BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bayi yang sehat dan lucu pasti menjadi dambaan setiap pasangan. Namun, tentu saja tidak semua bayi beruntung dengan kesehatan yang prima. Apalagi pada anak yang masih bayi, berbagai macam penyakit bisa menyerang dengan mudah.
Bayi sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya. Tak pelak membuat banyak bayi mengalami gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan pada bayi sangat beragam, misalnya gangguan saluran pernapasan, jantung, atau yang ringan seperti influenza yang bisa saja ditularkan dari ibu, kakak atau tamu-tamu yang berkunjung ke rumah.
Bidan harus mengetahui lebih banyak tentang penyakit kulit, karena tidak dapat disangkal bahwa penyakit kulit pada anak sering dijumpai. Walaupun belum ada angka statistik yang membandingkan frekuensi penyakit kulit pada anak, namun diberbagai poliklinik Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten dibuat kesimpulan bahwa sekitar 20% adalah kasus penyakit kulit pada anak. Data terpenting yang harus diperhatikan oleh seorang yang bukan ahli penyakit kulit, yaitu cara membuat diagnosis serta memahami prinsip pengobatan sebaik-baiknya, agar jangan sampai timbul komplikasi karena obat atau cara pengobatan yang salah (FKUI, 2005).
Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya, dengan berbagai alat didalamnya seperti lemak, otot, pembuluh darah, serabut syaraf, kelenjar keringat dan lain-lain. Alat-alat tersebut mengatur fungsi kulit yang beraneka ragam yaitu mulai dari proteksi secara fisis dan imunologis, mengatur suhu tubuh dan keseimbangan elektrolit (panas, dingin, tekanan, nyeri, gatal dan perabaan), ekskresi, pembuatan vitamin D, dan daya membersihkan diri (FKUI, 2005).
Kulit juga merupakan organ tubuh terluar yang terus menerus terpajan dengan lingkungan luar sehingga senantiasa aktif mengadakan penyesuaian diri dengan berbagai perubahan lingkungan. Keadaan makroskopis dan mikroskopis kulit mencerminkan kesehatan individu dan berbeda-beda sesuai dengan umurnya. Kulit pada neonatus (bayi < 1 bulan) dan bayi (< 1 bulan) merupakan bagian yang mengalami proses pematangan yang cepat, baik struktur anatomi, bio kimia dan fisiologik setelah tahap pembentukan in utero.
Selain itu, keadaan kulit juga merupakan 'cermin' kesehatan tubuh seseorang. Para orang tua kini semakin menyadari bahwa menjaga kesehatan kulit anak sama pentingnya dengan menjaga kesehatan anak. Dan untuk menjaga kesehatan kulit ini, diperlukan perawatan rutin sejak usia dini. Perawatan rutin kulit juga mengekspresikan rasa cinta seorang ibu pada buah hatinya. Telah dibuktikan bahwa sentuhan ibu akan sangat berpengaruh pada perkembangan fisik dan mental seorang anak (FKUI, 2002).
Prelevansi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi baik oleh bakteri, virus atau jamur. Selain itu bergantung pada lingkungan dan kondisi setiap individu. Trauma kecil atau ringan dapat menyebabkan tempat masuknya mikroorganise ke kulit (FKUI, 2005).
Salah satu penyakit kulit pada bayi adalah miliaria (biang keringat). Biang keringat dapat dijumpai pada bayi cukup bulan maupun premature, pada minggu-minggu pertama pasca kelahiran. Kemungkinan disebabkan oleh sel-sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit yang mengakibatkan retensi keringat. Biang keringat terjadi pada sekitar 40% bayi baru lahir. Menetap beberapa minggu dan menghilang tanpa pengobatan. Penanggulangan biang keringat cukup dengan mandi memakai sabun, mengatur agar suhu lingkungan cukup sejuk, sirkulasi (ventilasi) yang baik serta memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat. Pemakaian bedak tabur dapat juga membantu, namun bila inflamasinya hebat, pemakaian cream hidrokortison 1% dapat mengatasinya (http://www.sitiaisyah.com).
Berdasarkan hasil presurvey pada bulan Maret 2008, terdapat 80 ibu yang mempunyai bayi berumur 0-1 tahun mengikuti imunisasi di BPS Hj. Subagyo, di ambil 25% dari 80 orang ibu tersebut untuk dibagikan kuisioner. Dari hasil kuisioner ada 9 (40%) orang ibu yang memiliki pengetahuan baik, 8 (35%) orang ibu memiliki pengetahuan cukup dan 7(25%) orang ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai biang keringat.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat pada Bayi 0-1 tahun pada bulan April-Mei di BPS Hj. Subagyo ”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah tentang “Bagaimana Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat pada Bayi 0-1 tahun di BPS Hj. Subagyo Tahun 2008?”.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis Penelitian : Deskriptif
Subjek Penelitian : Ibu yang memiliki Bayi 0-1 tahun.
Objek Penelitian : Pengetahuan tentang biang keringat
Lokasi Penelitian : BPS Hj. Subagyo
Waktu : Penelitian dilaksanakan pada bulan April
Alasan : Dari hasil pre survey pada bulan Maret 2008, terdapat 80ibu yang mempunyai bayi berumur 0-1 tahun mengikuti imunisasi di BPS Hj. Subagyo, di ambil 25% dari 80 orang ibu tersebut untuk dibagikan kuisioner. Dari hasil kuisioner ada 9 (40%) orang ibu yang memiliki pengetahuan baik, 8 (35%) orang ibu memiliki pengetahuan cukup dan 7(25%) orang ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai biang keringat.
D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang biang keringat pada bayi 0-1 tahun di BPS Hj. Subagyo tahun 2008.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ibu yang Memiliki Balita
Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman ibu tentang biang keringat sehingga dapat mengatasinya dengan benar.
2. Bagi Rumah Bersalin
Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi BPS sebagai bahan masukan untuk penanganan biang keringat.
3. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai dokumentasi akademik maupun bacaan bagi mahasiswa ataupun pihak lain yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Studi Pustaka
1. Biang Keringat
a. Pengertian
Biang keringat adalah kelainan kulit yang sering muncul pada bayi dan balita akibat tersumbatnya kelenjar keringat, sehingga keringat yang keluar berkumpul di bawah kulit dan mengakibatkan timbulnya bintik-bintik merah (Pasaribu, 2007).
Biang keringat disebut juga keringat buntet timbul di daerah dahi, leher dan bagian tubuh yang tertutup pakaian, disertai gatal, kulit kemerahan dan gelembung berair kecil-kecil (http///www.ikatandokter anakindonesia.co.id).
Biang keringat adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh keluarnya keringat berlebihan disertai tersumbatnya saluran kelenjar keringat dan biasanya terjadi pada daerah dahi, leher, punggung dan dada (http://www.republika.com).
b. Jenis-jenis Biang Keringat
Ada tiga macam biang keringat yaitu :
1) Miliaria kristalina
Biang keringat yang terjadi pada bayi baru lahir (neonatus) sumbatan terjadi pada permukaan kulit sehingga terlihat gelembung-gelembung kecil berukuran 1-2 mm berisi cairan jernih, namun tidak terdapat kemerahan pada kulit (hhtp:\\www.republika.com).
2) Miliaria rubra
Biang keringat ini terjadi pada anak yang biasa tinggal di daerah atau lingkungan panas dan lembab. Terdapat bintik-bintik kecil (1-2 mm) berwarna merah, biasanya disertai keluhan gatal dan perih (hhtp:\\www.republika.com).
3) Miliaria profunda
Pada biang keringat jenis ini terdapat bintik-bintik putih, keras dan berukuran (1-3 mm). Kulit tidak berwarna merah, namun kasus ini jarang terjadi (hhtp:\\www.republika.com)
c. Penyebab Biang Keringat
Penyebab biang keringat menurut Pasaribu (2007) yaitu:
1) Ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan panas atau lembab.
2) Pakaian bayi terlalu tebal dan ketat, pakaian yang tebal dan ketat menyebabkan suhu tubuh bayi meningkat.
3) Bayi mengalami panas atau demam.
4) Bayi terlalu banyak beraktivitas sehingga banyak mengeluarkan keringat.
Faktor yang menyebabkan keringat keluar berlebihan dan tersumbatnya saluran keringat yaitu udara panas dan lembab disertai ventilasi ruangan yang kurang baik, pakaian terlalu tebal dan ketat, aktivitas yang berlebihan, juga setelah mengalami demam (http://www.republika.com)
Faktor penyebab timbulnya keringat berlebihan yaitu :
1) Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang baik
2) Pakaian yang terlalu lembab dan ketat
Pakaian banyak memberikan pengaruh pada kulit, misalnya menimbulkan pergeseran, tekanan yang berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan suhu tubuh.
3) Aktivitas yang berlebihan, misalnya berolahraga
4) Setelah menderita sakit panas
(FKUI, 2002)
Penyebab lain berupa penyumbatan pori-pori yang berasal dari kelenjar keringat. Sumbatan ini dapat diakibatkan debu atau radang pada kulit anak. Butiran-butiran keringat yang terperangkap dibawah kulit akan mendesak ke permukaan kulit dan menimbulkan bintik-bintik kecil yang terasa gatal (http://www.conectique.com).
d. Pencegahan
1) Bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 kali sehari menggunakan air dingin dan sabun.
2) Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur.
3) Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebih dahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri.
4) Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang tidak menyerap keringat (FKUI, 2002).
Pencegahan dapat dilakukan dengan:
Memandikan bayi atau anak secara teratur minimal 2 kali sehari dengan air dingin dan sabun. Orang tua sebaiknya juga sering membasuh keringat anak dengan handuk basah lalu dikeringkan dan ditaburi bedak. Ruangan juga harus diperhatikan, usahakan agar suhu ruangan tidak terlalu panas dan lembab dengan cara membuat ventilasi yang baik, jika perlu pasang kipas angin. Hindari pakaian yang tebal, ketat atau yang terbuat dari bahan yang tidak menyerap keringat seperti wol dan nilon (http://www.republika.com).
Biang keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara:
1) Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari.
2) Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis.
3) Jaga tubuh bayi agar tetap kering.
4) Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan bedak. Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis.
5) Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi.
6) Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar yang tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir dengan baik sehingga kamar selalu sejuk.
7) Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan (Pasaribu, 2007).
e. Pengobatan
Sebenarnya pengobatan khusus tidak diperlukan, cukup pencegahan dan perawatan kulit yang benar. Bila biang keringat berupa gelembung kecil tidak disertai berupa gelembung kecil tidak disertai kemerahan, kering dan tanpa keluhan dapat diberi bedak setelah mandi. Bila kelainan kulit membasah tidak boleh ditaburkan bedak, karena akan terbentuk gumpalan yang memperparah sumbatan kelenjar sehingga menjadi tempat pertumbuhan kuman. Bila keluhan sangat gatal, luka dan lecet dapat diatasi dengan pemberian antibiotik (FKUI, 2002).
2. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dalam hal ini pengetahuan ibu tentang biang keringat.
Pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif yaitu :
1) Tahu (know)
Dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu (know) ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah faham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menyimpulkan dan menyebutkan contoh, menjelaskan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan bagian penelitian yang menyajikan konsep atau teori dalam bentuk kerangka yang mengacu pada masalah-masalah (bagian-bagian) yang akan diteliti atau berhubungan dengan penelitian dan dibuat dalam bentuk diagram (Hidayat, 2007). Masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang biang keringat pada bayi 0-1 tahun di BPS Sri Wahyuningsih Punggur Lampung Tengah.
Untuk lebih jelasnya, kerangka konsep digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Konsep
C. Definisi Operasional
Definisi operasional mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2007).
Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur) (Hidayat, 2007). Adapun dalam penelitian ini variabel yang akan didefinisikan secara operasional dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 1. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Kriteria Nilai
1 Ibu yang memiliki bayi 0-1 tahun Seorang wanita yang telah melahirkan bayi dan sudah berumur 0-1 tahun.
- - - - -
2 Pengetahuan
tentang biang keringat Hasil dari tahu, dan terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap biang keringat Angket Kuisioner Baik
Cukup
Kurang
Kurang sekali 76-100%
51-75%
26-51%
0-25 % Interval
Kamis, 10 Desember 2009
KTI KEBIDANAN : STUDI DESKRIPTIF PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT PADA BAYI 0-1 TAHUN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar