Senin, 11 April 2011

KTI KEBIDANAN 2011 : TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN DALAM PELAKSANAAN KUNJUNGAN RUMAH PADA MASA PASCA PERSALINAN DI DESA xxx

MAU Lebih Lengkap MURAH HUB : 081 225 300 100
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di negara sedang berkembang sebagian besar penyebab kematian maternal adalah perdarahan, infeksi, gestosis dan abortus. kematian tidak langsung disebabkan oleh penyakit, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria, dan lain-lain.

Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab lainnya. Berdasarkan defenisi ini kematian maternal dapat digolongkan pada kematian obstetrik langsung, kematian obstetrik tidak langsung, kematian yang terjadi bersamaan tetapi tidak berhubungan dengan kehamilan dan perpersalinanan, misalnya kecelakaan. kematian obstetrik langsung disebabkan oleh komplikasi kehamilan, perpersalinanan, nifas atau penanganannya.
Kematian maternal dan perinatal merupakan tolak ukur kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara. Di negara ASEAN, Indonesia mempunyai angka kematian tertinggi 330/100.000 perpersalinanan hidup. Angka kematian ibu bervariasi di berbagai daerah dengan rentang 330-700/100.000. Angka kematian perinatal dengan cepat dapat dirasakan penurunannya, tetapi angka kematian ibu belum banyak terjadi penurunan. Memperhatikan kenyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa perjalanan terjadinya angka kematian ibu cukup panjang yang memberi peluang untuk melakukan intervensi pelayanan yang lebih mantap. (Manuaba, 2008)
Perpersalinanan merupakan puncak kulminasi kehamilan yang telah berlangsung 40 minggu. Periode ini dapat memberi rasa gembira bila berlangsung aman serta bayi sesuai dengan harapan. Perpersalinanan juga merupakan keadaan yang kritis bagi ibu dan bayinya bila tidak mendapatkan pertolongan adekuat, bersih dan aman. Perawatan pascapartus memerlukan perhatian karena pada fase ini berlaku konsep “early mobilization” yang merupakan fase spesifik, yang terjadi perubahan hormonal dan persiapan laktasi, memerlukan petunjuk/nasihat khususnya bagi puerperal baru, sehingga ibu berpersalinan dapat beradaptasi dengan wajar sebagai persiapan untuk kehamilan berikutnya dengan interval optimal. Pada fase ini dapat terjadi komplikasi sampai berakibat fatal. Defenisi menurut WHO, pascapartum/postnatal/ puerperium adalah mulai sejak satu jam setelah plasenta lahir sampai akhir minggu ke-6 atau berlangsung selama 42 hari.(Manuaba, 2008) Pemeriksaan setelah kala nifas tidak banyak mendapat perhatian ibu karena sudah merasa baik dan selanjutnya semua berjalan lancar. Pemeriksaan setelah kala nifas sebenarnya sangat penting dilakukan untuk mendapatkan penjelasan yang berharga dari bidan yang menolong perpersalinanan itu. diantara masalah penting tersebut adalah melakukan evaluasi secara menyeluruh tentang alat kelamin dan terutama mulut rahim yang masih luka akibat perpersalinanan. (Manuaba, 1999)
Bidan memegang peranan yang sangat penting dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesehatan dan pengertian masyarakat melalui konsep promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dalam standar pelayanan kebidanan, bidan memberikan pelayanan bagi ibu pada masa nifas. dimana bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam

setelah perpersalinanan untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, personal hygiene, nutrisi, perawatan bayi baru lahir, pemberian asi, imunisasi, dan KB(Keluarga Berencana).(IBI, 2000) Para bidan harus memastikan bahwa keuntungan perawatan pascanatal terbukti dengan jelas. Di masa yang akan datang, efektifitas input kebidanan pada saat ini akan dinilai dalam hal meningkatkan kepuasan pasien, mengurangi biaya dan membatasi angka morbiditas maternal. Oleh karena itu aktifitas asuhan yang diberikan oleh bidan harus relevan dengan kebutuhan setiap wanita dan keluarganya untuk memastikan bahwa tingkat optimum dari perawatan pascanatal dipertahankan dan wanita mendapat pengalaman orang tua yang memuaskan. ( Handerson, dkk, 2006) Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana Pengetahuan bidan dalam pelaksanaan pada masa pasca persalinan Di Kecamatan Xxx Kabupaten Xxx tahun 2009.
B. TUJUAN PENELITIAN.
1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengetahuan bidan dalam pelaksanaan kunjungan rumah pada masa Pasca persalinan Kecamatan Xxx Kabupaten Xxx.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan bidan dalam pelaksanaan kunjungan rumah pertama pada masa pasca persalinan.


Universitas Sumatera Utara 12
b. Untuk mengetahui pengetahuan bidan dalam pelaksanaan kunjungan rumah kedua pada masa pasca persalinan.
c. Untuk mengetahui pengetahuan bidan dalam pelaksanaan kunjungan rumah ketiga pada masa pasca persalinan.
d. Untuk mengetahui pengetahuan bidan dalam pelaksanaan kunjungan rumah pada masa pasca persalinan

B. PERTANYAAN PENELITIAN.
Bagaimanakah pengetahuan bidan dalam pelaksanaan kunjungan rumah pada masa pasca persalinan di Kecamatan Xxx Kabupaten Xxx Tahun 2009
D. MANFAAT PENELITIAN.
1. Bagi peneliti Sebagai masukan bagi peneliti dalam peningkatan pengetahuan dalam pelaksanaan kunjungan rumah pada masa pasca persalinan sebagai upaya dalam menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu.
2. Bagi bidan Sebagai bahan masukan bagi bidan dalam meningkatkan pengetahuan dalam pelaksanaan kunjungan rumah khususnya pada masa pasca persalinan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu.
3. Bagi institusi
Sebagai masukan bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian selanjutnya tentang pengetahuan bidan dalam pelaksanaan kunjungan rumah pada masa pasca persalinan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGETAHUAN

1. PENGERTIAN PENGETAHUAN Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Berdasatkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. ( Notoadmodjo, 2007)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar