Minggu, 06 Desember 2009

KTI KEBIDANAN : YG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN DALAM PERSALINAN

2.1. Kecemasan

2.1.1. Pengertian
Kecemasan adalah : Keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada hubungannya berbagai perasaan yang sifatnya difuss, yang sering bergabung atau disertai gejala jasmani.
2.1.2. Macam/diagnosa Kecemasan
1. Kecemasan Akut
Definisi : Pada keadaan ini perasaan sakit berat, dan takut bisa berjalan beberapa menit atau beberapa jam. Mungkin penderita sadar, sebelumnya punya pengalaman emosi (biasa terdapat pada Ibu yang akan bersalin).
KTI YAANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN LENGKAP HUB : 085727707236

Gejala-gejala :
• Perasaan takut
• Mudah berdebar-debar
• Hyperventilasi
• Perasaan payah (lemah, lesu)
• Tachy cardi
• Hyperhyrosis
• Pernafasan kasar
• Hypertensi sifatnya sistolik
• Diarrhee
• Polyuri (sering kencing)
• Perasaan tersumbat di tenggorokan dsb.
2. Kecemasan Kronis
Definisi : Kecemasan timbul untuk sebab yang tidak diketahui (tidak di sadari)
Mungkin karena penderita tidak tahu sebab maka justru kecemasannya akan bertambah, sehingga fisik makin bertambah pula.
Gejala-gejala :
• Sakit kepala
• Keluhan-keluhan gastro intestinal
• Kelelahan
• Pada pemeriksaan fisik lengkap tidak ditemukan kelainan apa-apa
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
 Faktor-faktor kulturil merupakan faktor yang tidak dapat di abaikan.
 Nilai-nilai moral
 Ketentuan pendidikan dan agama
 Ketentuan hukum
 Tingkatkan individu tersebut dalam menanggapi batasan-batasan sosiokulturil tersebut
2.1.4. Tingkat Kecemasan
1. Kecemasan Ringan
Bila gejala kecemasan hanya sedikit (prosentase 40-50%)
2. Kecemasan Sedang
Bila gejala kecemasan ada sebagian (prosentase 56-75%)
3. Kecemasan Berat
Bila semua gejala kecemasan ada (prosentase 76-100%)

2.2. Penilaian Kecemasan

Salah satu pengukuran kecemasan menurut : Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS).
Pernyataan-pernyataan :
1. Saya tidak cepat lelah.
2. Saya sering merasa mual.
3. Saya lebih tenang bila dibandingkan dengan orang lain.
4. Saya jarang sakit kepala.
5. Saya sering merasa tegang pada waktu bekerja.
6. Saya mengalami kesukaran untuk melakukan konsentrasi menanggapi suatu masalah.
7. Saya merasa risau bila memikirkan masalah-masalah keuangan dan pekerjaan.
8. Tangan saya sering terasa gemetar bila mencoba mengerjakan sesuatu.
9. Kalau terjadi sesuatu pada diri saya, saya tidak mudah tersipu-sipu seperti kebanyakan orang lain.
10. Saya mengalami mencret sekali atau lebih dalam 1 bulan.
11. Saya khawatir akan terjadi kesulitan yang menimpa diri saya.
12. Saya tidak pernah merasa tersipu-sipu bila sesuatu terjadi pada diri saya.
13. Saya merasa khawatir kalau-kalau muka saya menjadi merah karena malu.
14. Saya sering mengalami mimpi yang menakutkan pada waktu tidur malam hari.
15. Tangan dan kaki saya biasanya cukup hangat.
16. Ketika saya merasa malu, kadang-kadang keringat saya bercucuran, hal ini sangat menjengkelkan saya.
17. Saya jarang berdebar-debar maupun bernafas tersengal-sengal.
18. Saya merasa lapar hampir setiap saat.
19. Saya jarang mengalami sakit perut.
20. Saya jarang merasa sembelit.
21. Kadang-kadang saya tidak dapat tidur karena mengkhawatirkan sesuatu.
22. Tidur saya sering terganggu dan tidak nyenyak.
23. Seringkali saya bermimpi tentang sesuatu yang sulit untuk diceritakan pada orang lain.
24. Saya mudah merasa malu.
25. Saya lebih merasa sensitif (peka) daripada kebanyakan orang.
26. Saya sering mengkhawatirkan diri saya terhadap sesuatu.
27. Saya menginginkan kebahagiaan seperti orang yang saya lihat.
28. Biasanya saya bersikap tenang dan tidak mudah marah.
29. Saya mudah menangis.
30. Saya sering mencemaskan sesuatu maupun orang lain.
31. Saya selalu merasa gembira setiap saat.
32. Menunggu membuat saya gelisah.
33. Pada waktu-waktu tertentu saya merasa gelisah, sehingga saya tidak duduk terlalu lama.
34. Kadang-kadang saya merasa gembira sekali, sehingga sukar untuk tidur.
35. Saya sering merasa bahwa saya dihadapkan pada banyak kesulitan yang tidak dapat saya selesaikan.
36. Saya akui, bahwa saya kadang-kadang merasa khawatir tanpa sesuatu alasan tertentu pada suatu hal yang tidak berarti.
37. Bila dibandingkan dengan teman-teman maka saya tidak seperti mereka.





2.3. Kecemasan Dalam Persalinan
Faktor yang mempengaruhi kecemasan :
2.3.1. Takut Mati
Perasaan takut mati biasanya muncul karena belum menyadari akan nilai hidup dan kematian, kecemasan yang muncul pada intinya adalah disebabkan karena hati dan hidup tidak ada ketentraman, orang yang cemas adalah karena dirinya tidak mengenal takdir nasib dari Tuhan. Ketakutan terhadap kematian biasanya muncul pada orang yang tidak memiliki kepercayaan dan keyakinan terhadap Tuhan. Ketidaksiapan menghadapi kematian menimbulkan kecemasan saat Ibu menghadapi persalinan.
2.3.2. Trauma Kelahiran
Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari rahim Ibunya, ketakutan berpisah ada kalanya menghinggapi seorang Ibu yang merasa amat takut kalau bayinya akan terpisah dari dirinya, seolah-olah Ibu tersebut menjadi tidak mampu menjamin keselamatan bayinya.
2.3.3. Perasaan berdosa atau bersalah terhadap Ibunya
Sejak kecil kita mendapat perawatan orang tua dengan kasih sayang, setelah beranjak dewasa tentu kita ingin membahas budi orang tua, masalah terjadi manakala kita tidak dapat membalas budi orang tua dan apa yang terjadi pada diri kita saat ini tidak sesuai harapan orang tua (Bambang M. 1987-43, 44)


2.3.4. Ketakutan Melahirkan
Ketakutan melahirkan berhubungan dengan proses melahirkan yang berkaitan dengan Ibu, kejadian melahirkan merupakan peristiwa besar yang membawa Ibu berada antara hidup dan mati, menyebabkan Ibu merasa cemas akan keadaannya, dukungan yang penuh dari anggota keluarga penting artinya bagi seorang Ibu bersalin terutama dukungan suami sehingga memberikan support moril terhadap Ibu (Kartini Kartono 1986, 192)

2.4. Persalinan

2.4.1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Ida Bagus Gde Manuaba 1998 : 157)
2.4.2. Tahap Persalinan
Pembagian tahap persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu :
1. KALA I
Kala I adalah kala pembukaan serviks yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm) pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.
Proses pembukaan serviks sebagai his dibagi dalam 2 fase :
a. Fase Laten, berlangsung selama 8 jam. Pembukaan sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase Aktif, dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :
1) Fase Akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
2) Fase Dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase Deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primi maupun multigravida, tapi pada multigravida fase laten, fase aktif dan fase deselerasi menjadi lebih pendek (Wiknjosastro, Hanifa 1999 : 182).

2. KALA II
Kala II adalah kala pengeluaran janin yang dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir, proses ini biasanya berlangsung 1,5 – 2 jam pada primigravida dan 0,5 – 1 jam pada multigravida (Wiknjosastro, Hanifa 1999 ; 182).
Kala II adalah dimulainya dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi (Gulardi Hanifa Wiknjosastro, 2000 ; 100).

Gejala utama Kala II :
a. His semakin kuat, dengan internal 2 – 3 menit dengan durasi 50 – 100 detik.
b. Menjelang Kala II ketuban pecah ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap dan di ikuti keinginan mengejan karena tertekannya pleksus franken houser.
d. Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi :
 Kepala membuka pintu
 Sub occiput sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung, muka dan seluruh kepala janin.
e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung.
f. Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi di tolong dengan jalan :
1) Kepala dipegang pada os occiput dan dibawahi dagu, ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang.
2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi.
3) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
3. KALA III
Kala III adalah Kala Uri yaitu dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak boleh lebih dari 30 menit.
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan tanda-tanda dibawah ini :
a. Uterus menjadi bundar.
b. Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim.
c. Tali pusat bertambah panjang.
d. Terjadi pendarahan kira-kira 100-200 cc.

4. KALA IV
Kala IV adalah dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Masa post partum merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian ibu. Pemantauan ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran placenta dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau lebih sering.

Pengawasan pada Kala IV :
a. Periksa fundus :
- Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan.
- Setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan.
- Masase fundus jika perlu untuk menimbulkan kontraksi.
b. Periksa kelengkapan placenta untuk memastikan tidak ada bagian-bagian yang tersisa dalam uterus.
c. Periksa luka robekan pada perineum dan vagina yang membutuhkan jahitan.
d. Memperkirakan pengeluaran darah.
e. Periksa apakah ada darah keluar langsung pada saat memeriksa uterus, jika uterus berkontraksi kuat, lokhia kemungkinan tidak lebih dari menstruasi.
f. Periksa untuk memastikan kandung kemih tidak penuh.
g. Periksa kondisi ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil pantau ibu lebih sering.
h. Periksa kondisi bayi baru lahir :
- Apakah bayi bernafas dengan baik.
- Apakah bayi kering dan hangat.
- Apakah bayi siap disusui / pemberian ASI memuaskan.
(Gulardi Hanifa Wiknjosastro, 2000 ; 119).
2.4.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
1. Power
Power adalah kekuatan-kekuatan yang ada pada Ibu seperti kekuatan His dan mengejan yang dapat menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin keluar. His yang normal mulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus uteri dimana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh, hingga tekanan dalam ruang amnion, kembali ke asalnya. (Wiknyosastro, Hanifa. 190 : 587).
2. Passage
Passage adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai kedudukan penting dalam proses persalinan untuk mencapai kelahiran bayi. Dengan demikian evaluasi jalan lahir merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah persalinan dapat berlangsung pervaginam atau sectio sesarta. Pada jalan lahir tulang dengan panggul ukuran normal apapun jenis pokoknya kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang normal tidak akan mengalami kesukaran, akan tetapi karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal-hal lain. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil daripada standar normal, sehingga biasa terjadi kesulitan dalam persalinan pervaginam (Wiknyosastro, Hanifa 1999 : 637-639).
Pada jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen bawah rahim, servik uteri dan vagina. Disamping itu otot-otot jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat-alat urogenital juga sangat berperan pada persalinan (Rustam Mochtar, 1998 ; 82).
3. Passanger
Passanger adalah janinnya sendiri, bagian yang paling besar dan keras pada janin adalah kepala janin, posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan, kepala janin ini pula yang paling banyak mengalami cedera pada persalinan, sehingga dapat membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak, hidup sempurna, cacat atau akhirnya meninggal.
Biasanya apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian-bagian lain dengan mudah menyusul kemudian (Rustam Mochtar, 1998 ; 65).

4. Psikis
Psikis adalah kejiwaan Ibu, ada keterkaitan antar faktor-faktor somatic (jasmaniah) dengan faktor-faktor psikis, dengan demikian segenap perkembangan emosional dimasa dari wanita yang bersangkutan ikut berperan dalam kegiatan mempengaruhi mudah sukarnya proses kelahiran bayinya. (Rustam Mochtar, 1998).
Pada proses melahirkan bayi, pengaruh-pengaruh psikis bisa menghambat dan memperlambat proses kelahiran, atau bisa juga mempercepat kelahiran. Maka fungsi biologis dari reproduksi itu amat dipengaruhi oleh kehidupan psikis dan kehidupan emosional wanita yang bersangkutan. Untuk memperjelas proses periode terakhir masa kehamilan yaitu melahirkan sebagai berikut :
Fenomena fisiologis pada kelahiran bayi yang normal ditandai 3 tahap :
1) Proses melebar atau mengembang.
2) Proses melontarkan atau melahirkan.
3) Proses pot natal.
Proses mengembang atau melebarnya saluran vagina dan ujung uterus pada tahap pertama berlangsung beberapa hari, disertai kontraksi-kontraksi lemah dari otot uterus, disertai rasa sakit sedikit-sedikit yang berlangsung berkepanjangan. Selama fase pelontaran bayi keluar, kontraksi-kontraksi pada uterus berlangsung terus. Hal ini diakibatkan oleh karena otot-otot pada ujung uterus yang bergerak memanjang (longitudinal) disertai otot-otot yang bergerak secara sirkuler/melingkar berbatasan dengannya, kontraksi sirkuler tersebut bergerak semakin ke atas, diikuti kesakitan-kesakitan dan rasa nyeri yang semakin menghebat. Bagian bawah uterus dan vagina kini menjadi sebuah kantong yang lembut dan longgar melalui mana kepala bayi akan muncul keluar melalui vagina. Keluarnya bayi ini sebagian disebabkan oleh kekuatan-kekuatan kontraksi otot-otot dan sebagian lagi oleh tekanan-tekanan dari perut.
Fungsi otot-otot uterus, kontraksi-kontraksi dan pelontaran bayi itu sangat bergantung pada rangsangan-rangsangan saraf dan rangsangan saraf ini bersumber pada satu tiga sistem yaitu :
a. Sistem saraf simpetetis yang menghambat pelontaran janin.
b. Sistem saraf para simpatis yang melancarkan pelontaran janin.
c. Saraf lokal dari ganglia yang ada dalam otot-otot uterus dan ikut membantu kontraksi-kontraksi pelontaran.
Proses kelahiran bayi normal bergantung pada interaksi harmonis dari macam-macam otot dan rangsangan saraf nadi, ini sangat bergantung pada pengaruh-pengaruh eksterm terutama pengaruh emosi wanita yang akan melahirkan, organ dan onderdil-onderdil dari fungsi reproduksi bisa terhambat atau gagal beroperasi disebabkan oleh gangguan-gangguan psikogen sebab bisa mengganggu proses rangsangan-rangsangan saraf yang menstimulin bekerjanya organ tadi. Kelancaran sangat bergantung pada interaksi yang harmonis dari rangsangan-rangsangan saraf-saraf yang antogonistis atau berfungsi secara bertentangan itu. Dampak kerjasamanya diatur secara otomatis yaitu proses yang terlampau cepat atau terlalu terburu-buru. Secara otomatis akan mendapatkan perlawanan dari rangsangan-rangsangan saraf yang inhibitif menghambat. Sebaliknya jika proses terlalu lambat. Peristiwa ini secara otomatis akan didorong oleh rangsangan-rangsangan saraf yang bertugas untuk mempercepat atau memacunya. Terdapat anogonisme diantara tendens-tendens psikis dan impuls-impuls, emosional, sistem saraf yang berotonomi yang memberikan petunjuk, pengarahan pada proses fisiologi dari kelahiran dan kehidupan psikis yang tidak disadari, kedua-duanya sangat bergantung pada kemauan sadar. Fungsi sistem saraf yang berotonomi bisa diubah oleh obat-obatan sedang kehidupan psikis yang tidak disadari atau ada dibawah sadar, bisa dipengaruhi sedikit atau banyak oleh kesadaran wanita tadi. Maka diantara kehidupan kesadaran dan kehidupan ketidak sadaran itu terjadi baik interelasi langsung maupun interelasi tidak langsung. (Kartini Kartono, 1986).

5. Penolong
Penolong disini dokter, bidan yang mengawasi wanita inpartu sebaik-baiknya dan melihat apakah semua persiapan untuk persalinan sudah dilakukan, memberikan obat atau melakukan tindakan hanya apabila ada indikasi untuk Ibu maupun janin (Wikjosastro, Hanifa 1999. 1992)



1 komentar: