KTI KEBIDANAN LENGKAP HUB : YUNI Hp. 081 225 300 100
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Upaya untuk mengangkat derajat kehidupan bangsa antara lain dengan dilaksanakan pembangunan bidang ekonomi dan Keluarga Berencana (KB) secara bersama. Bila gerakan Keluarga Berencana tidak dilakukan bersamaan dengan pembangunan ekonomi dikhawatirkan hasil pembangunan tidak akan berarti.
Jumlah penduduk Indonesia tahun 2003 mencapai 210 juta jiwa, dengan angka pertumbuhan 1,6 %. Untuk mengatasi hal tersebut digalakkan program KB Nasional (Wiknjosastro, 2003). Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015“. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saifudddin, 2003). Menurut SDKI 2002/2003, 60% perempuan kawin saat ini menggunakan kontrasepsi, dibandingkan dengan 57% pada 1997. Metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah kontrasepsi suntik (28%), pil (13%), dan AKDR (6%) (Martaadisoebrata, 2005 : 28). Sedangkan pada tahun 1997, dua per tiga (66,5%) perempuan menikah di Indonesia menggunakan kontrasepsi modern suntik (35,6%), pil (28.2%), IUD (14,8%) (Gulardi, 2004 : 22 ). Hal tersebut menunjukkan perubahan jumlah peserta KB. Banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam menentuklan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode metode kontrasepsi tersebut. Pelbagai faktor harus dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan norma budaya lingkungan dan orang tua (Saifuddin, 2003).
Berdasarkan visi dan misi tersebut program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas penduduk (Saifuddin, 2003). Menurut survei BKKBN pada tahun 2003 jumlah peserta KB di Magetan adalah 153.403 orang, peserta suntik sejumlah 24.223 orang, peserta IUD sebanyak 17.580 orang, peserta pil sebanyak 4.711 orang, peserta implan sebanyak 2.307 orang. Sedang di wilayah Bendo jumlah peserta KB adalah 16.870 orang, jumlah peserta suntik sebanyak 5.084 orang, peserta KB IUD sebanyak 7.640 orang, peserta KB pil sebanyak 672 orang, peserta implan sejumlah 1.705 orang. Pada tahun 2004 survei BKKBN menunjukkan jumlah peserta KB di Kecamatan Bendo adalah 6.899 orang, peserta IUD sebanyak 3.131 orang, peserta suntik 2.440 orang, peserta KB pil sebanyak 214 orang, dan jumlah peserta KB implan sebanyak 523 orang. Survey di Desa Kleco tahun 2004 menunjukkan bahwa 45,07% peserta memilih kontrasepsi suntik, 1,41% memilih kontrasepsi implan, 38,03% memilih kontrasepsi IUD, 2,82% memilih kontrasepsi pil, dan sebanyak 12,68% memilih kontrasepsi mantap. Hal ini dipengaruhi berbagai faktor, yaitu faktor internal seperti kegagalan (3%), ingin hamil (6%) mengalami efek samping atau kesehatan (10 %) dan 6 % karena alasan lain seperti harga mahal, jarang kumpul, atau kesulitan mendapatkan alat yang diinginkan (BKKBN, 2003 : 9), dan faktor eksternal seperti paritas, umur, pendidikan, sosial ekonomi, pekerjaan, KIE dan konseling.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa peserta KB yang memilih metode kontrasepsi efektif sangat bervariasi. Hal tersebut bisa berpengaruh pada metode kontrasepsi yang lain semisal metode kontrasepsi sederhana atau metode kontrasepsi mantap. Kenyataan tersebut di atas dapat dijadikan sebagai patokan untuk terus dapat mempertahankan kondisi seperti tersebut di atas. Konseling menjadi sangat penting untuk mewujudkannya. Penyuluhan kepada peserta KB tentang cara kerja, efek samping dan juga cara mengatasinya perlu untuk ditingkatkan.
Dalam pemilihan metode kontrasepsi dipengaruhi oleh berbagai hal. Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (Saifuddin, 2003 : U-1). Konseling dapat membantu klien untuk memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan dirinya sehingga klien bisa menjadi peserta yang mantap dari suatu metode kontrasepsi, dan upaya untuk mengatasi fenomena yang terjadi yaitu dengan pemberian konseling tentang metode kontrasepsi, efek samping suatu metode kontrasepsi dan dilakukan sosialisasi kontrasepsi secara luas.
Dari uraian tersebut diatas, maka penulis ingin meneliti tentang pemilihan kontrasepsi dan penulis mengambil judul “Karakteristik peserta KB Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih ”.
1.2 Identifikasi penyebab masalah
Dalam pemilihan alat kontrasepsi tertentu banyak hal yang perlu diperhatikan, misalnya efektivitas, keuntungan dan kerugian, indikasi dan kontraindikasi serta efek samping. Juga banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan suatu alat kontrasepsi tertentu termasuk faktor internal yaitu : motivasi dan faktor eksternal yaitu paritas, umur, pendidikan, social ekonomi, pekerjaan, KIE/konseling, juga faktor-faktor harus dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan norma budaya lingkungan dan orang tua. Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah karakteristik peserta KB Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih.
1.3 Rumusan masalah
Berdasarkan fenomena permasalahan pada latar belakang, maka dalam penelitian ini perumusan masalahnya adalah bagaimanakah karakteristik peserta Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih?
1.4 Tujuan penelitian
1.4.1 Tujuan umum :
Untuk mengetahui karakteristik peserta KB Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih?
1.4.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik peserta KB MKET berdasarkan paritas
2. Mengidentifikasi karakteristik peserta KB MKET berdasarkan umur
3. Mengidentifikasi karakteristik peserta KB MKET berdasarkan pendidikan
4. Mengidentifikasi karakteristik peserta KB MKET berdasarkan sosial ekonomi
5. Mengidentifikasi karakteristik peserta KB MKET berdasarkan pekerjaan
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1 Manfaat teoritis
Untuk memperoleh gambaran karakteristik peserta KB tentang pemilihan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih.
1.5.2 Manfaat praktis
1. Bagi penulis
Dapat memperoleh informasi dan gambaran tentang karakteristik peserta KB tentang pemilihan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih yang selanjutnya dijadikan pedoman dan acuan dalam rangka mempertahankan metode kontrasepsi efektif dan menggalakkan metode kontrasepsi yang lain.
2. Bagi responden atau klien, keluarga dan masyarakat.
Dapat memberikan informasi mengenai karakteristik peserta KB pada Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih dan dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan peserta KB tentang KB.
3. Bagi institusi
Dapat memberikan informasi tentang karakteristik peserta KB tentang pemilihan peserta KB pada Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam peningkatan konseling tentang KB.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih
2.1.1 Pengertian Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET)
Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET) merupakan cara-cara kesehatan menuntut penerimaan yang sungguh-sungguh harus dihayati oleh pasangan suami istri, untuk mengatur agar tidak menambah, mempunyai anak kandung lagi secara wajar atau untuk menjarangkan kehamilan yang efektif untuk jangka waktu yang lama, sekitar lima tahunan, termasuk didalamnya cara kontap (vasektomi, tubektomi), cara implan (BKKBN, 1992 : 57).
2.1.2 Jenis Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih
1. Suntikan progestin
Suntikan progestin merupakan kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu : 1) depo medroksiprogesteron acetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intra muskular (didaerah bokong), 2) depo noretisteron enantat (depo noristerat) yang mengandung 200 mg noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular.
Keuntungan metode suntik adalah : sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah, tidak memiliki pengaruh terhadap ASI, sedikit efek samping, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul. Keterbatasan metode suntik adalah : sering ditemukan gangguan haid, permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering, tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, Hepatitis B, atau infeksi virus HIV, terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat, tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.
Senin, 07 Februari 2011
KTI KEBIDANAN : KARAKTERISTIK PESERTA KB METODE KONTRASEPSI EFEKTIF TERPILIH
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar