Kamis, 03 November 2011

KTI KEBIDANAN : TINGKAT KESIAPAN IBU PRIMIGRAVIDA DALAM INISIASI MENYUSU DINI DI BPS ...

MURAH DAN LENGKAP HUB : 081 225 300 100 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran Millenium Devolepment Goals (MDGs) dalam pencapaian Inisiasi Menyusu Dini (IMD), yaitu Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif dan lama menyusu, maka akan membantu mengurangi kemiskinan, membantu mengurangi kelaparan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai usia dua tahun, membantu mengurangi angka kematian anak balita. Pemberian ASI dikenal sebagai salah satu hal yang berpengaruh paling kuat terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak . Kemajuan suatu bangsa dimulai dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, Untuk menciptakannya harus dimulai sejak dini atau bayi. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah pemberian ASI pada satu jam pertama kelahiran atau sering disebut dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) . Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi, jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan ASEAN. Berdasarkan Human Development Report 2010, AKB di Indonesia mencapai 31 per 1.000 kelahiran. Angka itu 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan Malaysia, dan juga 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan Filipina dan 2,4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan Thailand. Menurut Human Development Report 2010, sejumlah 31 bayi meninggal dalam setiap 1.000 kelahiran hidup. Data ini menjadikan Indonesia dengan AKB tertinggi dibandingkan negara-negara lain di kawasan ASEAN . Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2009 menyatakan bahwa jumlah bayi berumur 0-6 bulan sebanyak 12,731 bayi. Didapatkan bayi yang diberikan ASI eksklusif sebanyak 1,737 (24,62%), sedangkan bayi tidak diberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan sebanyak 8,263 (75,38%). Pernyataan tersebut didukung oleh Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007, dengan data yaitu hanya 10% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama, yang diberikan ASI kurang dari 2 bulan sebanyak 73%, dan yang diberikan ASI 2 sampai 3 bulan sebanyak 53%, serta yang diberikan ASI 4 sampai 5 bulan sebanyak 20% dan Menyusu eksklusif sampai usia 6 bulan sebanyak 49%” . Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi lahir, melatih bayi untuk secara naluriah menemukan sendiri putting susu ibunya. Tindakan IMD membantu bayi memperoleh air susu ibu (ASI) pertamanya dan dapat meningkatkan produksi ASI serta membangun ikatan kasih antara ibu dan bayi. IMD juga terbukti dapat mencegah 22 % resiko kematian pada bayi baru lahir . IMD sangat penting, karena dengan sentuhan dan isapan bayi pada puting susu ibu, dapat merangsang keluarnya hormon oksitosin yang menyebabkan kontraksi rahim sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan. Selain itu sentuhan antara kulit bayi dan ibu menimbulkan kedekatan serta perasaan hangat bagi keduanya. Ibu melahirkan yang melakukan IMD lebih jarang menemui kesukaran dalam menyusu. Perasaan sang ibu juga lebih tenang, rileks, dan lebih mencintai bayinya . Jika IMD tidak dilakukan dapat meningkatkan kejadian AKB, menunda Inisiasi Menyusu Dini akan meningkatkan kematian bayi. Seperti mamalia lain, yang akan mati saat tidak langsung Menyusu pada induknya setelah lahir. Faktanya, bayi sudah siap Menyusu 30-40 menit setelah lahir” . Kehamilan pada seorang wanita merupakan suatu proses yang alamiah. Agar proses kehamilan dapat berjalan lancar dan tidak berkembang pada keadaan yang patologis, serta diperoleh ibu dan bayi yang sehat optimal, untuk itu diperlukan upaya sejak pencegahan sejak dini yaitu semenjak ibu hamil. Persiapan tidak datang begitu saja, tetapi memerlukan beberapa persiapan, antara lain persiapan fisik dan mental yang cukup agar kelahiran bayi dapat berjalan lancar, menghasilkan ibu dan bayi yang sehat optimal . Pada saat hamil, ibu harus menjaga kondisi janin. Salah satu caranya adalah dengan mengkonsumsi makanan sehat yang kandungan gizinya tinggi, karena selain untuk ibu, nutrisi tersebut juga untuk bayi seperti halnya ketika anak dalam kandungan, hal tersebut juga diperlukan ketika anak pertama kali menghirup udara di dunia. Kebutuhan nutrisi bagi bayi sampai usia 6 bulan dapat dipenuhi hanya dengan memberikan ASI saja atau yang dikenal dengan “ASI eksklusif”. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan lain pada bayi 0-6 bulan. Ibu harus mempersiapkan sedini mungkin sejak awal kehamilan mengenai aspek-aspek menyusu . Persiapan menyusui selama kehamilan penting dilakukan. Ibu yang menyiapkan sejak dini akan lebih siap menyusui bayinya terutama adalah persiapan psikologis ibu karena keberhasilan menyusui didukung oleh persiapan psikologis, yang dilakukan sejak masa kehamilan. Persiapan ini sangat berarti karena keputusan atau sikap ibu yang positif terhadap pemberian ASI harus sudah terjadi pada saat kehamilan, atau bahkan jauh sebelumnya. Sikap ibu terhadap pemberian ASI dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain adat, kebiasaan, kepercayaan tentang menyusui didaerah masing-masing. Pengalaman menyusui pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga atau dikalangan kerabat, pengetahuan ibu dan keluarganya tentang manfaat ASI, juga sikap ibu terhadap kehamilannya (diinginkan atau tidak) berpengaruh terhadap keputusan ibu. Dukungan dokter, bidan, atau petugas kesehatan lainnya, teman, kerabat dekat sangat dibutuhkan, terutama untuk ibu yang baru pertama kali hamil . Kehamilan anak pertama, merupakan tahap dimana terjadi disequilibrium atau ketidakseimbangan dalam kepribadian seorang wanita. Pasalnya pada masa tersebut, seorang perempuan mulai dihadapkan pada tugas dan peran baru sebagai seorang ibu. Kehamilan pertama kali bagi seorang calon ibu merupakan satu perjalanan baru yang ditandai dengan perubahan-perubahan fisik dan psikis sehingga timbul berbagai masalah psikologis. Peristiwa yang belum pernah dialami sebelumnya akan menimbulkan rasa cemas, takut, gelisah, tegang bercampur was-was Beberapa pendapat yang menghambat ibu post partum memberikan kolostrum dengan segera, diantaranya takut bayi kedinginan, setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya, kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai, serta kolostrum tidak baik bahkan berbahaya bagi bayi. Hal di atas tidak akan terjadi bila seorang ibu post partum mempunyai pengetahuan yang bagus serta mendapat support dari keluarga . Rendahnya pelaksanaan IMD, maka peneliti melakukan survey pendahuluan untuk mengetahui tingkat kesiapan ibu primigravida dalam IMD. Survey pendahuluan di lakukan pada bulan Februari 2011 di BPS Endang Murniati, Jl.Bulu Stalan III B No.339 Semarang. Peneliti mengambil data di BPS tersebut, karena rata-rata pasien ibu primigravida Trimester III tiap bulannya adalah 35 orang. Survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, didapatkan hasil wawancara dari 10 ibu primigravida Trimester III, bahwa 5 diantaranya menyatakan siap dengan IMD, namun 5 lainnya menyatakan belum siap bila harus menunggu bayinya mmenyusu secara mandiri (selama kurang lebih 1 jam) disaat ibu masih dalam proses melahirkan plasenta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan survei pendahuluan dengan metode wawancara yang dilakukan peneliti, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Bagaimana tingkat kesiapan ibu primigravida dalam Inisiasi Menyusu Dini?” C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat kesiapan ibu primigravida dalam Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik ibu primigravida tentang tingkat kesiapan dalam IMD meliputi pendidikan, dan umur. b. Untuk mengetahui tingkat kesiapan ibu primigravida dalam IMD D. Manfaat 1. Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan Dapat mengidentifikasi seberapa besar tingkat kesiapan ibu primigravida dalam Inisiasi Menyusu Dini



Tidak ada komentar:

Posting Komentar