Sabtu, 28 November 2009

KTI : EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Manuaba (2008) mengatakan dibagian kebidanan selalu terjadi gelak tawa atau ratap tangis silih berganti karena kelahiran bayi yang didambakan atau kematian ibu karena kehamilan dan persalinan. Situasi demikian merupakan keadaan biasa pada setiap persalinan diseluruh dunia, terutama di negara berkembang dengan Angka Kematian Ibu (AKI) yang relatif tinggi yaitu sekitar seratus kali lebih besar daripada negara maju. Tahun 2002-2003 dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan angka 307/100.000 Kelahiran Hidup jauh diatas target Angka Kematian Ibu (AKI) untuk Millineum Development Goal (MDG) pada tahun 2015 yaitu sekitar 102/100.000 Kelahiran Hidup. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 angka kematian ibu masih tinggi yaitu 262/100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari tarjet tujuan pembangunan millennium yakni 125/100.000 kelahiran hidup (Supari, 2008). Sementara Angka Kematian Bayi Baru Lahir (AKBBL) di Indonesia mencapai 35/100.000 Kelahiran Hidup atau dua kali lebih besar dari target WHO sebesar 15/100.000 Kelahiran Hidup (Anonim, 2007). Rezky (2007) mengatakan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh 1) faktor medis (langsung dan tidak langsung). Ibrahim (2007) menyebutkan, penyebab langsung (perdarahan, infeksi, pre eklampsia dan eklampsia), penyebab tidak langsung (tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan sistem rujukan), 2) faktor sistem pelayanan (sistem pelayanan antenatal, sistem pelayanan persalinan, sistem pelayanan paska salin, pelayanan kesehatan anak), 3) sosial budaya dan peran serta masyarakat (kurangnya pengenalan masalah, terlambatnya proses pengambilan keputusan, kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan, peran masyarakat terhadap kesehatan ibu dan anak).

Pemerintah telah berupaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) diantaranya adalah pada tahun 1978 WHO melalui strategi pendekatan resiko dengan pelayanan kesehatan dasar, berupaya melakukan 1) pemerataan upaya kesehatan, 2) penekanan pada upaya pencegahan, 3) penggunaan tehnologi tepat guna, 4) peran serta masyarakat kemandirian, 5) kerjasama lintas sektor. Program ini oleh pemerintah dinyatakan kurang berhasil karena pada kenyataannya lebih dari 90% kematian ibu disebabkan oleh komplikasi obstetric (Rochjati, 2008). Menurut Saifuddin (2002) pada tahun 1987 pemerintah membentuk Safe Motherhood dengan empat pilar yaitu 1) Keluarga Berencana (KB), 2) Antenatal care (ANC), 3) Persalinan bersih dan aman, 4) Pelayanan obstetric esensial. Dewasa ini program Keluarga Berencana sebagai pilar pertama telah dianggap berhasil. Namun untuk mendukung upaya penurunan AKI , diperlukan penajaman “empat terlalu“ dan kehamilan yang tidak diinginkan dapat ditekan serendah mungkin. Akses terhadap pelayanan antenatal sebagai pilar kedua cukup baik, yaitu 87% pada 1997, namun mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Persalinan sebagai pilar ketiga yang dikategorikan sebagai pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan , pada tahun 1997 baru mencapai 60%. Untuk mencapai AKI sekitar 200/100.000 Kelahiran Hidup diperlukan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sekitar angka 80%. Cakupan pelayanan obstetric esensial sebagai pilar keempat masih sangat rendah, dan mutunya belum optimal. Kurun waktu 1990-1996 penempatan bidan di desa sudah mampu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) namun sangat lambat. Menurut Saifuddin (2004) pada tahun 1999 WHO meluncurkan strategi MPS (Making Pregnancy Safer). Salah satu sasaran yang ditetapkan adalah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 125/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian bayi menjadi 16/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Untuk mencapai sasaran tersebut ditetapkan empat strategi dan azaz-azaz pedoman operasional strategi antara lain bahwa MPS memusatkan perhatiannya pada pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang baku, cost effective, dan berdasarkan bukti (evidence based), pada semua tingkat pelayanan dan rujukan kesehatan, baik di sektor pemerintah maupun swasta. Keluaran yang diharapkan dari stategi ini adalah terselenggaranya pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dasra berkualitas di Polindes dan Puskesmas, Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas dengan tempat tidur, dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit Kabupaten/Kota dan Rumah sakit Propinsi. Menurut Bahaudin (2007) sesuai dengan SK Menkes No. 564/2006 seluruh desa di Indonesia menjadi Desa Siaga pada akhir tahun 2008. Kriteria dari Desa Siaga adalah apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Poskesdes merupakan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
Dari survey pendahuluan yang telah dilakukan, di wilayah kerja Puskesmas Panekan tahun 2008 masih terdapat 1 Angka kematian Ibu (AKI) dan 5 Angka Kematian Bayi (AKB). Data ini diperoleh dari data PWS KIA Puskesmas Panekan pada tahun 2008.
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sudah mampu menurunkan tetapi sangat lamban, karena pada pada kenyataannya sampai sekarang ini angka kematian ibu di Indonesia masih jauh dari target yang diharapkan pada tahun 2010 yaitu angka kematian ibu menurun menjadi 125/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi baru lahir menjadi 16/1000 kelahiran hidup (Saifuddin, 2002). Menurut Laksmono (2007) sekitar 70% ibu hamil yang mengalami komplikasi dikarenakan tidak mendapat pelayanan yang memadai.
Salah satu solusi terbaru untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi adalah dengan melaksanakan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) melalui pemasangan stiker persalinan pada semua rumah ibu hamil yang akhir-akhir ini telah digalakkan oleh Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari pada 18 Juli 2007 secara nasional dengan penempelan stiker pada semua ibu hamil (Ibrahim, 2008). Di Kabupaten girikusumo Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) mulai dilaksanakan sejak 2007, untuk Kecamatan Wilayah kerja Puskesmas Panekan khususnya Desa Jabung Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) mulai berjalan pada awal 2008 tetapi sampai sekarang belum dilakukan evaluasi. Menurut Wirajuda (2008) dalam program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) tertera nama ibu hamil, taksiran persalianan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi, dan calon pendonor darah.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut untuk mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)
BAB 1,2,3,4,5 lengkap sama olah datanya hubungi kami segera



3 komentar:

  1. saya mo dapetin file ini gimana cranya yaah???

    BalasHapus
  2. haii... thanks sudah memposkan KTI ini. gimana caranya dapetin file ini juga?

    BalasHapus
  3. sipp materinya..gimana dapatin bab selanjutnya??

    BalasHapus