Jumat, 03 Februari 2017

SKRIPSI KEBIDANAN KEPERAWATAN TAHUN 2017: PENGARUH TERAPI PROGRESIF TERHADAP DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI PRODI DIII KEBIDANA

BUTUH SKRIPSI KEBIDANAN KEPERAWATAn TERSEDIA BAB 1,2,3,45 + daftar pustaka murah HUB : HP/WA 081225300100
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sebagian wanita, ada kalanya menstruasi sebagai momok yang kehadirannya membuat rasa cemas manakala timbul rasa nyeri yang tak tertahankan ketika menstruasi tiba. Kondisi ini dikenal sebagai nyeri menstruasi atau dismenore, yaitu nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktivitas sehari-hari (Proverawati, 2009). Menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan secara rutin setiap bulan selama masa suburnya kecuali apabila terjadi kehamilan. Pada saat menstruasi, darah yang keluar sebenarnya merupakan darah akibat peluruhan dinding rahim (endometrium). Darah mentruasi tersebut mengalir dari rahim menuju leher rahim, untuk kemudian keluar melalui vagina. Dismenore merupakan menstruasi yang disertai dengan rasa sakit yang hebat dan kram. dismenore juga terdiri dari 2 jenis, yaitu dismenore primer dan sekunder, dismenore primer adalah dismenore yang terjadi sejak pertama kali datang haid yang disebabkan oleh faktor intrinsik uterus dan berhubungan erat dengan ketidakseimbangan hormon steroid seks ovarium tanpa adanya kelainan organik dalam pelvik (Najmi Laila, 2011). Pada dismenore sekunder, lebih sering ditemukan pada usia tua dan nyeri haid muncul setelah 2 tahun mengalami siklus haid teratur, nyeri di mulai saat haid meningkat bersamaan pada keluarnya darah haid. Sering ditemukan kelainan ginekologi. Pengobatannya sering sekali memerlukan tindakan operatif (Baziad, 2008). Menstruasi terjadi saat lapisan dalam dinding rahim luruh dan keluar dalam bentuk yang dikenal dengan istilah darah menstruasi. Dalam keadaan normal, setiap bulan seorang wanita yang telah memasuki usia subur akan melepaskan sel telur (ovum). Ovum akan dihasilkan dan dilepaskan oleh indung telur (ovarium). Ovum yang dilepaskan tersebut akan berjalan masuk ke dalam rahim melalui saluran telur ( Proverawati, 2009). Dismenore atau menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia (Proverawati, 2009). Potter & Perry (2005), menyatakan nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja ketika seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri. Secara umum nyeri digambarkan sebagai keadaan yang tidak nyaman, akibat dari ruda paksa pada jaringan terdapat pula yang menggambarkan nyeri sebagai suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensional atau menggambarkan suatu istilah kerusakan (Judha, 2012). Dismenore (dysmenorrhea) berasal dari bahasa yunani. Kata dys yang berati sulit, nyeri, abnormal; meno yang berati bulan; dan orrhea yang berarti aliran. Dismenore adalah kondisi yang terjadi sewaktu haid / menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut maupun panggul. Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian bawah saat menstruasi. Namun, istilah dismenore hanya dipakai bila nyeri begitu hebat sehingga mengganggu aktivitas dan memerlukan obat-obatan (Sukarni, 2013) Dismenore yang sering terjadi adalah dismenore fungsional (wajar) yang terjadi pada hari pertama atau menjelang hari pertama akibat penekanan pada kanalis servikalis (leher rahim). Biasanya dismenore akan menghilang atau membaik seiring hari berikutnya menstruasi. Dismenore yang non fungsional (abnormal) menyebabkan nyeri hebat yang terus menerus, baik sebelum, sepanjang menstruasi bahkan sesudahnya (Judha, 2012). Mengatasi nyeri dan sakit saat menstruasi dapat pula dilakukan dengan metode alami, yakni relaksasi caranya adalah dengan menenangkan pikiran. Chen (2009) menyatakan bahwa relaksasi otot progresif dapat menurunkan tingkat kecemasan dan nyeri dengan latihan yang dilakukan setiap hari dengan tiap sesi selama 40 menit. Tinggalkan sejenak segala masalah, ambil nafas dalam-dalam tahan selama lima detik, lalu hembuskan secara perlahan-lahan hingga habis. Akan tetapi jika kita rileks maka kita akan menempatkan tubuh kita pada posisi yang sebaliknya. Otot tidak tegang serta tidak memerlukan banyak oksigen (Najmi, 2011). Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar, lebih dari 50% wanita mengalaminya Swedia 72% Amerika Serikat 60%. Angka kejadian (prevalensi) dismenore berkisar 45-95% dikalangan wanita usia produktif dimana angka ini diasumsikan dari berbagai gejala belum dilaporkan banyak wanita membeli obat sendiri dan tidak berkunjung ke dokter (Abidin, 2004). Angka kejadian dismenore di indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% diemenore primer dan 9,36% dismenore sekunder sedangkan jawa tengah tahun 2013 angka kejadian dismenore sebesar 56 % (info sehat, 2013). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada mahasiswi di kampus Akbid Xxxx pada tanggal 28 januari 2015 dengan jumlah 69 mahasiswi yang tinggal di asrama, kemudian tingkat II yang tinggal di asrama saat studi pendahuluan sebanyak 36 orang diambil 10 mahasiswi yang mengalami dismenore, dari 10 mahasiswi tersebut 4 diantaranya mengkonsumsi obat-obat anti nyeri seperti (asam mefenamat), dan 6 diantaranya membiarkan saja rasa nyeri dismenore tersebut hilang dengan sendirinya 10 dari mahasiswi tersebut tidak mempunyai riwayat kelainan saat menstruasi. Melihat latar belakang tersebut maka peneliti tertarik mengambil studi kasus dengan judul “Pengaruh Terapi Progresif terhadap Dismenore Primer pada mahasiswi DIII Kebidanan Xxxx”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah pada penelitian ini yaitu ”Adakah pengaruh terapi progresif terhadap dismenore primer pada mahasiswa DIII Kebidanan Xxxx?” C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh terapi progresif terhadap dismenore primer pada mahasiswa DIII Kebidanan Akademi Kebidanan Xxxx. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan nyeri dismenore sebelum dilakukan terapi pada mahasiswi DIII Kebidanan Xxxx. b. Mendeskripsikan nyeri dismenore sesudah dilakukan terapi pada mahasiswi DIII Kebidanan Xxxx. c. Menganalisis pengaruh nyeri dismenore sebelum dan sesudah dilakukan terapi pada mahasiswi DIII Kebidanan Xxxx. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi responden Hasil penelitian ini mampu menambah pengetahuan terhadap pencegahan dismenore primer pada mahasiswi dengan menggunakan terapi progresif. 2. Bagi peneliti Dapat dijadikan referensi dan memberikan informasi tentang pengaruh terapi progresif terhadap dismenore primer. 3. Bagi Institusi Hasil penelitian ini dapat menambah referensi yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan terhadap dismenore primer. 4. Bagi profesi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam memberikan pelayanan dan penanganan masalah kesehatan reproduksi terutama untuk mengurangi terjadinya dismenore primer pada remaja putri E. Keaslian Penelitian No Peneliti Judul Penelitian metode hasil perbedaan 1. Efebruar Wedoanik, 2009 Pengaruh terapi musik terhadap tingkat dismenore pada remaja putri di SMK Pati Unus Kecamatan Karangawen Kabupaten demak. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental dengan rancangan penelitian non equivalent Control group design. Hasil penelitian ini menunjukan intensitas nyeri sebelum diberikan terapi musik yang paling banyak dan hebat, sedangkan sesudah diberi terapi musik yang paling banyak pada nyeri ringan dan sedang, uji statistic menggunakan T-dependent test. Diketahui ada pengaruh terapi music terhadap tingkat dismenore. 1. Penelitian dahulu variabel dependen: dismenore. Variabel independen terapi music. Sampel 21 remaja yang mengalami haid di tingkat SMA (SMA Pati Unus Karangawen). 2. Penelitian sekarang variabel dependen: dismenore. Independen: terapi progresif 2. Suliman, 2008 Pengaruh pemberian komunikasi terhadap pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dan disminore di SMA Muhammadiyah Palembang tahun 2008 Jenis penelitian ini menggunakan quasi eksperimental dengan rancangan penelitian pre-post test design, pengambilan sampel dilakukan secara random sampling dengan menggunakan teknik sample random sampling. Hasil analisa data menunjukan bahwa ada hubungan bermakna antara pemberian komunikasi interpersonal dengan pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dan dismenore dimana nila p < 0,05 (pvalue=0,000), hasil analisa data menunjukan bahwa ada hubungan bermakna antara pemberian interpersonal dengan pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dimana nilai p<0,005 (0,000). Sedangkan pada sikap remaja putri tentang dismenore menurut hasil analisa data menunjukan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pemberian komunikasi interpersonal dengan sikap remaja putrid terhadap dismenore dimana nilai p>0,05 (p value=0,269). 1. Penelitian dahulu, variable dependen: pengaruh menstruai dan dismenore. Variable independen: pemberian komunikasi terhadap pengetahuan remaja putrid tahun 2008. Populasi sebanyak 130 dan sampel sebanyak 100 siswa SMA. 2. Penelitian sekarang variable dependen: dismenore. Independen: terapi progresif. 3. Dwi Candra Mardian, 2011 Hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku remaja putri dalam mengatasi dismenohea di MTS desa jogoloyo Demak Analitik korelasi Terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku remaja putri dalam mengatasi dismenorhea Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sekarang yaitu pada judul penelitian, waktu penelitian, tempat penelitian, metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik korelasi, variable penelitian teknik pengambilan sampel dengan menggunakan random sampling. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Menstruasi a. Pengertian Menurut Najmi Laila, 2011 menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan secara rutin setiap bulan selama masa suburnya kecuali apabila terjadi kehamilan. Pada saat menstruasi, darah yang keluar sebenarnya merupakan darah akibat peluruhan dinding rahim (endometrium). Darah mentruasi tersebut mengalir dari rahim menuju leher rahim, untuk kemudian keluar melalui vagina (Najmi Laila, 2011). Menstruasi terjadi saat lapisan dalam dinding rahim luruh dan keluar dalam bentuk yang dikenal dengan istilah darah menstruasi. Dismenore atau menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia. Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya (Wiknjosastro, 2005; Octaria, 2009). Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara 21 – 35 hari. Hanya 10 – 15 % wanita yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama menstruasi 3 –5 hari, ada yang 7 – 8 hari. Setiap hari ganti pembalut 2 – 5 kali. Panjang siklus menstruasi dipengaruhi oleh usia, berat badan, aktivitas fisik, tingkat stres, genetik dan gizi (Wiknjosastro, 2005; Octaria, 2009). Siklus menstruasi dipengaruhi oleh beberapa hormon yang diproduksi oleh tubuh yaitu Luteinizing Hormon (LH), Follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Estrogen. Siklus juga dipengaruhi oleh kondisi psikis sehingga bisa maju dan mundur. Masa subur ditandai oleh kenaikan LH secara signifikan sesaat sebelum terjadinya ovulasi. Kenaikan LH akan mendorong sel telur keluar dari ovarium menuju tuba falopii. Di dalam tuba falopii ini dapat terjadi pembuahan oleh sperma. Masa inilah yang disebut masa subur, yaitu bila sel telur ada dan siap untuk dibuahi. Sel telur berada dalam tuba falopi selama kurang lebih 3 – 4 hari namun hanya sampai umur 2 hari masa yang paling baik untuk dibuahi, setelah itu mati (Wiknjosastro, 2005). Lama keluarnya darah menstruasi bervariasi, pada umumnya 4 – 6 hari, tetapi antara 2 – 8 hari masih dapat dianggap normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen pengelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak tentu. Biasanya darahnya menstruasi berwujud cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan. Darah menstruasi tetap berwujud cair dan tidak membeku disebabkan oleh sistem fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium. Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu periode menstruasi berkisar antara 25 – 60 ml (Heffner; 2008). b. Dismenore Dismenore (dysmenorrheal) berasal dari bahasa yunani. Kata dys yang berati sulit, nyeri, abnormal; meno yang berati bulan; dan orrhea yang berarti aliran. Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid / menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut maupun panggul (Judha, 2009). Dismenore adalah nyeri pada daerah panggul akibat menstruasi dan produksi zat prostaglandin. Seringkali dimulai setelah mengalami menstruasi pertama (menarche). Nyeri berkurang setelah menstruasi, namun pada beberapa wanita nyeri bisa terus dialami selama periode menstruasi. Penyebab nyeri berasal dari otot rahim, otot rahim dapat berkontraksi dan relaksasi. Saat menstruasi kontraksi lebih kuat, kontraksi yang terjadi adalah akibat suatu zat yang namanya prostaglandin. Prostaglandin dibuat oleh lapisan dalam dari rahim. Hal ini dapat menjelaskan mengapa sakit cenderung berkurang setelah beberapa hari pertama menstruasi (Proverawati & Misaroh, 2009). Ada berbagai macam teori yang mencoba untuk menjelaskan mengapa bisa timbul dismenore. Teori yang paling mendekati adalah yang menyatakan bahwa saat menjelang menstruasi tubuh wanita menghasilkan suatu zat yang disebut prostaglandin. Zat tersebut mempunyai fungsi yang salah satunya adalah membuat dinding rahim berkontraksi dan pembuluh darah sekitarnya terjepit (kontraksi) yang menimbulkan iskemi jaringan. Intensitas kontraksi ini berbeda-beda tiap individu dan bila berlebihan akan menimbulkan nyeri saat menstruasi. Selain itu prostaglandin juga merangsang saraf nyeri di rahim sehingga menambah intensitas nyeri. Prostaglandin juga bekerja diseluruh tubuh, hal ini menjelaskan mengapa ada gejala-gejala yang menyertai nyeri saat menstruasi. Hampir semua perempuan pasti pernah merasakan nyeri menstruasi (dismenore) dengan berbagai tingkatan, mulai dari yang sekedar pegal-pegal di panggul dari sisi dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa sakitnya. Umumnya nyeri yang biasa terasa dibawah perut itu terjadi pada hari pertama dan kedua menstruasi. Rasa nyeri akan berkurang setelah keluar darah yang cukup banyak. Secara alamiah, penyebab nyeri menstruasi bermacam-macam, dari meningkatnya hormon prostaglandin sampai dengan perubahan hormonal ketika mulai menstruasi, dan bahkan kecemasan yang berlebihan. Bila dilihat dari faktor penyebabnya, nyeri menstruasi dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu nyeri menstruasi primer dan sekunder. Faktor penyebab nyeri menstruasi primer tidak diketahui dengan pasti, tetapi untuk nyeri menstruasi sekunder, hampir sebagian besar disebabkan oleh kelainan dalam organ panggul, seperti endometriosis, infeksi, kelainan rahim sampai dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (Proverawati & Misaroh, 2009). Penyebab dismenore bermacam-macam, bisa karena penyakit (radang panggul), endometriosis, tumor atau kelainan uterus, selaput dara atau vagina tidak berlubang, stres atau cemas yang berlebihan. Penyebab lain dari dismenore diduga terjadinya ketidakseimbangan hormonal dan tidak ada hubungan dengan organ reproduksi (Judha & Sudarti, 2012). c. Dampak fisik dan psikososial pada remaja akibat dismenore Dismenore adalah suatu keadaan yang dapat menyebabkan nyeri dan mengganggu aktivitas seseorang, baik dari segi fisik maupun segi psikososialnya. Menurut Maramis (2004) dampak yang muncul ketika remaja puri mengalami dismenore adalah: 1) Fisik Gangguan mobilitas : adanya dismenorea mangakibatkan seseorang dapat mengalami nyeri perut, selain itu juga sering terjadi nyeri panggul, sakit kepala, mual, muntah, diare bahkan ada beberapa remaja yang pingsan ketika mengalami dismenorea tersebut, aktivitas remaja harus beristirahat dalam jangka waktu yang lama. 2) Psikososial Yang tergolong psikososial antara lain : a) Kecemasan Kecemasan remaja pada dismenore biasanya ditandai dengan adanya perasaan khawatir, gugup, rasa tidak aman, takut, keringat dingin pada telapak tangan, kebingungan, menangis, dan gelisah. b) Iriabilitas atau sensitif Iriabilitas ditandai dengan remaja yang suka marah-marah, terasa terasing, menolak saran yang diberikan, mudah tersinggung, sering menyindir dan tidak bergabung sama orang lain. c) Stres Dismenore juga bisa mengakibatkan remaja mengalami stres yang cukup berat, karena ketika mengalami dismenore remaja kadang merasa kebimbangan, bosan terjadi konflik antara tugas dan belajar dan istirahat serta tidak bisa berkonsentrasi sehingga remaja merasa sulit untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. d) Depresi Akibat yang paling menghawatirkan yang terjadi pada remaja adalah remaja mengalami sedih yang berkepanjangan, tidak ada harapan putus asa, merasa tidak berguna, tidak bisa tidur, kurang bersemangat dalam melakukan tugas apapun. d. Klasifikasi dismenore Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya atau sebab yang dapat diamati. 1) Dismenore berdasarkan jenis nyeri a) Dismenore spasmodik Dismenore spasmodik adalah nyeri yang di rasakan di bagian bawah perut dan terjadi sebelum atau segera setelah haid dimulai. Dismenore spsmodik dapat dialami oleh wanita muda maupun wanita berusia 40 tahun keatas. Sebagian wanita yang mengalami dismenore spasmodik, tidak dapat melakukan aktivitas. Tanda dismenore spasmodik antara lain: (1) Pingsan (2) Mual (3) Muntah b) Dismenore kongestif Dismenore kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid datang. Gejala yang ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Pada saat haid datang, tidak terlalu menimbulkan nyeri. Bahkan setelah hari pertama haid, penderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik. Gejala yang timbul pada dismenore kongestif antara lain: (1) Pegal (pegal pada bagian paha) (2) Sakit pada daerah payudara (3) Lelah (4) Mudah tersinggung (5) Kehilangan keseimbangan (6) Ceroboh (7) Gangguan tidur 2) Dismenore berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab a) Dismenore primer Dismenore primer terjadi sesudah 12 bulan atau lebih pasca menarce (menstruasi yang pertama kali). Hal itu karena siklus menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah menarce biasanya bersifat anovulatoir yang tidak disertai nyeri. Rasa nyeri timbul sebelum atau bersama-sama dengan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung sampai beberapa hari. Sifat nyeri adalah kejang yang berjangkit, biasanya terbatas di perut bawah, tetapi dapat merambat ke daerah pinggang dan paha. Nyeri dapat disertai mual, muntah, sakit kepala, dan diare. Menstruasi yang menimbulkan nyeri pada remaja sebagian besar disebabkan oleh dismenore primer. Ada beberapa faktor yang dikaikan dengan dismenore primer yaitu prostaglandin uterine yang tinggi, aktivitas uteri abnormal, dan faktor emosi/psikologis. Belum diketahui dengan jelas bagaimana prostaglandin bisa menyebabkan dismenorea tetapi diketahui bahwa wanita dengan dismenorea mempunyai prostaglandin yang 4 kali lebih tinggi daripada wanita tanpa dismenorea. Dismenorea primer biasanya timbul pada hari pertama atau kedua dari menstruasi. Nyerinya bersifat kolik atau kram dan dirasakan pada abdomen bawah. Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab disminore, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Beberapa faktor yang berperan sebagai penyebab dismenore adalah : a. Faktor kejiwaan. Pada remaja puteri yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore. b. Faktor konstitusi. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore. c. Faktor endokrin. Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. d. Faktor Alergi. Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiali. Smith menduga bahwa sebab dari alergi ialah toksin haid. Dalam penelitian ke depan, ternyata etiologi dismenore primer yang paling berperan adalah adanya peningkatan kadar prostaglandin (Wiknjosastro, 2008). b) Dismenore sekunder Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan kongenital atau kelainan organik di pelvis yang terjadi pada masa remaja. Rasa nyeri yang timbul disebabkan karena adanya kelainan pelvis, misalnya endimetriosis, mioma uteri (tumor jinak kandungan), stenosis servik, dan malposisi uterus. Dismenore yang timbul dapat dikaitkan dengan suatu gangguan tertentu biasanya dimulai sebelum usia 20 tahun, tetapi jarang terjadi pada tahun-tahun pertama setelah menarce. Dismenore merupakan nyeri bersifat kolik dan dianggap disebabkan oleh kontraksi uterus oleh progesteron yang dilepaskan saat pelepasan endometrium. Nyeri yang hebat dapat menyebar dari panggul ke punggung dan paha, seringkali disertai mual pada sebagian perempuan. 3) Menurut Horlow (1996), faktor-faktor resiko berikut ini berhubungan dengan episode dismenore yang berat a) Menstruasi pertama pada usia sangat dini < 11 tahun (earlier age of dysmenorrhea) Pada usia < dari 11 tahun jumlah folikel-folikel ovary primer masih dalam jumlah sedikit sehingga produksi estrogen masih sedikit juga (Judha & Sudarti, 2012). b) Kesiapan dalam menghadapi menstruasi Kesiapan sendiri lebih banyak dihubungkan dengan faktor psikologis. Semua nyeri tergantung pada hubungan susunan saraf pusat. Derajat penderitaan yang dialami akibat rangsang nyeri sendiri dapat tergantung pada latar belakang pendidikan penderita. Pada dismenore, faktor pendidikan dan faktor psikologis sangat berpengaruh. Nyeri dapat ditimbulkan atau diperberat oleh keadaan psikologis penderita. Seringkali setelah perkawinan dismenore hilang, dan jarang menetap setelah melahirkan, mungkin kedua keadaan tersebut (perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologik pada genitalia maupun perubahan psikis (Sarwono, 2011). c) Periode menstruasi yang lama (long menstrual periods)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar