Minggu, 05 Desember 2010

KTI KEBIDANAN : PENGARUH PENYULUHAN PADA PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KELUARGA BERENCANA DI DESA

KTI LENGKAP BAB 1-5 HUB : 081 225 300 100
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Konferensi Kependudukan dan Pembangunan Internasional International Conference on Population and Developmen (ICPD) telah menghasilkan sudut pandang bahwa program keluarga berencana disediakan dalam konteks pelayanan dan perawatan kesehatan reproduksi yang komperehensif, tidak hanya terfokus pada upaya untuk menurunkan angka kelahiran.
Kebijakan Keluarga Berencana di Indonesia dimulai dari tahun 1968 dengan didirikannya Lembaga Keluarga Berencanan Nasional (LKBN) dan pada tahun 1970 disempurnakan menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang sampai sekarang tetap berdiri sebagai sebuah lembaga pemerintah yang khusus dalam penanganan Keluarga Berencana (BKKBN Jawa Timur; 2010).
Hasil Survai Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan bahwa angka fertilitas total (TFR) Jawa Timur mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan hasil Survai Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003 yaitu dari 2,1 menjadi 2,3, ini berarti bahwa seorang wanita di Jawa Timur secara rata-rata akan mempunyai 2 sampai 3 anak selama hidupnya. Berdasarkan Survai Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007 61 % pasangan usia subur (PUS) antara 15-49 tahun yang menikah, menggunakan alat kontrasepsi. Sebagian besar menggunakan metode modern sebanyak 57% sedangkan yang menggunakan metode sederhana sangat sedikit (SDKI, 2007).
Data dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Timur dari tahun 2002-2006 tentang peserta Keluarga Berencana aktif mengalami kenaikan dan penurunan. Tahun 2002 peserta Keluarga Berencana (KB) aktif 4.460.242 peserta, tahun 2003 sebanyak 4.604.160 peserta, tahun 2004 sebanyak 4.670.378 peserta, tahun 2005 4.779.940 peserta, dan tahun 2006 4.778.608 peserta. Turun naiknya peserta Keluarga Berencana aktif menunjukkan bahwa kesadaran untuk melakukan Keluarga Berencana masih kurang, masih banyak peserta Keluarga Berencana aktif yang drop out, bekurangnya tenaga lapangan yang menyebabkan melemahnya pembinaan peserta keluarga berencana. Untuk mengatasi permasalah-permasalahan tersebut pemerintah telah menempuh banyak cara, antara lain: sosialisai lebih aktif sampai ke pelososok-pelosok desa melalui layanan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional keliling, serta dengan mendapatkan tenaga-tenaga medis seperti bidan desa yang bisa terjangkau sampai ke pelosok-pelosok desa (BKKBN Jawa Timur; 2010)
Studi pendahuluan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten pada sensus tahun 2009 jumlah Pasangan Usia Subur di Kabupaten Xxx mencapai 181.991 jiwa. Jumlah Pasangan Usia Subur di kecamatan Xxx pada bulan Desember tahun 2009 yaitu 11.215 jiwa, sedangkan bulan januari tahun 2010 mengalami penurunan yaitu 11.165 jiwa. Hasil pendataan tahun 2009 jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Xxx sebanyak 1579 jiwa, sedangkan jumlah Pasangan Usia Subur di Kelurahan Xxx bulan Januari tahun 2010 sebanyak 1020 jiwa lebih tinggi dibandingkan kelurahan-kelurahan yang lain. Di dusun Xxx jumlah Pasangan Usia Subur yaitu 428 jiwa lebih tinggi dari dusun-dusun yang lain (Dinkes Xxx, 2010).
Data-data di atas menunjukkan bahwa masyarakat belum sepenuhnya sadar akan Keluarga Berencana walaupun pemerintah telah berusaha dengan berbagai program untuk menarik simpati masyarakat dalam berpartisipasi mensukseskan program keluarga berencana. Padahal 5 tahun terakhir pemerintah telah menempatkan bidan-bidan desa sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar termasuk memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang keluarga berencana. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penyuluhan tentang keluarga berencana pada pasangan usia subur dengan tujuan apakah ada pengaruhnya terhadap pengetahuan mereka tentang keluarga berencana. Dengan pengetahuan yang cukup diharapkan akan mempermudah dan mendukung keberhasilan program keluarga berencana

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan dalam rumusan masalah penelitian sebagai berikut: ”apakah ada pengaruh penyuluhan keluarga berencana pada pasangan usia subur terhadap tingkat pengetahuan tentang Keluarga Berencana di Desa Xxx Xxx ? ”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan Keluarga Berencana pada pasangan usia subur terhadap tingkat pengetahuan tentang keluarga berencana di Desa Xxx Xxx.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang Keluarga Berencana pada pasangan usia subur sebelum diberikan penyuluhan Keluarga Berencana di Desa Xxx Xxx .
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang Keluarga Berencana pada pasangan usia subur setelah diberikan penyuluhan Keluarga Berencana di Desa Xxx Xxx.
c. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan tentang Keluarga Berencana pada pasangan usia subur sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan Keluarga Berencana di Desa Xxx Xxx..

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk mendapatkan tambahan teori tentang keefektifan penyuluhan Keluarga Berencana pada masyarakat dalam rangka mensukseskan program Keluarga Berencana untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.
2. Manfaat Aplikatif
1. Tenaga Kesehatan (Khususnya bidan)

Diharapkan dapat sebagai gambaran awal dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang Keluarga Berencana ataupun pelayanan dasar Keluarga Berencana.
2. Bagi Institusi

Diharapkan dapat sebagai bahan masukan untuk merumuskan strategi yang tepat dalam memberikan penyuluhan tentang Keluarga Berencana.
3. Masyarakat

Diharapkan dapat sebagai masukan kepada masyarakat terutama pada pasangan usia subur tentang pentingnya Keluarga Berencana untuk kesejahteraan keluarga.
4. Penelitian Selanjutnya.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat sebagai pijakan awal dalam melakukan penelitian-penelitian yang lebih lanjut mengenai keluarga berencana.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahaun (Knowledge)
1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra pengliatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
2. Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rongers (1974) mengungkapkan sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang terjadi proses yang berurutan, yakni :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar