Sabtu, 06 November 2010

KTI KEBIDANAN UPDATE : STUDY DESKRIPTIF KEJADIAN BALITA KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP) DI DESA xxx

PESAN HUB : 081225300100
BAB I
PENDAHULUAN
E. LATAR BELAKANG MASALAH
protein. (Kristijono A, 2000)
Data Susenas tahun 2000 menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang menurun dari
37,5 % (1989) menjadi 24,6%. Namun kondisi tersebut tidak diikuti dengan penurunan
prevalensi gizi buruk bahkan prevalensi gizi buruk cenderung meningkat. (Kristijono
A, 2000)

Menurut Menkes, Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi merupakan instrumen
kebijakan yang mengintegrasikan berbagai kebijakan dan strategi sektor yang terkait
dengan perbaikan gizi masyarakat. Dengan mengutip kesepakatan pertemuan
konsultatif WHO/FAO di India tahun 2004 bahwa di dalam Rencana Aksi Nasional
Pangan dan Gizi di suatu negara sekurangnya memerlukan 4 strategi utama, yaitu : (1)
strategi dibidang peningkatan akses dan cakupan pelayanan gizi dan kesehatan yang
berkualitas; (2) strategi yang diarahkan untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat
rumah tangga; (3) strategi untuk meningkatkan keamanan pangan, dan (4) strategi
yang mengarah pada peningkatan pola menu sehat dan aktivitas fisik. Tujuan
penyusunan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-Pangan dan Gizi) 2006-
2010 antara lain, meningkatkan pemahaman peran pembangunan pangan dan gizi
viii
sebagai investasi untuk SDM berkualitas, meningkatkan kemampuan menganalisis
perkembangan situasi pangan dan gizi, dan meningkatkan koordinasi penanganan
masalah secara terpadu. (http//ketapa.birobinprod.jabarprov.go.id.)
Mulai tahun 1998, upaya penanggulangan balita gizi buruk mulai ditingkatkan
dengan penjaringan kasus, rujukan dan perawatan gratis di Puskesmas maupun Rumah
Sakit, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) serta upaya-upaya lain yang bersifat
Rescue. Bantuan pangan (beras Gakin dll) juga diberikan kepada keluarga miskin oleh
sektor lain untuk menghindarkan masyarakat dari ancaman kelaparan. Namun semua
upaya tersebut nampaknya belum juga dapat mengatasi masalah dan meningkatkan
kembali status gizi masyarakat, khususnya pada balita. Balita gizi buruk dan gizi
kurang yang mendapat bantuan dapat disembuhkan, tetapi kasus-kasus baru muncul
yang terkadang malah lebih banyak sehingga terkesan penanggulangan yang dilakukan
tidak banyak artinya, sebab angka balita gizi buruk belum dapat ditekan secara
bermakna.(http//ketapa.birobinprod.jabarprov.go.id.)
Ruang lingkup penanggulangan balita gizi buruk dari tingkat Kabupaten,
Kecamatan sampai tingkat rumah tangga meliputi prosedur penjaringan kasus balita
gizi buruk, prosedur pelayanan balita gizi buruk puskesmas, prosedur pelacakan balita
gizi buruk dengan cara investigasi, prosedur pelayanan balita gizi buruk di rumah
tangga, prosedur koordinasi lintas sektoral dalam upaya penanggulangan gizi buruk.
Di Puskesmas Sukodono dilaporkan jumlah penderita KEP sampai dengan bulan
April 2008 sebanyak 610 balita dari 7273 balita. Di Desa Jumputrejo, jumlah penderita
KEP ditemukan dengan jumlah 68 (13,26 %) balita dari 513 balita. Sedangkan di
Dusun Keling sendiri, jumlah penderita KEP mencapai 23 (16,31 %) balita dari 141
balita. Oleh karena itu kami mengadakan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi balita berkaitan dengan adanya insiden KEP yang tinggi di Desa
Jumputrejo, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2008.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat dirumuskan faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi tingginya angka kejadian balita KEP di Desa Jumputrejo,
Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo.
Dari rumusan masalah tersebut, dapat dirinci sub-sub masalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh kurangnya tingkat pengetahuan ibu terhadap terjadinya KEP ?
ix
2. Adakah pengaruh rendahnya pendidikan terhadap terjadinya KEP?
3. Adakah pengaruh pola asuh balita terhadap terjadinya KEP?
4. Adakah pengaruh jenis pekerjaan ibu dengan terjadinya KEP?
5. Adakah pengaruh imunisasi terhadap terjadinya KEP?
6. Adakah pengaruh kekurangan vitamin A dengan terjadinya KEP?
7. Adakah pengaruh penyuluhan kesehatan dengan terjadinya KEP?
8. Adakah pengaruh pemberian ASI dengan terjadinya KEP?
9. Adakah pengaruh pemberian PASI dengan terjadinya KEP?
10. Adakah pengaruh frekuensi, jumlah dan jenis pemberian makanan dengan
terjadinya KEP?
11. Adakah pengaruh penyakit diare dan TBC dengan terjadinya KEP?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah faktor-faktor sosial
ekonomi, asupan nutrisi, pelayanan kesehatan, riwayat penyakit sebelum dan
selama KEP berpengaruh terhadap kejadian balita KEP Desa xxxx.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apakah faktor sosial ekonomi berikut berpengaruh terhadap
kejadian balita KEP:
1) Tingkat pengetahuan ibu tentang penyebab KEP.
2) Tingkat pendidikan ibu.
3) Jenis pekerjaan ibu.
4) Pola asuh balita.
5) Tingkat penghasilan.
b. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh faktor-faktor asupan nutrisi sebagai
berikut terhadap terjadinya KEP:
1) Pemberian ASI
2) Pemberian PASI.
3) Kualitas dan kuantitas pemberian makanan.
c. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh faktor-faktor pelayanan kesehatan
x
berikut terhadap terjadinya KEP:
1) Imunisasi.
2) Penyuluhan kesehatan.
3) Pelayanan posyandu
4) Pemberian vitamnin A.
d. Untuk mengetahui apakah ada riwayat penyakit sebagai berikut sebelum
menderita KEP terhadap terjadinya KEP:
1) Diare
2) TBC Paru / Suspect TBC Paru
D. MANFAAT HASIL PENELITIAN
1. Manfaat Bagi Program :
Sebagai informasi untuk bahan pertimbangan bagi Puskesmas Sukodono guna
menyusun strategi lebih lanjut sehingga dapat menurunkan insiden KEP di
kecamatan Sukodono
2. Manfaat Bagi Masyarakat :
a. Sebagai sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang gizi balita.
b. Meningkatnya kesadaran ibu untuk memperbaiki pola asuh terhadap balita.
3. Manfaat Bagi Peneliti Yang Akan Datang :
Dapat dijadikan data dasar untuk penelitian lebih lanjut terutama yang
berhubungan dengan terjadinya KEP.
xi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KURANG ENERGI PROTEIN ( KEP)
E. DEFINISI
Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari, sehingga tidak
memenuhi angka kecukupan gizi. (H. Boerhan. I. Roedi. & H. Siti Nurul, 2006, p. 175)
F. KLASIFIKASI
Menurut baku median WHO – NCHS, KEP dibagi beberapa tingkatan yaitu:
(http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmgizi-evawany.pdf)
1. KEP Ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) 70-80 % dan/atau berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB) 70-80% baku median WHO-NCHS.
2. KEP Sedang bila BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB 60-
70% baku median WHO-NCHS.
3. KEP Berat bila BB/U <60% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB <60%
baku median WHO-NCHS.
Sedangkan klasifikasi KEP berdasarkan KMS balita: (Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, 1997)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar