BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Visi Indonesia Sehat 2010 telah banyak kemajuan yang dicapai. Akan tetapi kemajuan itu tampaknya masih jauh dari target yang ingin dicapai pada Tahun 2010 (Dinkes Jatim, 2006 :1). Tingginya kematian ibu dan bayi menunjukkan masih rendahnya pelayanan kesehatan (Dinkes Jatim, 2006 : 1). Demikian juga Indonesia saat ini menghadapi berbagai masalah ksehatan, yaitu: perbedaan antar daerah masih tinggi, rendahnya kualitas pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan, perilaku masyarakat yang kurang mendukung PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) (www.depkes.go.id). Sementara itu, kesehatan sebagai hak asasi manusia belum menjadi milik setiap manusia Indonesia karena berbagai hal seperti kendala geografis, sosiologis, dan budaya. Selain itu kesadaran masyarakat bahwa kesehatan merupakan investasi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia juga masih harus dipromosikan melalui sosialisasi dan advokasi para pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan di berbagai adsminitrasi (Dinkes Jatim, 2006 : 3).
MEMBUTUHKAN KTI KEBIDANAN BAB 1, 2, 4, 5 + SPSS FULL FILE DOC DENGAN JUDUL INi Rp. 100.000 HUBUNGI 081228101101
Menyimak kenyatan tersebut, kiranya diperlukan upaya agar benar-benar memiliki daya ungkit untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia. Oleh karena itu Depkes menyiapkan landasan yakni : usaha mobilisasi massa dan pemberdayaan masyarakat, meningkatkan/meratakan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan yang terjangkau, meningkatkan survailans dan monitorring serta meningkatkan pendanaan kesehatan (www.depkes.go.id). Selain itu Depkes menyadari bahwa pada akhirnya pencapaian Visi Indonesia sehat akan sangat bertumpu pada pencapaian desa sehat sebagai basisnya.
Bedasarkan peraturan presiden Nomor 7 Tahun 2005 telah ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RJPKM) 2004-2005 yang mempunyai sasaran meningkatkan umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun, menurunnya angka kematian bayi 45 menjadi 26 per 1000 kelahian hidup, menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup, menurunnya prevalensi gizi kurang anak balitadari 25,8% menjadi 20%. Dengan ditetapkannnya sasaran, maka Depkes memiliki visi “ Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat” dengan misi “ Membuat Masyarakat Sehat “. Untuk itu Depkes menggulirkan Desa Siaga dimana pada akhir Tahun 2008 seluruh desa telah menjadi Desa Siaga (Dinkes Jatim, 2006 :5). Hal ini telah tercantum dalam Kepmenkes No 574/Menkes/SK/V/2000 (www.depkes.go.id).
Desa Siaga merupakan desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan mencegah serta mengatasi masalah-masalah kesehatan. Adapun tujuan Program Desa Siaga adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Selain itu meningkatkan pengetahuan dan kemauan masyarakat desa menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. Sehingga masyarakat mengetahui bahaya yang akan menimbulkan gangguan kesehatan. Untuk menuju Desa Siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumber daya masyarakat yang dewasa ini seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dana Sehat, Desa Siap-Antar-Jaga (Dinkes Jatim, 2006: 6).
Pelayanan kesehatan yang baik dan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan akan mendapat umpan balik/penerimaan yang baik pula dari masyarakat. Kepercayaan sangat penting dalam penggunaan pelayanan kesehatan karena kepercayaan terhadap suatu pelayanan yang diberikan akan mempengaruhi sikap seseorang. Adapun beberapa hal yang diperhatikan masyarakat dalam penggunaan pelayanan kesehatan adalah bagaimana cara pelayanan yang diberikan, jenis pelayanan yang diberikan, lokasi, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2003:195).
Berdasarkan struktur dan pembentukan sikap pada komponen afektif, dimana apabila seseorang mempercayai sesuatu sebagai suatu yang benar maka akan timbul sikap positif terhadap hal tersebut. Dengan sikap positif tersebut maka seseorang akan menerima adanya suatu obyek. Hal ini juga sesuai dengan teori kesesuaian Osgood dan Tannenbaum (1995) yang mengatakan bahwa unsur-unsur kognitif mempunyai valensi positif atau negatif, dimana apabila seseorang memiliki pengetahuan, opini, atau apa yang dipercayai terhadap lingkungannya benar maka akan bersikap positif sehingga diwujudkan dengan menerima/mendukung terhadap apa yang ada di lingkungannya.
Sesuai dengan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di Desa Waduk, Takeran, Magetan belum diketahuinya bagaimana sikap tokoh masyarakat terhadap dilaksanakannya Desa Siaga. Berdasarkan hasil survei ditemukan dari 30 tokoh masyarakat mempunyai beberapa pertimbangan terhadap pelaksanaan Desa Siaga di wilayahnya. Adapun yang menjadi pertimbangan dari tokoh masyarakat adalah: 1) Sumber daya manusia desa, 2) Peran serta masyarakat desa, 3) Dukungan aparatur desa dan tokoh masyarakat, 4) Sarana dan prasarana, 5) Jenis pelayanan kesehatan, 6) Kualitas pelayanan kesehatan. Solusi dari masalah tersebut dapat dilakukan apabila sudah diketahui bagaimana sikap tokoh masyarakat terhadap pelaksanaan Desa Siaga. Adapun beberapa solusi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pengetahuan, keyakinan baik dari tenaga kesehatan maupun tokoh masyarakat tentang pentingnya Program Desa Siaga.
Dari uraian tersebut penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih lanjut adakah hubungan antara sikap tokoh masyarakat secara multiatribut dan secara umum terhadap pelaksanaan Desa Siaga di Desa curug.
1.2 Identifikasi faktor penyebab masalah
Program Desa Siaga merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat. Keberadaan suatu program disuatu wilayah mendapat respon yang berbeda.
Berdasarkan model sikap Fishbean dimana sikap suatu obyek dibentuk oleh suatu penilaian seseorang terhadap atribut-atribut yang bekaitan dengan obyek sikap tersebut. Adapun penilaian yang dimaksud menyangkut 2 hal, yaitu keyakinan (beliefs), dan evaluasi (evaluation) terhadap atribut tersebut. Hal yang dipertimbangkan tokoh masyarakat terhadap pelaksanaan Desa Siaga adalah: 1) Sumber daya manusia desa, 2) Peran serta masyarakat desa, 3) Sarana dan prasarana, 4) Dukungan aparatur desa dan tokoh masyarakt 5) Jenis pelayanan kesehatan, 6) Kualitas pelayanan kesehatan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi faktor penyebab masalah tersebut diatas maka rumusan masalah penelitiannya adalah adakah hubungan antara sikap tokoh masyarakat secara multiatribut dan secara umum terhadap pelaksanaan Desa Siaga di Desa Curug ?
1.4 Tujuan penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara sikap tokoh masyarakat secara multiatribut dan secara umum terhadap pelaksanaan Desa Siaga di Desa Curug, .
1.4.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi sikap tokoh masyarakat secara multiatribut terhadap pelaksanaan Desa Siaga.
2. Mengidentifikasi sikap tokoh masyarakat secara umum terhadap pelaksabnaan Desa Siaga
3. Menganalisa hubungan antara sikap tokoh masyarakat secara multiatribut dan secara umum terhadap pelaksanaan Desa Siaga
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1 Manfaat teoristis
Menambah wawasan bagi peneliti mengenai keterkaitan sikap secara multiatribut dan secara umum terhadap pelaksanaan Desa Siaga.
1.5.2 Manfaat praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah dapat dijadikan bahan kajian untuk kegiatan penelitian selanjutnya. Selain itu dapat memberikan pengetahuan kepada pihak yang diteliti yaitu tokoh masyarakat tentang pentingnya sikap yang positif (mendukung) terhadap pelaksanaan Desa Siaga sehingga masyarakat dapat berpatisipasi dalam menyukseskan program tersebut.
Kamis, 26 November 2009
HUBUNGAN ANTARA SIKAP TOKOH MASYARAKAT SECARA MULTIATRIBUT DAN SECARA UMUM TERHADAP PELAKSANAAN DESA SIAGA KTI NICH
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar