Senin, 30 November 2009

KTI KEBIDANAN: Hubungan Tingkat Pendidikan, Usia, Paritas, dan Pekerjaan terhadap Tingkat Depresi Ibu Pasca Persalinan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah
Reaksi calon ibu terhadap persalinan menurut Hamilton (1995) secara umum tergantung pada persiapannya dan persepsinya terhadap kejadian ini. Baik persiapannya secara fisik, mental dan spiritual. Secara fisik mereka harus bisa menyesuaikan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya setelah persalinan. Mental yang kuat juga dibutuhkan agar ibu-ibu yang telah melahirkan bayi menyadari bahwa sekarang hidupnya akan berubah dengan kedatangan anggota keluarga yang baru. Seharusnya ibu yang telah melalui proses persalinan dengan lancar dapat berbahagia dan mensyukurinya.

Namun di antara sekian ibu yang berbahagia setelah berhasil melahirkan bayi mereka dengan selamat dan sukses, ada yang malah berduka. Mungkin hal ini agak sulit dipercaya, tapi nyatanya ini memang benar-benar terjadi (http://satumed.com/index.html/wanita, 2004). Sebagian besar dari wanita yang pernah merasakan gangguan ini menggambarkan perasaan yang mereka alami adalah perasaan sedih, kecewa maupun mudah menangis. Namun, perasaan seperti ini bukanlah sesuatu yang aneh. Hal ini disebabkan karena perubahan cara hidupnya setelah mempunyai bayi. Adanya perasaan kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang menjurus pada suatu reaksi sedih. Apabila situasi seperti ini dibiarkan saja akan menjadi parah oleh adanya ketidaknyamanan jasmani, rasa letih, stress, dan dapat mengakibatkan depresi pada ibu.
Depresi yang konon mendera sekitar 1 dari 10 wanita yang baru melahirkan ini disebut depresi pasca salin atau depresi post partum. Dalam Hamilton (1995) ditulis bahwa depresi post partum adalah hal yang umum terjadi karena perubahan kadar hormon dan trauma melahirkan. Tingkat estrogen dan progesteron dalam tubuh turun. Ibu keletihan karena persalinan, dan mereka mengalami nyeri perineum, pembengkakan payudara, dan after pain. Umumnya hal ini terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung lebih buruk sekitar hari ketiga atau keempat setelah persalinan (www.info ibu.com, 2004). Ibu pasca persalinan menjadi depresi ditandai dengan gejala utama mudah tersinggung, marah, menangis; ketegangan, kegelisahan, atau kepanikan ; rasa benci pada diri sendiri, rasa bersalah,; kelesuan, terus-menerus merasa sakit; gangguan pola makan, minum, tidur; libido yang rendah; konsentrasi atau ingatan yang sedikit (Marshall, 2004).
Data yang didapatkan dari klasifikasi Internasional berbagai penyakit (ICD-10) memasukkan depresi pasca persalinan sebagai suatu penyebab yang menimbulkan gangguan psikologi (Koblinsky, 1993). Angka yang sering didengungkan adalah bahwa 10 % dari semua wanita pasca melahirkan menderita depresi pasca salin (Marshall, 2004). Sedangkan dari data yang diambil pada 3 bulan terakhir ini yaitu bulan Nopember-Januari 2006 di RB “YH” Maospati didapatkan ibu nifas sebanyak 132 orang dan 15 % orang mengalami depresi pasca salin.
Gangguan psikologis ini dapat timbul dalam berbagai derajat, mulai dari yang ringan hingga berat. Disertai dengan gejala psikologik seperti menjadi pendiam, rasa sedih, pesimistik, putus asa, nafsu bekerja dan bergaul berkurang, tidak dapat mengambil keputusan, lekas lupa, timbul pikiran-pikiran bunuh diri. Sedangkan gejala badaniah ialah ibu kelihatan tidak senang, lelah, tidak bersemangat atau apatis. Dikatakan depresi ringan harus ada 2 gejala psikologik, disertai minimal 2 gejala badaniah. Depresi sedang ada 2 gejala psikologik, disertai minimal 3 gejala badaniah. Depresi berat ada 3 gejala psikologik, disertai minimal 4 gejala badaniah (Maslim, 1998). Mengingat berbagai dampak yang bisa terjadi akibat depresi pada ibu pasca salin, maka perlu dipikirkan lagi upaya pencegahan yang dapat dilakukan, dalam hal ini terutama adalah penyebarluasan informasi.
Oleh karena itu banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertama usia seseorang yang cukup umur akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja daripada mereka yang masih muda (Hurlock, 1995 dikutip oleh Nursalam, 2001). Kedua respon psikologis juga berbeda pada multipara dan primipara. Pada multipara peristiwa kelahiran, perubahan fisik, perubahan hormon, perawatan bayi adalah suatu pengalaman yang seharusnya sudah dapat diadaptasi, sedangkan pada primipara merupakan pengalaman pertama sehingga sering menimbulkan depresi (Marshall, 2004). Ketiga faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan. Klien dengan pendidikan yang tinggi akan lebih mampu mengatasi menggunakan koping yang efektif dan konstruktif daripada seseorang dengan pendidikan rendah (Nursalam, 2001). Keempat ibu pasca persalinan yang bekerja akan merasa lebih terganggu daripada ibu yang tidak bekerja karena perubahan penampilannya sehingga timbul kecemasan (Long, 1996 dikutip oleh Nursalam, 2001).
Dalam menanggapi permasalahan di atas Bidan dapat memberikan perhatian khusus seperti melakukan komunikasi terapeutik pada ibu hamil pada saat ANC agar nantinya tidak terjadi depresi pasca salin, memberikan dorongan pada ibu untuk menceritakan emosinya yang menyakitkan, kesempatan yang luas untuk bertanya, membiarkan ibu mengungkapkan apa yang dirisaukannya. Untuk itu perlu dilakukan kajian ilmiah tentang uraian di atas, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara usia, tingkat pendidikan, paritas dan pekerjaan dengan tingkat depresi yang terjadi pada ibu pasca salin.
1.2 Identifikasi faktor penyebab masalah
Pada masa nifas sering dijumpai gangguan psikologis pada ibu. Salah satunya yaitu depresi pasca salin yang ditandai dengan gejala ibu menjadi sangat emosional, sedih, khawatir, mudah tersinggung, cemas dan mudah marah.
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam perubahan ini meliputi usia, paritas, tingkat pendidikan dan pekerjaan, lingkungan, kemiskinan, dukungan sosial dari suami dan keluarga yang kurang juga ikut berperan dalam menimbulkan depresi pasca salin.
Dalam penelitian ini obyek yang akan diteliti adalah hubungan usia, tingkat pendidikan, paritas dan pekerjaan dengan tingkat depresi yang terjadi pada ibu pasca salin.
1.3 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dalam penelitian ini masalah yang dikaji yaitu adakah hubungan usia, tingkat pendidikan, paritas, dan pekerjaan dengan tingkat depresi yang terjadi pada ibu pasca salin?

1.4 Tujuan penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Diketahuinya hubungan antara usia, tingkat pendidikan, paritas dan pekerjaan dengan tingkat depresi yang terjadi pada ibu pasca salin di RB “YH” Maospati pada bulan Maret-Mei 2006.
1.4.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi usia pada ibu pasca salin.
2. Mengidentifikasi tingkat pendidikan pada ibu pasca salin.
3. Mengidentifikasi paritas pada ibu pasca salin.
4. Mengidentifikasi pekerjaan pada ibu pasca salin.
5. Mengidentifikasi tingkat depresi pada ibu pasca salin.
6. Menganalisis hubungan antara usia dengan tingkat depresi pada ibu pasca salin.
7. Menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat depresi pada ibu pasca salin.
8. Menganalisis hubungan antara paritas dengan tingkat depresi pada ibu pasca salin.
9. Menganalisis hubungan antara pekerjaan dengan tingkat depresi pada ibu pasca salin.
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1 Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman baru dalam menerapkan mata kuliah metodologi penelitian.

1.5.2 Bagi rumah bersalin
Merupakan tambahan informasi dalam memberikan pelayanan kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada ibu pasca salin sehingga dapat mencegah terjadinya depresi pasca salin.
1.5.3 Bagi masyarakat
Menambah wawasan dan informasi bagi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan.
1.5.4 Bagi akademik
Menambah kajian baru dalam bidang pelayanan kebidanan dan dapat dijadikan sebagai bahan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan depresi pasca salin.
1.5.5 Bagi peneliti lain
Dapat memberi gambaran atau informasi bagi peneliti berikutnya
DAPETIN BAB 1,2,3,4,5 lengkap hanya Rp. 50.000 hub No. 024-33155092



1 komentar: