Selasa, 09 November 2010

KTI KEBIDANAN NEW 2010 : PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRODUKSI ASI

Butuh KTI INi SEBAGAI BAHAN REFERENSI HUB : NURUL 081225300100
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi sangat bermanfaat dan merupakan makanan yang paling cocok karena dapat memberikan gizi yang paling sesuai untuk kebutuhan bayi, melindungi dari berbagai infeksi dan memberikan hubungan kasih sayang yang mendukung semua aspek pertumbuhan bayi, termasuk kesehatan dan kecerdasan bayi.
Sedangkan bagi ibu memberikan ASI dapat mengurangi perdarahan saat persalinan, menunda kesuburan dan meringankan beban ekonomi. Dilihat dari perspective gender pemberian ASI adalah salah satu bentuk pemberdayaan perempuan yaitu bahwa perempuan diberikan hak untuk memberikan kasih sayang pada buah hatinya. (Roesli, 2002).
Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya, upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi, khususnya ASI ekslusif masih dirasa kurang. Permasalahan yang utama adalah faktor sosial budaya kesadaran akan pentingnya ASI. Pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung peningkatan penggunaan ASI, dan gencarnya promosi susu formula dan ibu bekerja (Roesli, 2005).
Sebagai gambaran pemberian ASI di Indonesia berdasarkan SDKI (Survei Demografi Kesehatan Iindonesia) 2007 yaitu 32,3%, masih jauh dari rata-rata dunia yaitu 38%. Saat ini bayi kurang dari 6 bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007 (SDKI 2007). Di jawa tengah pemberian ASI eksklusif adalah 34,53%, di Semarang 13,49% tahun 2006 menurun menjadi 7,74% tahun 2008 (Depkes, 2008).
Pencapaian ASI eksklusif hingga saat ini juga belum mengembirakan. Hal ini karena ibu kurang percaya diri bahwa ASInya cukup untuk bayinya. Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang baik dan benar, kurangnya pengertian dan ketrampilan petugas kesehatan tentang keunggulan ASI dan manfaat menyusui menyebabkan mereka mudah terpengaruhi oleh promosi susu formula yang sering dinyatakan sebagai Pengganti Air Susu Ibu (PASI). Penelitian di Bogor tahun 2001 menunjukkan bahwa 18,7% dari ibu-ibu dianjurkan oleh petugas kesehatan untuk memberi susu formula pada minggu pertama setelah kelahiran. Sedangkan sumber promosi-promosi susu formula adalah pelayanan kesehatan (76%) dimana 21% ibu melihat iklan susu formula di rumah sakit. Lebih dari 60% ibu-ibu menyatakan menerima susu formula bayi melalui rumah sakit atau rumah bersalin yang seharusnya menjadi pelopor bagi peningkatan penggunaan ASI (Depkes RI, 2001). Dari data yang telah diperoleh tersebut sangat mempengaruhi perilaku ibu menyusui dalam upaya meningkatkan produksi ASI. Bila perilaku tersebut masih dilaksanakan maka produksi ASI akan menurun, maka bayi kurang mendapatkan ASI yang optimal. Dari berbagai penelitian bayi yang tidak mendapatkan ASI secara optimal, akan mudah sakit. Karena kurang mendapatkan antibodi dari ASI, maka bayi akan terkena infeksi saluran urogenitalis, enterokalitis dan nekrotikans. Seperti dilaporkan hampir 90% kematian bayi terjadi di negara berkembang dan lebih dari 40% kematian disebabkan diare dan ISPA karena bayi kurang konsumsi ASI (http://ASI.blogsome.com/2009/serba-serbi menyusui).
Perilaku adalah suatu respon atau reaksi seseorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya, bisa bersifat pasif (berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (bertindak). Perilaku juga hasil dari berbagai macam pengalaman serta interaksi manusia dalam lingkungannya yang berwujud dalam bentuk pengetahuan sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2003). Perilaku ibu dalam upaya meningkatkan produksi ASI yaitu respon atau reaksi ibu terhadap upaya meningkatkan produksi ASI.
Upaya untuk meningkatkan produksi ASI yaitu dengan meningkatkan frekuensi menyusui, mengosongkan payudara setelah anak selesai menyusu, menjaga kondisi psikologi ibu, hindari susu formula (memberikan ASI eksklusif), hindari dot, mengkonsumsi makanan bergizi, dan melakukan perawatan payu dara (Meidya, 2007)
Penelitian yang dilakukan WHO tahun 2001 membuktikan bahwa bayi yang diberikan susu selain ASI mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibanding dengan bayi yang mendapat ASI. Pemberian ASI secara dini sebagai awal untuk menunjang kebersihan proses menyusui di masa yang akan datang dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi. (Depkes RI, 2001). Berdasarkan studi pendahuluan dari data yang didapat peneliti, pemberian ASI saja di Klinik xxx mengalami penurunan dari bulan Desember 2009 yang memberikan ASI saja adalah 18 ibu menyusui (52,94%) dari 34 ibu menyusui, pada bulan Januari 2010 menurun menjadi 9 ibu menyusui (27,2%)yang memberikan ASI saja dari 33 ibu menyusui.

B. Rumusan Masalah
Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi sangat bermanfaat dan merupakan makanan yang paling cocok karena dapat memberikan gizi yang paling sesuai untuk kebutuhan bayi, melindungi dari berbagai infeksi dan memberikan hubungan kasih sayang yang mendukung semua aspek pertumbuhan bayi, termasuk kesehatan dan kecerdasan bayi.
Berdasarkan studi pendahuluan dari klini xxx data yang didapat peneliti, pemberian ASI eksklusif di Klinik xxx mengalami penurunan dari bulan Desember 2009 yang memberikan ASI secara eksklusif adalah 18 ibu menyusui (52,94%) dari 34 ibu menyusui, pada bulan Januari 2010 menurun menjadi 9 ibu menyusui (27,2%) yang memberikan ASI secara eksklusif dari 33 ibu menyusui.
Penelitian tentang upaya meningkatkan produksi ASI belum pernah dilakukan di Klinik xxx.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu “Bagaimana Perilaku Ibu Menyusui dalam Upaya Meningkatkan Produksi ASI di Klinik xxx?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Intruksi Umum (TIU)
Untuk mengetahui perilaku ibu menyusui dalam upaya meningkatkan produksi ASI di xxx Semarang.
2. Tujuan Intruksi Khusus (TIK)
a. Untuk mengetahui karakteristik ibu menyusui meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan ibu.
b. Untuk mengetahui perilaku ibu menyusui dalam upaya meningkatkan produksi ASI di xxx Semarang.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Bidan
Sebagai masukan informasi mengenai gambaran perilaku ibu menyusui dalam upaya meningkatkan produksi ASI di xxx.
2. Bagi ibu menyusui
Menambah pengetahuan ibu tentang perilaku yang dilakukan dalam upaya meningkatkan produksi ASI.
3. Bagi suami dan keluarga
Menambah pengetahuan bagi suami dan keluarga tentang upaya meningkatkan produksi ASI, sehingga suami dan keluarga dapat memberikan dukungan dan dorongan kepada ibu untuk meningkatkan produksi ASI.
4. Bagi Mahasiswa Kebidanan
Memberikan tambahan informasi bagi mahasiswa dibidang penelitian serta menambah pengetahuan dan pemahaman tentang upaya meningkatkan produksi ASI.
5. Bagi peneliti
Apat memberikan tambahan pengalaman tentang perilaku ibu menyusui alam upaya meningkatkan prouksi ASI an apat iterapkan langsung ke masyarakat.

E. Keaslian Penelitian
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan minarwati dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi perilku ibu menyusui di desa Sidomukti, kecamatan bandungan kabupaten semarang dengan jenis penelitian deskriptif dan metode cross sectional tahun 2008 dengan jumlah sample 35 responden.
Perbedaan dengan peneliti adalah judul peneliti perilaku ibu menyusui dalam upaya meningkatkan produksi ASI di klinik xxx dengan jenis penelitian deskriptif sedangkan jumlah sample 34 responden, daerah penelitian xxxdan dilasanakn pada tahun 2010.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Perilaku
Perilaku adalah suatu respon atau reaksi seseorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya, bisa bersifat pasif (berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (bertindak). Perilaku juga hasil dari berbagai macam pengalaman serta interaksi manusia dalam lingkungannya yang berwujud dalam bentuk pengetahuan sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2003).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar