BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat, dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan. Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI termasuk ASI Ekslusif telah memadai, hal ini terbukti dengan telah dicanangkannya Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPP – ASI) oleh Bapak Presiden pada hari Ibu 22 Desember 1990 (Dinkes Semarang, 2003).
Menurut penelitian yang dilakukan di Graha dan diterbitkan jurnal ilmiah “pediatrics” 22 % kematian bayi baru lahir, terjadi dalam 1 bulan pertama dan ini dapat di cegah bila bayi di susui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiranya, dan 90% kematian anak balita yang terjadi di negara berkembang, dari jumlah itu 40% lebih kematian disebabkan diare dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), dan penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian ASI Eksklusif.
Berdasarkan hasil survei di indonesia pada tahun 2002 – 2003 tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1000 kelahiran hidup, itu artinya dalam 1 tahun terakir sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun, menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI ) tahun 2003 di dapati jumlah pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0 – 6 bulan hanya mencapai 14% (Dinkes Semarang, 2007).
Menurut hasil yang di peroleh berdasarkan data dari profil Kabupaten/ Kota Jawa tengah tahun 2005 rata – rata bayi usia 0 – 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif sebesar 27,49% (Dinkes Jateng, 2005).
Pada tahun 2006 cakupan standar nasional pemberian ASI Eksklusif telah di tetapkan yaitu 80% (Amirudin, 2007). Dari hasil rekap laporan ASI Eksklusif di seluruh Puskesmas Kota Semarang tahun 2006 jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif yaitu 40.07%. Namun pada tahun 2007 jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif menurun menjadi 38,44%. Dari semua Puskesmas yang ada di Semarang, Puskesmas yang cakupan ASI Eksklusifnya masih sangat rendah yaitu Puskesmas Padangsari Kecamatan Banyumanik hanya 13 (5, 94%) bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif dari jumlah 219 bayi yang ada di Puskesmas Padangsari. Sampai pada bulan Mei 2008 terdapat 209 bayi yang masih disusui dan belum semua ibu menyusui bayinya secara Eksklusif (Dinkes Semarang 2006 – 2007).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI ) tahun 2003 ada beberapa hal yang menghambat pemberian ASI Ekslusif, diantaranya adalah karena rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar yaitu sebasar 19,07%, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan sebesar 15,23%, persepsi masyarakat yang salah kaprah mengartikan tentang ASI sebasar 20,40%, prilaku bagi para ibu bekerja yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebasar 21,12%, dan pemasaran agresif oleh perusahaan-perusahaan pembuat susu bayi yang tidak hanya mempengaruhi para ibu, namun juga para petugas kesehatan sebesar 24,18% (Winoto & Assefa, 2003).
Dari latar belakang tersebut diketahui persepsi masyarakat tentang ASI Eksklusif merupakan salah satu factor pengahambat no 3 dalam pemberian ASI Eksklusif. Hasil rekap laporan ASI Eksklusif di seluruh Puskesmas Kota Semarang tahun 2006 jumlah pemberian ASI Eksklusif khususnya di wilayah kerja Puskesmas ............... MAU LEBIH LENGKAP ( BAB 1,2,3,4,5) KTI DENGAN JUDUL INI HUB : ASTRIANI 081901440318 KAMI JUGA MENYEDIAKAN BANYAK KTI KEBIDANAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar