Konsep dasar manajemen kebidanan pada ibu bersalin dengan penyulit ketuban pecah dini pada dasarnya sama dengan menajemen kebidanan pada ibu bersalin normal. manajemen menurut varney adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan, ketrampilan dan rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. Adapun asuhan kebidanan menurut Varney terdapat 7 langkah acuan, antara lain (11)
a. Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Varney (1997) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970an, proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urusan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan. Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja melainkan juga perilaku pada setiap langkah agar pelayanan yang komprehensif dan aman dapat tercapai. Proses manajemen harus mengikuti urutan yang logis dan memberikan pengertian yang menyatukan pengetahuan, hasil temuan dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.(14)
1. 7 Langkah Manajemen Varney
a. Langkah I (Pertama) : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu :
1) Riwayat Kesehatan
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
3) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
4) Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil study
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.
b. Langkah II (Kedua) : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnose tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan wanita yang diidentifikasikan oleh bidan sesuai dengan pengarahan, masalah ini sering menyertai diagnosa.
c. Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial Serta Tindakan Antisipasinya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa dan masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melajukan asuhan yang aman.
d. Langkah IV (Keempat) : Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera
Mengidentifikasikan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan bidan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periode atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
e. Langkah V (Kelima) : Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputiapa yang sudah diidentifikasikan dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya.
Dengan perkataan lain asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan, setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut, oleh karena itu pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
f. Langkah VI (Keenam) : Melaksanakan Perencanaan Asuhan Kebidanan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan, atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
g. Langkah VII (Ketujuh) : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhisesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif pelaksanaannya. Ada kemungkinan sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan sesuatu kontinum, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.
b. Penerapan Manajemen Kebidanan
1. Langkah I : Pengkajian
Pada langkah pertama ini disimpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap yang berkaitan dengan kondisi pasien. Pengkajian merupakan suatu langkah awal yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien. Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang klien dikumpulkan dan dianalisis untuk mengevaluasi keadaan klien. Berkaitan pada ibu bersalin dengan penyulit ketuban pecah dini, maka pada langkah pengkajian ini difokuskan pada :
Data Subjektif
a. Biodata
1) Pendidikan
Pendidikan berpengaruh pada tingkat penerimaan pasien terhadap konseling yang diberikan serta tingkat kemampuan pengetahuan ibu terhadap kehamilan.
2) Pekerjaan
Berkaitan dengan kasus KPD atau ketuban pecah dini, maka pekerjaan perlu dikaji, apakah terlalu berat sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya KPD.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama ini berkaitan dengan terjadinya KPD, yaitu pasien sudah mengeluarkan air secara tiba-tiba dari jalan lahir dengan warna jernih, bau khas, sedangkan pasien belum merasa kenceng-kenceng(10).
c. Riwayat Kesehatan(1,3)
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu ditujukan pada pengkajian penyakit yang diderita pasien yang dapat menyebabkan terjadinya KPD, seperti servikritis, dan vaginitis karena adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi seblum KPD. Perlu dikaji juga ibu mempunyai penyakit jantung, asma, hipertensi, DM (diabetes mellitus), karena jika penyakit-penykit tersebut sudah ada sebelum ibu hamil maka akan diperberat dengan adanya kehamilan, dapat berisiko pada waktu persalinan.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan ini dikaji untuk mengetahui adakah penyakit yang diderita pasien seperti serviksitis, vaginitis, penyakit jantung, asma, hipertensi, dan DM.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Berkaitan dengan kasus KPD mereka untuk mengetahui apakah pada kehamilan ibu mengalami ketegangan uteri yang berlebihan, misalnya apakah ada riwayat kembar pada keluarga, selain itu juga dikaji adakah riwayat kecacatan pada keluarga.
d. Riwayat Obstetri(1,6)
1) Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi dikaji untuk mengetaui usia kandungan apakah sudah aterm atau belum, melalui HPHT (hari pertama haid terakhir) karena bila dijumpai ibu bersalin dengan preterm, (< 37 minggu) merupakan kontraindikasi dilakukannya indikasi persalinan. selain itu untuk mengetahui apakah ibu ada riwayat keputihan, karena jika ada keputihan yang sifatnya patologis, maka ada kemungkinan terjadi infeksi.
2) Riwayat Kehamilan Sekarang
Perlu dikaji untuk menyatakan tentang keadaan kehamilan ibu yang sekarang ini.
e. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – hari(10)
1) Pola Nutrisi
Menggambarkan tentang kebutuhan nutrisi ibu selama hamil, apakah sudah tercukupi sesuai dengan gizi seimbang untuk ibu hamil.
2) Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kebiasaan BAB (frekuensi, jumlah, konsistensi, bau) dan kebiasaan BAK (warna, frekuensi, jumlah dan terakhir kali ibu BAB atau BAK), karena jika ibu mengalami kesulitan BAB maka kemungkinan ibu sering mengejan sehingga uterus berkontraksi.
3) Pola Istirahat
Menggambarkan tentang pola istirahat ibu, yaitu berapa jam ibu tidur siang dan berapa jam ibu tidur malam, karena berpengaruh terhadap kesehatan fisik ibu.
4) Personal Hygiene
Menggambarkan pola hygiene pasien, misalnya berapa kali ganti pakaian dalam, mandi, gosok gigi dalam sehari dan keramas dalam satu minggu. Pola ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasin menjaga kebersihan dirinya.
5) Pola sexual
Untuk mengetahui kapan ibu terakhir melakukan hubungan sexual dengan suami karena prostaglandin yang terkandung dalam sperma dapat merangsang terjadinya kontraksi.
6) Pola aktivitas
Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari terlalu berat, sehingga dapat mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini.
7) Psikososiospiritual
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana respon, tanggapan, dukungan yang diberikan suami dan keluarga, serta kecemasan pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam proses persalinan.
Data Objektif
a. Keadaan fisik pasien dikaji untuk mengetahui keadaan umum dan kemungkinan terjadi infeksi yang ditandai dengan suhu meningkat, nadi meningkat,untuk mendukung proses persalinan supaya berjalan baik, maka keadaan umum pasien dan tanda-tanda fisik hendaknya tidak ada masalah.
b. Status present(9)
Muka : ekspresi wajah yang menunjukkan kecemasan.
Genetalia : bersih, tidak ada tanda-tanda PMS( Penyakit Menular Seksual )
c. Pemeriksaan obstetrik(3,6,9)
1) Inspeksi
Abdomen : adakah bekas operasi SC, pembesaran uterus, apakah ada ketegangan perut karena kehamilan
Genetalia : keluar cairan berwarna jernih, berbau khas.
2) Palpasi
Apabila dari hasil palpasi ditemukan malpresentasi, serta gemelli maka hal tersebut salah satunya bisa menjadi penyebab terjadinya KPD.
3) Auskultasi
Dalam proses persalinan dengan KPD, bila diketahui DJJ > 160 kali permenit berarti kemungkinan terjadi infeksi intrauterine, yang dapat mengakibatkan kematian janin, sehingga persalinan harus diakhiri.
4) His
Untuk mengetahui apakah his adekuat, menurut teori, his yang adekuat adalah jika frekuensinya 3 kali dalam 10 menit, lamanya 45 detik, jika his adekuat syarat persalinan pervaginam terpenuhi, maka kemungkinan bayi bisa lahir spontan.
5) Pemeriksaan dalam
Dilakukan VT (vaginal toucheer) untuk mengetahui pembukaan serviks, KK sudah pecah atau belum, presentasi, penurunan kepala, tali pusat menumbung, keadaan UPD (ukuran panggul dalam) untuk menentukan klasifikasi penyebab terjadinya KPD.
d. Data penunjang
Data penunjang ini diperlukan untuk menentukan tindakan apakah persalinan dengan KPD dapat berjalan normal atau tidak, misalnya hasil akhir laboratorium, kertas lakmus dan USG, serta dilakukan pemeriksaan panggul luar karena jika panggul ibu sempit, maka hal tersebut juga menjadi salah satu penyebab terjadinya KPD, maka persalinan ini per abdominal atau SC.
2. Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi masalah atau diagnosa spesifik yang sudah diidentifikasi. Interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan yang mengacu pada diagnosa nomenklatur, masalah dan yang disertai dengan dasar.
Diagnosa Kebidanan
Diagnosa yang akan muncul pada ibu bersalin dengan KPD berkaitan dengan gravida, para, abortus, umur, keadaan janin, dan perjalanan persalinan dengan KPD. Dasardari diagnosa tersebut adalah dari data-data subjektif dan data objektif yang telah diperoleh pada langkah identifikasi.
Masalah
Berkaitan dengan masalah psikologis yang berupa kecemasan terhadap persalinan yang dihadapi saat ini.
3. Langkah III : Identifikasi Diagnosa Potensial(1,3)
Diagnosa yang mungkin muncul antara lain :
a. Pada ibu
1) Infeksi
2) Partus lama
b. Pada janin
1) IUFD
2) Asfiksia
Tindakan antisipasi yang dilakukan antara lain :
a. Pada ibu
1) Berikan antibiotik
2) Lakukan induksi persalinan dengan memberikan drip 5 unit dalam 500 cc D5%
b. Pada janin
Lakukan resusitasi intra uterine
4. Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan Segera(1,3,6,10)
Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. dengan munculnya diagnosa potensial maka dilakukan kolaborasi dengan dokter yaitu :
a. Pada ibu
1) Memberikan antibiotika
2) Melakukan induksi persalinan dengan memberikan drip oksitosin 5 unit dalam 500 cc D5%, dimulai 8 tetes per menit, tetesan dinaikkan 4 tetes setiap 15 menit sampai 40 tetes per menit.
b. Pada janin
Melakukan resusitasi intra uterine
5. Langkah V : Perencanaan Asuhan Kebidanan(6,10)
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. langkan ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi data yang tidak legkap dapat dilengkapi.
Merencanakan asuhan kebidanan sesuai dengan kasus yang ada didukung dengan pendekatan yang rasional sebagai dasar untuk mengambil keputusan sesuai langkah sebelumnya. perencanaan berkaitan dengan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan.
Berkaitan dengan diagnosa kebidanan
a. Pemberian informasi tentang sebab dilakukannya persalinan dengan induksi.
1) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi dan mengakhiri persalinan dengan induksi.
2) Lakukan P10 yang meliputi KU, tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, his, DJJ (denyut jantung janin), bandle ring, PPV (perdarahan pervaginam) dan VT.
3) Pertolongan persalinan dengan asuhan persalinan normal atau APN jika dimungkinkan pervaginam atau syarat persalinan pervaginam terpenuhi.
b. Berkaitan dengan masalah
Pemberian informasi mengenai proses persalinan yang akan dihadapi dan apa yang harus dilakukan saat proses persalinan berlangsung.
6. Langkah VI : PelaksanaanAsuhan Kebidanan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau anggota tim kesehatan lainyya, apabila bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
Pelaksanaan perencanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa kebidanan, masalah pasien sesuai rencana yang telah dibuat, pelaksanaan tersebut hendaknya dibuat secara sistematis agar asuhan kebidanan dapat diberikan dengan baik:
a. Berkaitan dengan diagnosa
1) Memberikan informasi tentang sebab dilakukannya persalinan dengan induksi.
2) Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi antibiotik untuk mencegah infeksi dan mengakhiri persalinan dengan induksi.
3) Melakuan P10 meliputi KU, tekanan darah, nadi, suhu, HIS, DJJ, pernafasan, PPV, bandle ring dan VT.
4) Melakukan pertolongan persalinan dengan Asuhan Persalinan Normal (APN) jika memungkinkan untuk dilaksanakan persalinan pervaginam.
b. Berkaitan dengan masalah
Untuk pelaksanaan tindakan pada masalah kecemasan terhadap pross persalinan yang akan dialami ibu, maka dilaksanakan dengan memberikan informasi secara jelas tentang keadaan yang dialami dan tindakan yang akan dilakukan berkenaan dengan masalah yang ada.
7. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah,serta mengevaluasi apakah diagnose potensial muncul dan apakah tindakan antisipasi dilakukan. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ditujukan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan akan bantuan dan evaluasi hasil tidakan untuk mengatasi masalah yang muncul.
Senin, 02 November 2009
MENEJEMEN KEBIDANAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar