeksi pada luka bekas potongan tali pusat. Gejala khas adalah kejang-kejang, wajah menyeriangi, mulut terkancing. Angka kematian kasus ini antara 30% sampai 90%. Kekebalan terhadap tetanus diperoleh melalui vaksinasi lengkap.
Poliomyelitis
Penyebab penyakit ini adalah virus polio. Gejala awal tidak spesifik yaitu batuk dan demam ringan. Kelumpuhan terjadi biasanya tidak simetris pada anggota gerak badan tanpa mengganggu sensibilitas kelumpuhan otot pernafasan dan otot menelan. Sekitar 15 % penderita dapat sembuh dalam waktu 6 minggu, sedangkan sisanya menetap meninggalkan atrophy otot.

Tuberkolusis
Penyakit ini disebabkan oleh mycobacterium tuberculosa, penyakit ini sering pada masyarakat golongan ekonomi rendah. Beberapa organ tubuh terserang penyakit ini seperti paru-paru, kulit, tulang dan sendi, selaput otak, usus serta ginjal. Cara penularan melalui droplet, terutama didaerah padat penduduk, resiko penderita ini tinggi pada usia dibawah 3 tahun. Vaksin pencegah penyakit ini adalah BCG (Bacille Calmette Guerin).
Campak
Penyebab penyakit ini adalah selesma disertai konjungtivitis. Tanda khas adalah berupa bercak merah pada kulit dimulai dari dahi dan belakang telinga, kemudian ke muka, badan dan anggota badan. Setelah sampai 3-4 hari rash (bercak merah kulit) menghilang meninggalkan bercak hiperpigmentasi sampai 1-2 minggu, diakhiri dengan kulit mengelupas. Pemberian vaksin campak satu kali dapat memberi kekebalan lebih dari 14 kali.
Hepatitis B
Penyebab penyakit hepatitis B menurut Depkes RI 1999 adalah virus hepatitis B. gejalanya tidak khas seperti anorexia, nausea, kadang-kadang timbul ikterus. Kelompok resiko tinggi adalah bayi dari ibu pengidap hepatitis B (70-90 %), pecandu narkotika, tenaga medis dan para medis. Pencegahan yang paling efektif adalah imunisasi hepatitis B terutama pada neunatus.
Sasaran dan jadwal pemberian imunisasi
Sasaran imunisasi meliputi bayi umur 0-11 bulan, ibu hamil 0-9 bulan, calon pengantin wanita, anak SD kelas 1, anak SD kelas 6.

JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI

Selengkapnya...

KARYA TULIS ILMIAH : PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN BICARA ANAK USIA 1-3 TAHUN

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah
Seluruh generasi penerus bangsa terutama anak-anak diharapkan dapat berkembang secara optimal dan menjadi sumber daya yang produktif dan berkualitas. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Soetjiningsih, 1995: 29).
Sebagian besar ketidakberdayaan bayi baru lahir berasal dari ketidakmampuan mereka untuk menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka dalam bentuk yang dapat dipahami orang lain. Kemampuan berbicara memenuhi kebutuhan penting lainnya dalam kehidupan anak yaitu kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Sebagaimana halnya dalam bidang perkembangan lainnya, tahun-tahun awal kehidupan sangat penting bagi perkembangan bicara anak (Hurlock, 2001: 176). Juga merupakan periode kritis yang berhubungan dengan proses pembelahan otak kiri (logika, analisis, dan kemampuan berbahasa) dan otak kanan (fungsi sosial) saat proses inilah, menurut pakar anatomi bahasa, masa peka bahasa berlangsung. Menurut Stephen Krashen, proses pembelahan berakhir pada usia 5 tahun (http://www.E-smartschool.com). Sehingga setiap penyimpangan sekecil apapun jika tidak segera ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas Sumber Daya Manusia.
DAPETIN KTI KEBIDANAN BAB 1,2,3,4,5 + OLAH DATA LENGKAP HANYA Rp. 50.000 CEPETAN Kirim SMS Ke. 081228101101

Dari data yang diperoleh di Kabupaten cianjur masih terjadi masalah gizi terutama pada balita. Hasil survei pemantauan status gizi (PSG) tahun 2004 menunjukkan angka sebagai berikut: dari jumlah balita yang diukur sebanyak 350 anak, 5 diantaranya mengalami gizi buruk (1,4%), 38 anak mengalami gizi kurang (10,9%), 298 anak berstatus gizi baik (85,1%) dan sisanya 9 anak mengalami gizi lebih (2,6%). Sedangkan dari survei pendahuluan yang dilakukan peneliti dilapangan didapatkan 18,75% anak usia 1-3 tahun mengalami keterlambatan dalam perkembangan bicara.
Perkembangan merupakan sederetan perubahan fungsi organ tubuh yang berkelanjutan, teratur dan saling berkait seperti pertumbuhan, perkembanganpun mempunyai ciri-ciri tertentu sebagai suatu pola yang tetap walaupun variasinya sangat luas. Perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain meliputi perkembangan sistem neuromuskuler, bicara, emosi dan sosial. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh (Narendra dkk, 2002: 7).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ada 2 yaitu faktor internal (perbedaan ras/bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, kelainan genetik, kelainan kromosom) dan faktor eksternal/lingkungan (gizi, infeksi, toksin, psikologi ibu, lingkungan fisis dan kimia, sosio ekonomi, stimulasi dan obat-obatan). Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah nutrisi (status gizi). Gizi merupakan modal dasar agar anak dapat mengembangkan potensi genetiknya secara optimal. Pada anak dengan status gizi buruk cenderung mengalami gangguan maupun keterlambatan dalam perkembangannya. Karena dalam perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya secara normal. Sedangkan menurut profil Dinkes Magetan 2004, gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Gizi kurang tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan kematian, tapi juga menurunkan produktivitas.
Salah satu artikel dalam koran Jawa Pos Tahun 2005 menyebutkan bahwa keberhasilan perkembangan anak ditentukan oleh keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan otak dipengaruhi oleh nutrisi sehingga untuk mencapai perkembangan yang optimal, pemenuhan nutrisi anak khususnya pada tahun-tahun pertama anak harus sesuai dan seimbang. Makanan bisa mencapai otak melalui berbagai saluran, mulai alat cerna, kemudian ikut sirkulasi darah, menuju hati dan akhirnya menuju sawar dari otak. Disinilah semua nutrisi yang ikut sirkulasi darah dimanfaatkan untuk pembentukan otak.
Dari laporan tahunan program gizi Dinkes CIanjur Tahun 2004 dapat diketahui bahwa untuk penanganan balita gizi kurang telah dilakukan kegiatan intervensi melalui pemberian makanan tambahan (PMT) bagi 75 anak balita yang tersebar di 21 puskesmas wilayah Kabupaten Cianjur. Jenis intervensi yang diberikan kepada balita merupakan bantuan dari sumber dana APBD I berupa paket entrasol untuk 25 anak. Sedangkan 50 anak mendapat bantuan dari dana APBD II dengan unit cost Rp.3000,-/ hari. Masing-masing anak memperoleh 90 Hari Makan Anak (HMA).
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh status gizi terhadap perkembangan bicara pada balita usia 1-3 tahun di Desa .
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Adakah pengaruh status gizi terhadap perkembangan bicara anak usia 1-3 tahun
Selengkapnya...

KARYA TULIS ILMIAH : HUBUNGAN ANTARA USIA, TINGKAT PENDIDIKAN, PARITAS DAN PEKERJAAN DENGAN TINGKAT DEPRESI IBU PASCA PERSALINAN DI RB

1.1 Latar belakang masalah
Reaksi calon ibu terhadap persalinan menurut Hamilton (1995) secara umum tergantung pada persiapannya dan persepsinya terhadap kejadian ini, baik persiapannya secara fisik, mental dan spiritual. Secara fisik mereka harus bisa menyesuaikan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya setelah persalinan. Mental yang kuat juga dibutuhkan agar ibu-ibu yang telah melahirkan bayi menyadari bahwa sekarang hidupnya akan berubah dengan kedatangan anggota keluarga yang baru. Seharusnya ibu yang telah melalui proses persalinan dengan lancar dapat berbahagia dan mensyukurinya.
Namun di antara sekian ibu yang berbahagia setelah berhasil melahirkan bayi mereka dengan selamat dan sukses, ada yang malah berduka. Mungkin hal ini agak sulit dipercaya, tapi nyatanya ini memang benar-benar terjadi (Hery, 2004). Sebagian besar dari wanita yang pernah merasakan gangguan ini menggambarkan perasaan yang mereka alami adalah perasaan sedih, kecewa maupun mudah menangis. Perasaan seperti ini bukanlah sesuatu yang aneh. Hal ini disebabkan karena perubahan cara hidupnya setelah mempunyai bayi. Adanya perasaan kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang menjurus pada suatu reaksi sedih. Apabila situasi seperti ini dibiarkan saja akan menjadi parah oleh adanya ketidaknyamanan jasmani, rasa letih, stress, dan dapat mengakibatkan depresi pada ibu.
DAPETIN KTI KEBIDANAN BAB 1,2,3,4,5 + OLAH DATA LENGKAP HANYA Rp. 50.000 CEPETAN Kirim SMS Ke. 081228101101

Depresi yang konon mendera sekitar 1 dari 10 wanita yang baru melahirkan ini disebut depresi pasca persalinan atau depresi post partum. Dalam Hamilton (1995) ditulis bahwa depresi post partum adalah hal yang umum terjadi karena perubahan kadar hormon dan trauma melahirkan. Tingkat estrogen dan progesteron dalam tubuh turun. Ibu keletihan karena persalinan, dan mereka mengalami nyeri perineum, pembengkakan payudara, dan after pain. Umumnya hal ini terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung lebih buruk sekitar hari ketiga atau keempat setelah persalinan (Suririnah, 2004). Ibu pasca persalinan menjadi depresi ditandai dengan gejala utama mudah tersinggung, marah, menangis; ketegangan, kegelisahan, atau kepanikan ; rasa benci pada diri sendiri, rasa bersalah,; kelesuan, terus-menerus merasa sakit; gangguan pola makan, minum, tidur; libido yang rendah; konsentrasi atau ingatan yang sedikit (Marshall, 2004).
Selama masa post partum, sekitar 85% perempuan akan mengalami berbagai macam gangguan perasaan. Salah satunya adalah depresi pasca persalinan (Lesmana, 2003). Data yang didapatkan dari klasifikasi Internasional berbagai penyakit (ICD-10) memasukkan depresi pasca persalinan sebagai suatu penyebab yang menimbulkan gangguan psikologi (Koblinsky, 1999). Angka yang sering didengungkan adalah bahwa 10% dari semua wanita pasca persalinan menderita depresi pasca persalinan (Marshall, 2004).
Gangguan psikologis ini dapat timbul dalam berbagai derajat, mulai dari yang ringan hingga berat, disertai dengan gejala psikologik seperti menjadi pendiam, rasa sedih, pesimistik, putus asa, nafsu bekerja dan bergaul berkurang, tidak dapat mengambil keputusan, lekas lupa, timbul pikiran-pikiran bunuh diri. Sedangkan gejala badaniah ialah ibu kelihatan tidak senang, lelah, tidak bersemangat atau apatis. Dikatakan depresi ringan harus ada 2 gejala psikologik, disertai minimal 2 gejala badaniah. Depresi sedang ada 2 gejala psikologik, disertai minimal 3 gejala badaniah. Depresi berat ada 3 gejala psikologik, disertai minimal 4 gejala badaniah (Maslim, 1998). Mengingat berbagai dampak yang bisa terjadi akibat depresi pada ibu pasca persalinan seperti : 1) Berkurangnya minat terhadap bayi,sehingga bayi akan terlihat berusaha lebih keras untuk menarik perhatian ibunya; 2) Hubungan ibu dan anak tidak adekuat, ibu tidak bersemangat menyusui anaknya dan dengan demikian pertumbuhan natau perkembangan anak tidak seperti anak lainnya; 3) Anak-anak dari ibu yang mengalami depresi pasca persalinan mempunyai resiko mengalami gangguan perilaku pada umur 3 tahun atau defisit kognitif ketika umur 4 bulan. Maka perlu dipikirkan lagi upaya pencegahan yang dapat dilakukan, dalam hal ini terutama adalah penyebarluasan informasi tentang perubahan-perubahan fisiologis dan psikologis pada masa nifas yang dialami ibu pasca persalinan.
Depresi pasca persalinan banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertama usia seseorang yang cukup umur akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja daripada mereka yang masih muda. Kedua respon psikologis juga berbeda pada multipara dan primipara. Pada multipara peristiwa kelahiran, perubahan fisik, perubahan hormon, perawatan bayi adalah suatu pengalaman yang seharusnya sudah dapat diadaptasi, sedangkan pada primipara merupakan pengalaman pertama sehingga sering menimbulkan depresi. Ketiga faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan. Klien dengan pendidikan yang tinggi akan lebih mampu mengatasi menggunakan koping yang efektif dan konstruktif daripada seseorang dengan pendidikan rendah. Keempat ibu pasca persalinan yang bekerja akan merasa lebih terganggu daripada ibu yang tidak bekerja karena perubahan penampilannya sehingga timbul kecemasan (Nursalam, 2001).
Dalam menanggapi permasalahan di atas Bidan dapat memberikan perhatian khusus seperti melakukan komunikasi terapeutik pada ibu hamil pada saat ANC agar nantinya tidak terjadi depresi pasca persalinan, memberikan dorongan pada ibu untuk menceritakan emosinya yang menyakitkan, kesempatan yang luas untuk bertanya, membiarkan ibu mengungkapkan apa yang dirisaukannya. Untuk itu perlu dilakukan kajian ilmiah tentang uraian di atas, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara usia, tingkat pendidikan, paritas dan pekerjaan dengan tingkat depresi yang terjadi pada ibu pasca persalinan.
1.2 Identifikasi faktor penyebab masalah
Pada masa nifas sering dijumpai gangguan psikologis pada ibu. Salah satunya yaitu depresi pasca salin yang ditandai dengan gejala ibu menjadi sangat emosional, sedih, khawatir, mudah tersinggung, cemas dan mudah marah.
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam perubahan ini meliputi usia, paritas, tingkat pendidikan dan pekerjaan, lingkungan, kemiskinan, dukungan sosial dari suami dan keluarga yang kurang juga ikut berperan dalam menimbulkan depresi pasca persalinan (Hidayat, 2004).
Dalam penelitian ini obyek yang akan diteliti adalah hubungan usia, tingkat pendidikan, paritas dan pekerjaan dengan tingkat depresi ibu pasca persalinan.
1.3 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dalam penelitian ini masalah yang dikaji yaitu adakah hubungan usia, tingkat pendidikan, paritas, dan pekerjaan dengan tingkat depresi ibu pasca persalinan?
Selengkapnya...

Kamis, 26 November 2009

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TOKOH MASYARAKAT SECARA MULTIATRIBUT DAN SECARA UMUM TERHADAP PELAKSANAAN DESA SIAGA KTI NICH

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah
Visi Indonesia Sehat 2010 telah banyak kemajuan yang dicapai. Akan tetapi kemajuan itu tampaknya masih jauh dari target yang ingin dicapai pada Tahun 2010 (Dinkes Jatim, 2006 :1). Tingginya kematian ibu dan bayi menunjukkan masih rendahnya pelayanan kesehatan (Dinkes Jatim, 2006 : 1). Demikian juga Indonesia saat ini menghadapi berbagai masalah ksehatan, yaitu: perbedaan antar daerah masih tinggi, rendahnya kualitas pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan, perilaku masyarakat yang kurang mendukung PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) (www.depkes.go.id). Sementara itu, kesehatan sebagai hak asasi manusia belum menjadi milik setiap manusia Indonesia karena berbagai hal seperti kendala geografis, sosiologis, dan budaya. Selain itu kesadaran masyarakat bahwa kesehatan merupakan investasi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia juga masih harus dipromosikan melalui sosialisasi dan advokasi para pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan di berbagai adsminitrasi (Dinkes Jatim, 2006 : 3).
MEMBUTUHKAN KTI KEBIDANAN BAB 1, 2, 4, 5 + SPSS FULL FILE DOC DENGAN JUDUL INi Rp. 100.000 HUBUNGI 081228101101

Menyimak kenyatan tersebut, kiranya diperlukan upaya agar benar-benar memiliki daya ungkit untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia. Oleh karena itu Depkes menyiapkan landasan yakni : usaha mobilisasi massa dan pemberdayaan masyarakat, meningkatkan/meratakan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan yang terjangkau, meningkatkan survailans dan monitorring serta meningkatkan pendanaan kesehatan (www.depkes.go.id). Selain itu Depkes menyadari bahwa pada akhirnya pencapaian Visi Indonesia sehat akan sangat bertumpu pada pencapaian desa sehat sebagai basisnya.
Bedasarkan peraturan presiden Nomor 7 Tahun 2005 telah ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RJPKM) 2004-2005 yang mempunyai sasaran meningkatkan umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun, menurunnya angka kematian bayi 45 menjadi 26 per 1000 kelahian hidup, menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup, menurunnya prevalensi gizi kurang anak balitadari 25,8% menjadi 20%. Dengan ditetapkannnya sasaran, maka Depkes memiliki visi “ Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat” dengan misi “ Membuat Masyarakat Sehat “. Untuk itu Depkes menggulirkan Desa Siaga dimana pada akhir Tahun 2008 seluruh desa telah menjadi Desa Siaga (Dinkes Jatim, 2006 :5). Hal ini telah tercantum dalam Kepmenkes No 574/Menkes/SK/V/2000 (www.depkes.go.id).
Desa Siaga merupakan desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan mencegah serta mengatasi masalah-masalah kesehatan. Adapun tujuan Program Desa Siaga adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Selain itu meningkatkan pengetahuan dan kemauan masyarakat desa menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. Sehingga masyarakat mengetahui bahaya yang akan menimbulkan gangguan kesehatan. Untuk menuju Desa Siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumber daya masyarakat yang dewasa ini seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dana Sehat, Desa Siap-Antar-Jaga (Dinkes Jatim, 2006: 6).
Pelayanan kesehatan yang baik dan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan akan mendapat umpan balik/penerimaan yang baik pula dari masyarakat. Kepercayaan sangat penting dalam penggunaan pelayanan kesehatan karena kepercayaan terhadap suatu pelayanan yang diberikan akan mempengaruhi sikap seseorang. Adapun beberapa hal yang diperhatikan masyarakat dalam penggunaan pelayanan kesehatan adalah bagaimana cara pelayanan yang diberikan, jenis pelayanan yang diberikan, lokasi, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2003:195).
Berdasarkan struktur dan pembentukan sikap pada komponen afektif, dimana apabila seseorang mempercayai sesuatu sebagai suatu yang benar maka akan timbul sikap positif terhadap hal tersebut. Dengan sikap positif tersebut maka seseorang akan menerima adanya suatu obyek. Hal ini juga sesuai dengan teori kesesuaian Osgood dan Tannenbaum (1995) yang mengatakan bahwa unsur-unsur kognitif mempunyai valensi positif atau negatif, dimana apabila seseorang memiliki pengetahuan, opini, atau apa yang dipercayai terhadap lingkungannya benar maka akan bersikap positif sehingga diwujudkan dengan menerima/mendukung terhadap apa yang ada di lingkungannya.
Sesuai dengan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di Desa Waduk, Takeran, Magetan belum diketahuinya bagaimana sikap tokoh masyarakat terhadap dilaksanakannya Desa Siaga. Berdasarkan hasil survei ditemukan dari 30 tokoh masyarakat mempunyai beberapa pertimbangan terhadap pelaksanaan Desa Siaga di wilayahnya. Adapun yang menjadi pertimbangan dari tokoh masyarakat adalah: 1) Sumber daya manusia desa, 2) Peran serta masyarakat desa, 3) Dukungan aparatur desa dan tokoh masyarakat, 4) Sarana dan prasarana, 5) Jenis pelayanan kesehatan, 6) Kualitas pelayanan kesehatan. Solusi dari masalah tersebut dapat dilakukan apabila sudah diketahui bagaimana sikap tokoh masyarakat terhadap pelaksanaan Desa Siaga. Adapun beberapa solusi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pengetahuan, keyakinan baik dari tenaga kesehatan maupun tokoh masyarakat tentang pentingnya Program Desa Siaga.
Dari uraian tersebut penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih lanjut adakah hubungan antara sikap tokoh masyarakat secara multiatribut dan secara umum terhadap pelaksanaan Desa Siaga di Desa curug.
1.2 Identifikasi faktor penyebab masalah
Program Desa Siaga merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat. Keberadaan suatu program disuatu wilayah mendapat respon yang berbeda.
Berdasarkan model sikap Fishbean dimana sikap suatu obyek dibentuk oleh suatu penilaian seseorang terhadap atribut-atribut yang bekaitan dengan obyek sikap tersebut. Adapun penilaian yang dimaksud menyangkut 2 hal, yaitu keyakinan (beliefs), dan evaluasi (evaluation) terhadap atribut tersebut. Hal yang dipertimbangkan tokoh masyarakat terhadap pelaksanaan Desa Siaga adalah: 1) Sumber daya manusia desa, 2) Peran serta masyarakat desa, 3) Sarana dan prasarana, 4) Dukungan aparatur desa dan tokoh masyarakt 5) Jenis pelayanan kesehatan, 6) Kualitas pelayanan kesehatan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi faktor penyebab masalah tersebut diatas maka rumusan masalah penelitiannya adalah adakah hubungan antara sikap tokoh masyarakat secara multiatribut dan secara umum terhadap pelaksanaan Desa Siaga di Desa Curug ?
1.4 Tujuan penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara sikap tokoh masyarakat secara multiatribut dan secara umum terhadap pelaksanaan Desa Siaga di Desa Curug, .
1.4.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi sikap tokoh masyarakat secara multiatribut terhadap pelaksanaan Desa Siaga.
2. Mengidentifikasi sikap tokoh masyarakat secara umum terhadap pelaksabnaan Desa Siaga
3. Menganalisa hubungan antara sikap tokoh masyarakat secara multiatribut dan secara umum terhadap pelaksanaan Desa Siaga
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1 Manfaat teoristis
Menambah wawasan bagi peneliti mengenai keterkaitan sikap secara multiatribut dan secara umum terhadap pelaksanaan Desa Siaga.
1.5.2 Manfaat praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah dapat dijadikan bahan kajian untuk kegiatan penelitian selanjutnya. Selain itu dapat memberikan pengetahuan kepada pihak yang diteliti yaitu tokoh masyarakat tentang pentingnya sikap yang positif (mendukung) terhadap pelaksanaan Desa Siaga sehingga masyarakat dapat berpatisipasi dalam menyukseskan program tersebut.
Selengkapnya...

Selasa, 24 November 2009

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KASUS CHEPAL HEMATOMA TERHADAP BAYI

Cephal hematoma
A. Pengertian
Cephal hematoma adalah perdarahan sub periosteal akibat kerusakan jaringan poriestum karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau parietal ditemukan pada 0,5-2 % dari kelahiran hidup. (Menurut P.Sarwono.2002. Pelayanan Kesehatan Matemal dan Neonatal ; Bagus Ida Gede Manuaba. 1998; Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan)

B. Etiologi
Hematoma dapat terjadi karena :
1. Persalinan lama
Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.
2. Tarikan vakum atau cunam
Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.
3. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.
( Menurut : Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan )

C. Patofisiologi
1. Cephal hematoma terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan poriosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan lama. Akibat pembuluh darah ini timbul timbunan darah di daerah sub periosteal yang dari luar terlihat benjolan.
2. Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan daerah yang perdarahan sub periosteum.
( Menurut : FK. UNPAD. 1985. Obstetri Fisiologi Bandung )
Tanda-tanda dan gejala :
Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematoma:
1. Adanya fluktuasi
2. Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir .
3. Adanya chepal hematoma timbul di daerah tulang parietal
Berupa benjolan timbunan kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai umur 1-2 tahun.
( Menurut : Prawiraharjo, Sarwono.2002.Ilmu Kebidanan )

D. Penatalaksanaan
Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :
1. Menjaga kebersihan luka
2. Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan Cephal hematoma
3. Pemberian vitamin K
4. Bayi dengan Cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena Pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.
(Menurut : Manuaba. Ida Bagus Gede, 1998. Ilmu Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan)

Pasien masuk pada tanggal 15 Agustus 2007 Pukul 10.15 WIB
I. Pengumpulan data dasar
Tanggal 16 Agustus 2007 Pukul 17.00 WIB
1. Biodata
Nama Bayi : Bayi Ny. Rahmadiyanti
Tanggal Lahir : 13 Agustus 2007
Pukul : 11.00 WIB
Usia : 2 Hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak Ke : 3 (tiga)
Alamat : Jl. Pala IV no.13 15A kauman bawah metro timur

Nama ibu : Ny. Rahmadiyanti
Umur : 37 th
Agama : Islam
Suku : Lampung
Pendidikan : Diploma 3
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Pala IV No.13 Metro Timur

Nama Ayah : Tn. Ahmad Syafei
Umur : 42 th
Agama : Islam
Suku : Lampung
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Pala IV No.13 Metro Timur

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayi baru lahir usia 2 hari dengan keluhan terdapat pembengkakan dan luka pada kepala yang disebabkan karena persalinan dengan vakum ekstraksi.

3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan persalinan dan nifas yang lalu, ibu sudah 2 x melahirkan
No Umur Jk Persalinan BB/TB
Gram/cm Penolong Penyakit Keadaan
1
2 13 th
5 th L
P Normal
Normal 3000/48
3200/50 Bidan
bidan Tidak ada
Tidak ada Baik
Baik

4. Riwayat Persalinan
Kala I : berlangsung 21 jam, kemajuan persalinan lama, ibu tampak lemah, ketuban pecah saat pembukaan servik 10 cm disertai perdarahan 200 cc
Kala II : berlangsung 65 menit, ibu mengejan lemah, bayi lahir dengan persalinan buatan yaitu ekstraksi vakum, bayi lahir pukul 11.00 WIB tidak ada lilitan tali pusat dan terdapat cephal hematoma dan luka akibat vakum.
Kala III : Berlangsung 10 menit, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat.
a. Keadaan air ketuban jernih
b. Jenis persalinan : persalinan buatan dengan ekstraksi vakum
c. persalinan ditolong oleh dokter

5. Pola Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi
ASI diberikan minimal 3-4 jam, tiap kali bayi menangis sebanyak 30 cc.
b. Eliminasi
BAK : 6-7 x sehari
BAB : 2 x sehari
c. Kebersihan diri
Ibu mandi 2 x sehari, 24 jam setelah lahir
6. Psikologi orang tua
Orang tua/keluarga mengatakan dirinya cemas akan kondisi anaknya yang terdapat pembengkakan di kepala.
7. Keadaan bayi setelah lahir
a. Pemeriksaan
1) Keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis.
2) Tanda-tanda vital :
Suhu : 38,5 ¬¬0 C
Nadi : 100 x / mnt
RR : 40 x / menit
3) Reflek
a) Reflek menghisap ( secking ) : Lemah
b) Reflek kaki ( staping ) : Ada
c) Reflek menggenggam : Ada
d) Reflek moro ( terkejut ) : Ada
4) Nilai APGAR
APGAR Score Menit 1 Menit V
Appearance ( warna kulit ) 2 2
Pulse (nadi ) 2 2
Grimace ( reflek ) 1 1
Activity ( tonus ) 1 2
Respiratory ( pernafasan ) 2 2
Nilai 8 9

5) Antopometri
a) Berat badan : 3500 gram
b) Panjang badan : 52 cm
c) Lingkar kepala : 37 cm
d) Lingkar dada : 30 cm
e) Lingkar lengan : 8 cm

b. Pemeriksaan Fisik
1) kepala :
a) UUB : cembung
b) UUK : datar
c) Moulage / penyusupan : ada
d) Cephal hematoma : ada
e) Bentuk kepala : lonjong
f) Keadaan tubuh : bersih
g) Odema : ada, warna merah
h) Luka : ada pada kepala, P : 2 cm L : 1 cm
i) Diameter : 3 cm
2) Mata
a) Bentuk mata : bulat simetris ka / ki
b) Strabismus : tidak ada
c) Pupil mata : normal
d) Sklera : putih, tidak ikhterik
e) Keadaan : bersih
f) Bulu mata : ada, normal
3) Hidung
a) Bentuk : simetris, tidak ada kelainan
b) lubang hidung : normal
c) pernapasan cuping hidung : tidak ada
d) Keadaan : terdapat cairan / lendir
4) Mulut
a. Bentuk : simetris, tidak ada kelainan
b. Palatum : tidak ada kelainan
c. Gusi : baik
d. Reflek hisap : lemah
e. Bibir : tidak ada kelainan, simetris atas bawah
5) Telilnga
a) Posisi : simetris
b) Keadaan : bersih
6) Leher
a) Pembesaran vena / kelenjar : tidak ada
b) Pergerakan leher : dapat bergerak bebas
7) Dada
a) Posisi : pergerakan dada simetris
b) Mamae : tidak ada benjolan
c) Suara nafas : masih terdengar berlendir
8) Perut
a) Bentuk : bulat tidak ada kelainan
b) Punggung bokong : tidak ada kelainan
9) Ekstermitas
Atas : simetris tangan kanan dan kiri, pada punggung telapak tangan kanan terpasang infuse, jari-jari tangan lengkap ada 10 jari, pergerakan lemah, tidak ada kelainan
Bawah : jari-jari kaki lengkap ada 10 jari, pergerakan lemah, tidak ada kelainan
10) Genetalia
a. Jenis kelamin : laki-laki
b. Skrotum : sudah turun, testis ada 2 buah
c. Lubang uretra : ada
d. Anus : ada

II. Interprestasi Data Dasar
1. Diagnosa
Bayi baru lahir usia 2 hari dengan chepal haematomaa
DS : Keluarga mengatakan bayinya menangis kesakitan saat diraba bagian kepalanya tepatnya pada bagian bekas luka vakum.
DO : a. Bayi lahir tanggal 13 agustus 2007
b. Bayi menangis saat diraba kepalanya
c. Pada kepala terdapat pembengkakan berwarna agak biru dan luka lunak agak basah
d. Linkar kepala : 37 cm
e. Bentuk kepala : cekung karena mengalami infeksi
2. Masalah
a. Gangguan integritas pada kulit kepala karena luka bekas vakum ektraksi
DS : Keluarga mnegatakan banyinya terdapat pembengkakan pada kepala dan luka dalam keadaan basah.
DO : a. Terdapat pembangkakan berwarna kebiruan
b. Terdapat luka yang masih basah karena vakum ekstraksi
c. Keadaan luka bersih
b. Gangguan tekanan intrakranial
DS : Keluarga mengatakan lahir dengan vakum dan terdapat pembengkakan pada kepala.
DO : Terdapat pembengkakan pada kepala bayi, dengan diameter 3 cm dan berwarna biru
c. Gangguan peningkatan suhu
DS : Keluarga mangatakan bayinya panas sejak tadi malam
DO: Bayi teraba panas, dengan suhu tubuh 38,5 0C
d. Gangguan tingkat kecemasan orang tua
DS : Orang tua selalu cemas dan selalu menanyakan kondisi bayinya
DO : Keluarga tampak resah dan sedih, raut wajah orang tua tampak cemas.
3. Kebutuhan
a. Pembatasan mobilitas
b. Perawatan luka kepala
c. Pemenuhan nutrisi
d. Penurunan suhu
e. Perawatan bayi sehari-hari
f. Perawatan tali pusat
g. Dukungan psikologis dan komunikasi teraupetik pada lukanya

III. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial Yang Berhubungan
1. Potensial terjadi infeksi luka pada kepala
2. Potensial terjadi infeksi tali pusat
3. Potensial terjadi peningkatan bilirubin (ikhterus)

IV. Kebutuhan Yang Memerlukan Tindakan Segera Atau Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter spesialis dalam pemberian obat :
1. IVFD ( Intra Vena Fluid Drip ) dekstose 10% + Adona 25 mg 5 tetes / menit mikrodrip
2. Taxegram 2 x 150 mg IV/8 jam
3. Arcocillin 2 x 150 mg IV/8 jam

V. Perencanaan
1. Atasi peningkatan suhu dengan cara
a. Kompres air hangat
b. Pemberian antibiotika dan antipiretik
c. Pemberian ASI / PASI secara adekuat
d. Letakan bayi dalam incubator
2. Mengatasi pencegahan infeksi dengan cara
a. Perawatan luka dan benjolan pada kepala
b. Perawatan tali pusat dengan teknik steril
c. Pemberian antibiotika
3. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
a. Periksa suhu tubuh
b. Hitung denyut nadi, cepat atau lambat
c. Hitung dan berikan pernafasan dalam atau dangkal
d. Periksa lingkar kepala bayi
4. Jelaskan tentang kondisi bayi saat ini
5. Beritahu keluarga bila terdapat tanda-tanda bahaya pada bayi dan laporkan segera pada petugas. Dengan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Suhu tubuh diatas 37 0C atau dibawah 350C
b. Pernapasan di atas 60 x/menit atau kurang dari 30 x/menit
c. Bayi mengalami ikterus atau warna kulit bayi berwarna kekuningan
d. Tanda-tanda bahaya lain yang timbul pada bayi.
6. Beri dukungan psikologis dengan komunikasi pada keluarga

VI. Implementasi
1. Melakukan perawatan luka dan pembengkakan pada kepala. Perawatan ini dilakukan setiap hari oleh perawat /bidan yang bertugas, dengan memperhatikan kebersihan luka.
2. Melakukan pembatasan mobilitas dengan cara jangan terlalu sering mengangkat bayi. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi pembekakan yang meluas pada kepala bayi.
3. Melakukan perawatan tali pusat secara steril dan mengajarkan pada keluarga mengenai cara perawatan tali pusat secara steril.
4. Menjelaskan pada keluarga tentang kondisi bayi saat ini. Bahwa keadaan pada benjolan pada kepala akan menghilang 2-8 minggu sehingga keluarga tidak perlu cemas.
5. Meletakkan bayi dalam incubator, guna mempertahankan suhu tubuh bayi
6. Mengatasi peningkatan suhu tubuh bayi dengan cara :
a. Kompres air hangat
b. Pemberian obat antibiotika dan antipiretika
c. Pemberian cairan sesuai dengan kebutuhan
7. Mengajarkan dan menganjurkan kepada keluarga mengenai cara pemberian ASI/PASI minimal 3-4 jam sekali dengan porsi sedikit 30 cc tapi sering.
8. Memberi tahu pada keluarga untuk melaporkan kepada petugas kesehatan jika terdapat tanda-tanda bahaya pada anak seperti :
a. Suhu tubuh di atas 370C atau di bawah 350C
b. Pernafasan di atas 60 x/menit atau kurang dari 30 x/menit
9. Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital seperti :
a. Periksa suhu tubuh
b. Hitung denyut nadi per menit, cepat atau lambat.
c. Hitung dan periksa pernafasan per menit, dalam atau dangkal.
10. Memberi dukungan psikologis dengan komunikasi teraupetik pada keluarga
11. Mengajarkan pada keluarga tentang cara perawatan bayi sehari-hari, baik perawatan mengganti pakaian bayi jika bayi terlihat tidak nyaman, mandikan bayi dengan mandi lap jika memungkinkan.
12. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis :
a. IVFD (Intra Vena Fluid Drip) dekstose 10% + adona 25 mg, 5 tetes /menit micro drip
b. Taxegram 2 x 150 mg IV/8 jam
c. Arcocillin 2 x 150 mg IV/8 jam

VII. Evaluasi
Tanggal 16 agustus 2007 pukul 18.40 WIB
Bayi lahir dengan adanya pembengkakan dan luka pada kepala
DS : Keluarga mengatakan bayinya menangis saat diraba kepalanya pada daerah bengkak /benjolan, suhu tubuh telah menurun dan nutrisi terpenuhi
DO : Bayi menangis saat diraba bagian kepalanya, pada bagian kepala terdapat oedema dengan lebar 1 cm dan panjang 2 cm.
Luka ini terjadi karena partus lama, dengan menggunakan persalinan buatan dengan ekstrasi vakum.
Terkait dengan hal tersebut keadaan bayi :
1. ASI : Bayi sudah mulai meminum ASI meskipun dalam jumlah sedikit.
2. Reflek
a. Reflek menghisap : sudah baik
b. Reflek kaki (staping) : ada
c. Reflek menggenggam : ada
d. Reflek moro : ada
3. Tali pusat : akan mengering setelah 6 hari
4. Eliminasi
a. BAK : 6-7 x/hari
b. BAB : 2 x/hari
5. Berat badan : 3600 gram
6. Suhu tubuh : 370c
7. Nadi : 100 x/menit
8. Pernafasan : 50 x/menit
9. Lingkar kepala : 36 cm


Catatan Perkembangan
Tanggal 17 Agustus 2007, hari ke-5 sejak kelahiran bayi
S : 1. Keluarga mengatakan bayi sudah tidak panas lagi
2. Keluarga mengatakan tali pusat sudah mulai kering
3. Keluarga mengatakan luka dan pembengkakan pada bagian kepala sudah mulai kering dan membaik
O : 1. Suhu tubuh : 370C
2. Nadi : 100 x/menit
3. RR : 45 x/menit
4. Lingkar kepala : 36 cm
5. Berat badan : 3600 gram
6. Tali pusat : sudah mulai kering
7. Eliminasi
a. BAB : 2 x/hari
b. BAK : 6-7 x/hari
8. Reflek
a. Reflek menghisap : sudah baik
b. Reflek kaki (staping) : ada
c. Reflek menggenggam : ada
d. Reflek moro : ada
9. Luka pada kepala : sudah mengering

A : Masalah teratasi
P : Menjaga dan mempertahankan suhu tubuh dan keadaan umum bayi
Dengan cara :
1. Meletakkan bayi dalam inkubator
2. Membungkus bayi dengan kain kering dan hangat
3. Mandikan bayi dengan minyak steril atau baby oil

Tanggal 20 Agustus 2007, hari ke-8 sejak kelahiran bayi
S : Kecemasan keluarga berkurang, karena bayi sudah mulai meminum ASI/PASI secara teratur
O : 1. Raut wajah keluarga tidak terlihat cemas lagi, seperti sebelumnya.
2. Bayi minum ASI/PASI minimal 3-4 jam sebanyak 30 cc
3. Suhu tubuh : 36,5 0 C
4. Nadi : 100 x/menit
5. Pernafasan : 45 x/menit
6. Lingkar kepala : 35,6 cm
7. BB : 3600 gram
8. Tali pusat sudah kering
9. Eliminasi :
a. BAB : 2 x/hari
b. BAK : 6-7 x/hari
10. Reflek
a. Reflek menghisap : sudah baik
b. Reflek kaki (staping) : ada
c. Reflek menggenggam : ada
d. Reflek moro : ada
11. Luka pada kepala sudah mengering
A : Masalah teratasi
P : 1. Beri dukungan psikologi dan komunikasi teraupetik dengan cara:
a. Memuji perkembangan kesehatan bayi
b. Memberikan ucapan selamat atas kesembuhan bayi
2. Memantau keadaan bayi


Tanggal 23 Agustus 2007, hari ke 11 dari kelahiran bayi
S : 1. Keluarga mengatakan mereka merasa bahagia, karena keadaan bayi mereka saat ini sudah membaik
2. Keluarga berencana akan pulang tanggal 23 Agustus pukul 11.00 WIB setelah dilakukan pemeriksaan dokter.
O : 1. Keluarga tampak bahagia
2. Keluarga dan bayi pulang tanggal 23 Agustus 2007 pukul 11.00 WIB
A : Masalah teratasi
P : 1. Mengajarkan pada keluarga mengenai perawatan bayi sehari-hari, ajarkan cara memandikan bayi, memakaikan pakaian dll.
2. Menganjurkan pada ibu agar tetap memberikan ASI dengan cara meletakkan bayi sambil tiduran untuk mengurangi agar anak jangan sering diangkat agar benjolan cepat sembuh.
3. Anjurkan pentingnya imunisasi pada bayi untuk mencegah penyakit infeksi
4. Anjurkan pada ibu untuk membawa anaknya ke posyandu secara rutin, untuk memantau tumbuh kembang anak.



DAFTAR PUSTAKA


Prawiraharjo, Sarwono 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Prawiraharjo, Sarwono .2002. Pelayanan Kesehatan Matemal dan Neonatal . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Ikatan Bidan Indonesia (IBI). 2004. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta

Selengkapnya...

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN IKTERUS NEONATORUM TERHADAP BAYI Ny. “M” DI BPS

I. Data Subyektif
Pada tanggal 07 Oktober 2007
A. Identitas
Nama bayi : Bayi Ny. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 07-10-2007
Jam : 07.30 WIB
Anak ke : Satu

Nama Ibu : Ny. Mardiana F.
Umur : 24 tahun
Pendidikan : D 3
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS

a. Keluhan utama
Bayi umur 8 jam dengan, nampak kekuningan didaerah kepala dan leher, facces berwarna seperti dempul, perut membuncit pembasaran pada hati, tidak mau minum dan reflek moro lemah.
b. Riwayat Persalinan Sekarang
1. Persalinan spontan pervaginam tanggal 07-10-2007 pukul 07.30 WIB.
2. Lama persalinan
Kala I : 10 Jam
Kala II : 30 menit
Kala III : 15 menit
Kala IV : 2 jam setelah persalinan
3. Bayi lahir tanggal 07 Oktober 2007 pukul 07.30 WIB, jenis kelamin laki-laki
c. Riwayat Post Partum
1. Keadaan umum ibu baik
2. TFU 2 jari dibawah pusat
3. Lochea : ada, rubra
4. Lactasi : ASI keluar sedikit
d. Kebutuhan dasar
1. Eliminasi : BAB (+), BAK (+)
2. Kebersihan : Tubuh bayi bersih

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital :
Temp : 36,50 C
Pols : 120 x/menit
PB : 2800 gram
BB : 49 cm
RR : 44 x/menit
a. Kepala
UUB : datar UUK : datar
Moulage : O Sucadeneum : tidak ada
Bentuk kepala : simetris Keadaan tubuh : tidak ada kelainan
b. Mata
Bentuk mata : simetris Strabismus : tidak ada
Pupil mata : Normal Sklera : ikterik
Keadaan : bersih
c. Hidung
Bentuk : simetris
Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Keadaan : bersih
Lubang hidung : lengkap
Warna kulit : Pucat kekuningan
d. Mulut
Bentuk : simetris Palatum : normal
Refleks hisap : baik Bibir : lengkap atas/bawah
Gusi : normal Warna bibir : pucat
e. Telinga
Posisi : simetris kanan-kiri, dan telinga teraba lunak
Keadaan : bersih, tidak ada sumbatan
Warna kulit : pucat agak kekuningan
f. Leher
Pembesaran vena / kelenjar : tidak ada
Pergerakan leher : dapat bergerak kekanan-kekiri
Warna kulit : kuning

g. Dada
Posisi : simetris
Mamae : Ada
h. Perut
Posisi : simetris
Tali pusat : basah
Tidak ada pembesaran dan benjolan
i. Punggung bokong
Tidak ada benjolan dan tidak terdapat spina bifida
j. Ekstrimitas
Jari tangan : Lengkap
Posisi dan bentuk : Simetris kanan-kiri
Jari kaki : Lengkap
Pergerakan : Aktif
Warna kulit pucat, kuku, tangan dan kaki berwarna agak kekuningan
k. Genetalia
Lengkap, terdapat testis dan skrotum sudah turun
Jenis kelamin : laki-laki
Anus : positif, tidak ada sumbatan
l. Reflek
1. Mencari (rooting) : kurang baik
2. Menghisap (sucking) : kurang baik
3. Menelan (swalowing) : kurang baik
4. Reflek kaki (stapping) : baik
5. Menggenggam (graping) : baik
6. Reflek morro : baik
m. Ukuran antropometri
BB : 2800 gram
Lingkar kepala : 34 cm
TB : 49 cm
Lingkar dada : 32 cm
Lila : 11 cm
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lab, kadar bilirubin serum 100 umol/l

II. Interpretasi Data Dasar
1. Diagnosa :
Bayi baru lahir normal hari pertama dengan ikterus derajat I (pada kepala dan leher).
DS : Anak lahir tanggal 07 Oktober 2007 pukul 07.30 WIB
DO : Tanda-tanda vital
BB : 2800 gram Temp : 36,500 C
PB : 49 cm Pols : 120 x/menit
RR : 46 x/menit
APGAR SCORE : 8-9
2. Masalah
a. Penurunan kadar bilirubin
Dasar : terdapat warna kuning pada bagian kepala dan leher, hasil pemeriksaan lab kadar bilirubinnya 100 umol/dl
b. Perawatan tali pusat
Dasar : tali pusat masih basah
3. Kebutuhan
a. Pemenuhan nutrisi yang adekuat
b. Penyinaran pada dengan lampu fluorensi sebanyak 10 buah masing-masing 20 watt dan menjamur/menyinarkan bayi di bawah sinar matahari pagi selama 10-15 menit antara pukul 07.00-08.00 WIB
c. Merawat tali pusat agar tetap kering dan membungkusnya dengan kassa steril

III. Identifikasi Masalah Potensial
1. Potensial terjadinya ikterus pada derajat yang lebih lanjut
Dasar :
a. Dari hasil pemeriksaan lab didapatkan kadar serum bilirubin indirek 100 umol/l (derajat I)
b. Terdapat warna kuning pada daerah muka, leher dan kuku
2. Potensial terjadinya pemindahan mikro organisme pada tali pusat
Dasar : tali pusat masih basah

IV. Identifikasi Tindakan Segera dan Kolaborasi Segera
Kolaborasi bila ada komplikasi

V. Perencanaan
1. Jelaskan pada ibu cara perawatan bayi baru lahir :
a. Cara perawatan tali pusat
b. Personal hygiene bayi
2. Penanganan ikterus :
Ajarkan ibu cara menghangatkan/penyinaran bayi dengan sinar matahari di pagi hari untuk menurunkan kadar bilirubin
3. Libatkan ibu dalam pemberian ASI eksklusif
4. Libatkan ibu dalam imunisasi
5. Jelaskan tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir
6. Observasi kemajuan pertumbuhan dan perkembangan bayi

VI. Implementasi
1. Melakukan perawatan tali pusat
a. Tali pusat selalu dalam keadaan kering
b. Tali pusat harus dibungkus dengan kassa steril
c. Kebersihan harus selalu dijaga dengan cara mengganti kasa bila kotor

2. Menjaga bayi agar tidak hipotermi
a. Membungkus bagi dengan kain yang bersih, kering dan hangat
3. Membantu penurunan kadar bilirubin pada bayi
a. Menghangatkan/melakukan penyinaran pada bayi di bawah sinar matahari di pagi hari selama 15-20 menit antara pukul 07.00 – 08.00 pagi.
4. Membantu ibu untuk menyusui bayinya sesegera mungkin
5. Memberikan imunisasi hepatitis B ke-1 pada bayi baru lahir
6. Menjelaskan tanda-tanda bahaya BBL :
a. Warna kulit kuning terutama 24 jam pertama (kulit berwarna biru/pucat).
b. Tali pusat merah, bengkak, berbau busuk, keluar cairan atau nanah
c. Bayi kejang
d. Menghisap lemah, banyak muntah, mengantuk belebihan
e. Tidak BAK dan BAB 24 jam pertama
7. Melakukan pemantauan bayi baru lahir
a. Kemampuan menghisap
b. Keaktifan bayi
c. Keadaan umum bayi

VII. Evaluasi
1. Keadaan bayi lebih baik, sklera masih tampak ikterik
2. Tali pusat terawat baik
3. Bayi dalam kondisi hangat
4. Kemampuan menghisap bayi : baik, bayi tampak aktif, warna kulit mulai kemerah-merahan
5. Hasil pengukuran antropometri
BB : 2900 gram PB : 50 cm LL : 13 cm
LK : 34 cm LD : 33 cm


CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 10 Oktober 2007 pukul 10.00 WIB, hari ke 3
S : a. Ibu mengatakan bayinya sudah mau menyusui
b. Ibu mengatakan bayinyaa sudah sering BAK
c. Ibu mengatakan bayinya sering menangis
O : Tanda-tanda vital
RR : 45 x/menit BB : 2900 gram
Suhu : 37,60 C PB : 50 cm
Nadi : 128 x/menit
a. Tanda-tanda ikterus sudah berkurang:
1. Warna kulit sudah tampak kemerahan
2. Sklera masih berwarna kuning
3. hasil lab : Kadar bilirubin 60 umol/dl
b. Tali pusat sudah layu dan terlihat terawat baik
c. Bayi sudah mau menyusui
d. Perut bayi tidak kembung
e. Eliminasi : BAK 7-8 x/hari
BAB 2-3 x/hari
f. Reflek : 1. Mencari (Rooting) : baik
2. Menghisap (sucking) : baik
3. Menelan (swallowing) : baik
4. Reflek kaki (stapping) : baik
5. Menggenggam (graping) : baik
6. Reflek moro : baik
A : Diagnosa
Bayi baru lahir dengan ikterus derajat I
Dasar : bayi baru lahir 07 Oktober 2007 dengan apgar 8-9
Masalah, untuk sementara tidak ada
Kebutuhan : a. Perawatan tali pusat
b. Perawatan bayi sehari-hari
c. Penyuluhan pada ibu dan keluarga tentang :
1. Personal hygiene bayi
2. Pemberian ASI eksklusif
3. Pertahankan suhu tubuh bayi
P : 1. Mandikan bayi dengan mandi lap 2 kali sehari
2. Merawat tali pusat
3. Berikan penyuluhan pada ibu dan keluarga tentang :
a. Personal hygiene bayi
b. Pemberian ASI eksklusif
c. pertahankan suhu tubuh
4. Tetap anjurkan ibu untuk menghangatkan bayinya dibawah sinar matahari pagi untuk menurunkan kadar bilirubin.

Tanggal 13 Oktober 2007, hari ke-7
S : a. Ibu mengatakan bayinya tidak rewel, bayi tidur  16 jam
b. Ibu mengatakan bayinya BAK  7-8 kali sehari, BAB 2 x sehari
c. Ibu mengatakan bayinya hanya minum ASI saja setiap jam.
O : a. Keadaan umum baik
Tanda-tanda vital :
RR : 50 x/menit BB : 3100 gram
Suhu : 37,20 C PB : 50 cm
Nadi : 130 x/menit
b. Eliminasi : BAK 7-8 x/hari
BAB 2 x/hari
c Reflek : 1. Mencari (Rooting) : baik
2. Menghisap (sucking) : baik
3. Menelan (swallowing) : baik
4. Reflek kaki (stapping) : baik
5. Menggenggam (graping) : baik
6. Reflek moro : baik
d. Warna kulit kemerahan, sklera masih tampak ikterik, tanda-tanda ikterus sudah berkurang
e. Tali pusat sudah lepas.
A : Diagnosa
Bayi baru lahir normal umur 7 hari
Dasar : bayi baru lahir normal spontan pervaginam tanggal 07-10-2007
Masalah, untuk sementara tidak ada
Kebutuhan : a. Perawatan bayi sehari-hari
b. Pemberian ASI eksklusif
c. Penyuluhan tentang imunisasi
P : a. Lakukan perawatan bayi sehari-hari :
Mandikan bayi dengan mandi rendam 2 x sehari karena tali pusat sudah puput.
b. Sarankan ibu untuk membawa anaknya secara rutin ke posyandu untuk memantau tumbuh kembang bayi.
c. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan

Tanggal 20 Oktober 2007, hari ke 14
S : a. Ibu mengatakan bayi minum ASI dengan kuat
b. Ibu mengatakan bayinya hanya minum ASI saja tiap jam
c. Ibu mengatakan bayinya BAK  7-8 kali sehari, BAB 2 x sehari
O : a. Keadaan umum baik
Tanda-tanda vital :
RR : 52 x/menit BB : 3100 gram
Suhu : 37,00 C PB : 50 cm
Nadi : 128 x/menit
b. Eliminasi : BAK 7-8 x/hari
BAB 2 x/hari
c Reflek : 1. Mencari (Rooting) : baik
2. Menghisap (sucking) : baik
3. Menelan (swallowing) : baik
4. Reflek kaki (stapping) : baik
5. Menggenggam (graping) : baik
6. Reflek moro : baik
d. Warna kulit kemerahan, sklera tidak ikterik
A : Diagnosa
Bayi baru lahir normal umur 14 hari
Dasar : bayi baru lahir spontan pervaginam tanggal 07-10-2007
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : a. Perawatan bayi sehari-hari
b. Pemberian ASI eksklusif
c. Penyuluhan tentang imunisasi
P : a. Ajarkan ibu untuk perawatan bayi sehari-hari :
1. Mandikan bayi, dengan mandi rendam 2 x sehari
2. Anjurkan pada ibu jika terdapat tanda-tanda bahaya :
Suhu tinggi, kejang, diare, dan lain-lain segera bawa ke pusat kesehatan
b. Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI saja
c. Sarankan pada ibu untuk membawa anaknya ke posyandu secara rutin untuk memantau tumbuh kembang bayi
Selengkapnya...