Senin, 23 November 2009

DYSMENORRHEA

Dysmenorrhea berasal dari bahasa Yunani -- dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal, meno berarti bulan, dan rrhea berarti aliran. Dysmenorrhea atau dismenorea dalam bahasa Indonesia berarti nyeri pada saat menstruasi
Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian bawah saat menstruasi. Namun, istilah dismenorea hanya dipakai bila nyeri begitu hebat sehingga mengganggu aktivitas dan memerlukan obat-obatan. Uterus atau rahim terdiri atas otot yang juga berkontraksi dan relaksasi. Pada umumnya, kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun kontraksi yang hebat dan sering menyebabkan aliran darah ke uterus terganggu sehingga timbul rasa nyeri .

b. Klasifikasi Dismenorea
1) Dismenorea Primer
Dismenorea primer (DP) adalah tipe nyeri menstruasi yang sering dijumpai. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama dengan permulaan menstruasi, berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari. Nyeri biasanya terbatas pada perut bagian bawah, tetapi dapat pula menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, badan lemah dan atau pingsan. Pada DP, pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan. DP berhubungan dengan produksi hormon prostaglandin yang menyebabkan kontraksi otot-otot uterus atau rahim. Jika produksi hormon ini berlebihan, maka akan timbul nyeri saat menstruasi. Prostaglandin juga menyebabkan sakit kepala, mual, muntah, dan diare. Faktor lain yang dapat menjadi penyebab dismenorea adalah faktor psikologis (http:/www.balipost.com).


Sebaiknya gadis-gadis sudah mendapat informasi yang lengkap perihal menstruasi ini sebelum menarche (menstruasi pertama kali). Gadis-gadis yang tidak mendapat penerangan yang baik tentang menstruasi akan mudah menderita dismenorea. Informasi dapat diberikan oleh orangtua, guru-guru, atau dokter. Faktor-faktor risiko DP antara lain nulipara (wanita yang belum pernah melahirkan), obesitas (kegemukan), perokok, dan memiliki riwayat keluarga dengan dismenorea.
2) Dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder (DS) adalah nyeri saat menstruasi yang disebabkan oleh kelainan ginekologi atau kandungan. Pada umumnya terjadi pada wanita yang berusia lebih dari 25 tahun. Tipe nyeri dapat menyerupai nyeri menstruasi DP, namun lama nyeri dirasakan melebihi periode menstruasi dan dapat pula terjadi bukan pada saat menstruasi. Pemberian terapi NSAIDs dan pil kontrasepsi tidak memberikan banyak manfaat.
Penyebab dari DS antara lain infeksi, adenomiosis, mioma uteri, salpingitis kronis, stenosis servisis uteri, kista ovarium, polip uteri, dan lain-lain. Faktor-faktor risiko DS antara lain infeksi pelvis, penyakit menular seksual, dan endometriosis. Terapi DS berdasarkan penyakit dasarnya. Selain obat-obatan, terkadang perlu dilakukan tindakan bedah. Bila Anda mengalami nyeri saat menstruasi, segera ketahui tipe nyeri anda. Karena, mungkin saja itu adalah salah satu gejala awal terdapat kelainan ginekologik pada Anda.
c. Penyebab Dismenorea
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan Nyeri Haid antara lain:
 Adanya kelainan pada organ reproduksi. Misalnya letak abnormal rahim yang menyebabkan bila kontraksi terasa sangat sakit.
 Tanpa kelainan anatomi, bisa disebabkan karena faktor hormonal, pshikis, atau penyakit yang kronis bila hal ini menyebabkan ambang nyeri lebih rendah dan akan terasa nyeri sekali.

d. Etiologi dan Gejala
1) Dysmenorea Primer
Rasa nyeri di perut bagian bawah, menjalar ke daerah pinggang dan paha. Kadang-kadang disertai mual, muntah, diare, sakit kepala dan emosi yang labil. Nyeri timbul sebelum haid dan berangsur hilang setelah darah haid keluar. Etiologinya belum jelas tetapi umumnya berhubungan dengan siklus ovulatorik. Beberapa faktor yang diduga berperan dalam timbulnya dismenore primer yaitu:
a) Prostaglandin
Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa peningkatan kadar prostaglandin (PG) penting peranannya sebagai penyebab terjadinya dismenore. Atas dasar itu disimpulkan bahwa PS yang dihasilkan uterus berperan dalam menimbulkan hiperaktivitas miometrium. Selanjutnya kontraksi miometrium yang disebabkan oleh PG akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik. Jika PG dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dismenore timbul pula pengaruh umum lainnya seperti diare, mual, muntah.
b) Hormon steroid seks
Dismenore primer hanya terjadi pada siklus ovulatorik. Artinya, dismenore hanya timbul bila uterus berada di bawah pengaruh progesteron. Sedangkan sintesis PG berhubungan dengan fungsi ovarium. Kadar progesteron yang rendah akan menyebabkan terbentuknya PGF-alfa dalam jumlah yang banyak. Kadar progesteron yang rendah akibat regresi corpus luteum menyebabkan terganggunya stabilitas membran lisosom dan juga meningkatkan pelepasan enzim fosfolipase-A2 yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis PG melalui perubahan fosfolipid menjadi asam arakhidonat. Ylikorkala, dkk pada penelitiannya menemukan bahwa kadar estradiol lebih tinggi pada wanita yang menderita dismenore dibandingkan wanita normal. Estradiol yang tinggi dalam darah vena uterina dan vena ovarika disertai kadar PGF-alfa yang juga tinggi dalam endometrium. Hasil ter-penting dari penelitian ini adalah ditemukannya perubahan nisbah E2/P.
c) Sistim saraf (neurologik)
Uterus dipersarafi oleh sistim saraf otonom (SSO) yang terdiri dari sistim saraf simpatis dan parasimpatis. Jeffcoate mengemukakan bahwa dismenore ditimbulkan oleh ketidakseimbangan pengendalian SSO terhadap mio-metrium. Pada keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebih-an oleh saraf simpatik sehingga serabut-serabut sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik.
d) Vasopresin
Akarluad, dkk pada penelitiannya mendapatkan bahwa wanita dengan dismenore primer ternyata memiliki kadar vasopresin yang sangat tinggi, dan berbeda bermakna dari wanita tanpa dismenore. Ini menunjukkan bahwa vasopressin dapat merupakan faktor etiologi yang penting pada dismenore primer. Pemberian vasopresin pada saat haid menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus dan berkurangnya darah haid. Namun demikian peranan pasti vasopresin dalam mekanisme dismenore sampai saat ini belum jelas.

e) Psikis
Semua nyeri tergantung pada hubungan susunan saraf pusat, khususnya talamus dan korteks. Derajat penderitaan yang dialami akibat rangsang nyeri tergantung pada latar belakang pendidikan penderita. Pada dismenore, faktor pendidikan dan faktor psikis sangat berpengaruh; nyeri dapat dibangkitkan atau diperberat oleh keadaan psikis penderita. Seringkali segera setelah perkawinan dismenore hilang, dan jarang masih menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut (perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologik pada genitalia maupun perubahan psikis.

2) Dysmenorae Sekunder
Nyeri mulai pada saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah haid. Dapat disebabkan oleh antara lain:
a) Endometriosis
b) Stenosis kanalis servikalis
c) Adanya AKDR
d) Tumor ovarium



Tidak ada komentar:

Posting Komentar