Kamis, 29 Oktober 2009

TOKSOPLASMOSIS

Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, yang telah diketahui dapat menyababkan cacat bawaan (kelainan congenital) pada bayi dan keguguran (abortus) pada ibu hamil. Infeksi toksoplasma dapat bersifat tunggal atau dalam kombinasi dengan infeksi lain dari golongan TORSH-KM.
Sumber penularannya adalah kotoran hewan berbulu, terutama kucing. Cara penularannya pada manusia melalui :
1. Makanan dan sayuran /buah-buahan yang tercemar kotoran hewan berbulu (kucing).
2. Makan daging setengah matang dari binatang yang terinfeksi
3. Melalui tranfusi darah atau transplantasi organ dari donor yang terinfeksi toksoplasma.
4. Secara congenital (bawaan) dari ibu ke bayinya apabila ibu hamil terinfeksi pada bulan-bulan pertama kehamilannya.
Toksoplasma pada ibu bumil dapat menyebabkan keguguran, lahir premature, lahir mati, lahir cacat atau infeksi toksoplasma bawaan. Bilamana ibu hamil terkena infeksi tokso-plasma maka resiko terjadinya toksoplasmosis bawaan pada bayi yang dinkandungnya berkisar antara 30-40%. Infeksi toksoplasma bawaan ini dapat mengakibatkan anak yang dilahirkan mengalami kerusakan mata, perkapuran otak dan keterbelakangan mental, namun seringkali gejala ini tidak terlihat pada bayi yang baru lahir (neonatus). Beberapa faktor yang mungkin berperan atas munculnya gejala adalah fungsi plasenta sebagai sawar (barier), status kekebalan (imunitas) ibu hamil, dan umur kehamilan ketika terjadinya infeksi pada ibu.

Gejala dan wujud klinis toksoplasmosis
Gejala yang timbul pada infeksi toksoplasma tidak khas, sehingga penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya telah terkena infeksi. Tetapi sekali terkena infeksi toksoplasma maka parasit ini akan menetap (persisten) dalam bentuk kista pada organ tubuh penderita selama siklus hidupnya. Gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening (limfe) dikenal sebagai limfadenopati, yang dapat disertai demam. Kelenjar limfe dileher adalah yang paling sering terserang. Gejala toksoplasmosis akut yang lain adalah demam, kaku leher, nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), ruam kulit, gidu (urticaria), hepatosplenomegali atau hepatitis.
Wujud klinis toksoplasmosis yang paling sering pada anak adalah infeksi retina (korioretinitis), biasanya akan timbul pada usia remaja atau dewasa. Pada anak, juling merupakan gejala awal dari korioretinitis. Bila macula terkena, maka penglihatan sen-tralnya akan terganggu.
Pada penderita dengan imunodefisiensi seperti penderita cacat imun, penderita kanker, penerima cangkok jaringan yang mendapat pengobatan imunosupresan, dapat timbul gejala ringan sampai berat susunan saraf pusat seperti ensefalopati, meningoense-falitis, atau lesi massa otak dan perubahan status mental, nyeri kepala, kelainan fokal serebral dan kejang-kejang, bahkan pada penderita AIDS seringkali mengakibatkan kematian.
Wujud klinis toksoplasmosis bawaan adalah kelainan neurologis : hidrosefalus, mikrose-falus, kejang,keterlambatan psikomotor, perkapuran (kalsifikasi) abnormal pada foto rontgenkepala. Selain itu tampak pula gangguan penglihatan : mikroftalmi, katarak, re-tinokoroiditis; juga gangguan pendengaran, dan kelainan sistemik: hepatosplenomegali, limfadenopati, dan demam yang tidak diketahui sebabnya.
Pemeriksaan
Diagnosis penyakit toksoplasmosis umumnya ditegakkan karena adanya kecenderu-ngan yang mengarah pada penyakit tersebut, antara lain adanya riwayat:

• Infertilitas, abortus, lahir mati, kelainan bawaan
• Memelihara binatang piraan berbulu, misalnya kucing
Pemeriksaan yang digunakan saat ini untuk mendiagnosis toksoplasmosis adalah pemeriksaan serologis, dengan memeriksa zat anti (antibodi) IgM Toxsoplasma gondii. Antibadi IgM dibentuk pada masa infeksi akut (5 hari setelah infeksi), titernya meningkat dengan cepat (180 sampai 1000 atau lebih) dan akan mereda dalam waktu relatif singkat (beberapa minggu atau bulan). Antibiodi IgGdibentuk lebih kemudian (1-2 minggu setelah infeksi), yang akan meningkat titernya dalam 6-8 minggu, kemudian menurun dan dapat bertahan dalam waktu cukup lama, berbulan-bulan bahkan lebih dari setahun. Oleh karena tu, temuan antibiotic IgG dianggap sebagai infeksi yang sudah lama, sedangkan adanya antibiotic IgM berarti infeksi yang baru atau pengaktifan infeksi lama (reaktivasi), dan berisio bayi terkena toksoplasmosis bawaan. Berapa tingginya kadar antibiotic tersebut untuk menyatakan seorang sudah terinfeksi toksoplasma sangatlah beragam, bergantung pada cara peneraanyang dipakai dan kendalai mutu dan batasan baku masing-masing laboratorium. Contoh yang didapat dikemukakan adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh dkk. (1998), yang menyatakan seorang ibu yang tergolong positif bilamana IU/ml atau IgM 0,5 IU/ml, sedangkan tergolong negative bilamana titer IgG < IgM < IU/ml
Tidak semua ibnu hamil yang terinfeksi toksoplasma akan menularkan toksoplasma bawaan pada bayinya. Bilamana dalam pemeriksaan ibu sebelum hamil menunjukan IgG positif terhadap toksoplasma, berarti ibu tersebut terinfeksi sudah lama, tetapi bukan berarti bahwa 100% bayinya akan bebas dari toksoplasma bawaan
Diagnosa toksoplasma bawaan pada bayi lebih sukar ditetapkan karena gejala klinis dari terinfeksi toksoplasma bawaan sangat beraneka ragam dan seringkali subklinis (tidak terlihat) pada neonatus. Oleh karena itu perlu dilakukan juga pemeriksaan serologis pada neonatus, terutama bilamana diketahui ibunya terinfeksi selam kehamilan. Antibiotic IgG dapat menembus plasenta, sedangkan antibiotic IgM tidak dapat menembus plasenta. Dengan demikian, apabila pada darag bayi ditemukan antibiotic IgG mungkin hanya merupakan pindahan (transfer) IgG ibu, dan lambat laun akan habis. Pada usia 2-3 bulan, bayi sudah dapat membentuk antibiotic IgG sendiri, bilamana bayi terinfeksi toksoplasma bawaan maka konsentrasi IgGnya akan mulai meningkat lagi setelah IgG yang diperoleh dari ibunya habis. Tetapi jika ditemukan antibody IgM, maka ini menunjukan infeksi nyata pada bayi (toksoplasmosis bawaan)
Pengobatan
Untuk mengendalikan infeksi yang persisten ini, umumnya diperlukan reaksi imun tubuh yang memadai (adekuat). Penderita toksoplasma dengan sistem imun yang normal tidak memerlukan pengobatan, kecuali ada gejala-gejala yang berat atau nerkelanjutan. Toksoplasma pada penderita imunodefisiensi harus diobtai karena dapat mengakibatkan kematian
Toksoplasma pada ibu hamil perlu diopbtai untuk menghindari toksoplasmosis bawaan pada bayi. Obat-obat yang dapat digunakan untuk ibu hamil adalah spiramisin 3 gram/hari yang terbagi dalam 3-4 dosis tanpa memandang umur kehamilan, atau bilamana mengharuskan maa dapat diberikan dalan bentuk kombinasi pirimetamin dan sulfadiazine setelah umur kahamilan diatas 16 minggu
Pada bayi yang menderita toksoplasma bawaan baik bergejala atau tidak, sebaiknya diberikan pengobatan untuk menghindari kelainan lanjutan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar