MAU LEBIH LENGKAP FILE MS WORD BAB 12345 + DAFTAR PUSTAKA HUB : HP/WA 081225300100 MURAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Umur Harapan Hidup proporsi penduduk Indonesia umur 55 tahun ke atas pada tahun 1980 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000 meningkat menjadi 9,37% dan diperkirakan tahun 2010 proporsi tersebut akan meningkat menjadi 12%, serta UHH meningkat menjadi 65-70 tahun. Dalam hal ini secara demografi struktur umur penduduk Indonesia bergerak ke arah struktur penduduk yang semakin menua (ageing population).
Peningkatan UHH akan menambah jumlah lanjut usia (lansia) yang akan berdampak pada pergeseran pola penyakit di masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit degenerasi. Prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan penyakit tidak menular cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor risiko yang sama(common underlying risk faktor) seperti kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif kronik, dan kanker tertentu. Faktor risiko tersebut antara lain mengkonsumsi tembakau, konsumsi tinggi lemak kurang serat, kurang olah raga, alkohol, hipertensi, obesitas, gula darah tinggi, lemak darah tinggi.
Data WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi membunuh hampir 8 juta orang setiap tahun di seluruh dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahun ada di daerah Asia Tenggara.Sekitar sepertiga dari populasi orang dewasa di Asia Tenggara termasuk Indonesia memiliki tekanan darah tinggi. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg.
Jumlah lanjut usia di dunia bertambah sebagai hasil dari peningkatan angka harapan hidup dan penurunan angka kematian. Di Indonesia jumlah penduduk lansia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta, usia harapan hidup 66,2 tahun, pada tahun2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta (9,77%), usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. Dari jumlah tersebut, pada tahun 2010, jumlah penduduk lansia yang tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di pedesaan sebesar 15.612.232 (9,97%) (Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2009. Provinsi Jawa Tengah sendiri menempati peringkat kedua dengan penduduk lansia terbanyak setelah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah penduduk lansia sekitar 9,36% dari total penduduk di Indonesia (Wahyuningsih,2011).
Angka kematian lansia di Indonesia umumnya dan di Jawa Tengah khususnya akan semakin meningkat, sebaiknya pemerintah harus lebih memperhatikan kesejahteraan lansia. Penduduk lansia dari tahun 2010 ke tahun 2011 semakin meningkat dari yang semula berjumlah 6,90% menjadi 7,04%, menjadikan kebermaknaan hidup bagi lansia semakin berkembang.
Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. WHO (2005) menyatakan bahwa di dunia penyakit kardiovaskuler merupakan sebab kematian terbesar pada populasi usia 65 tahun ke atas dengan jumlah kematian lebih banyak di negara berkembang. Menurut batasan hipertensi yang dipakai sekarang ini, diperkirakan 23% perempuan dan 14% laki-laki berusia lebih dari 65 tahun menderita hipertensi. Sementara menurut para ahli, angka kematian akibat penyakit jantung pada lansia dengan hipertensi tiga kali lebih sering dibandingkan lansia tanpa hipertensi pada usia yang sama.
Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol seperti (keturunan, jenis kelamin dan usia) dan yang dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok konsumsi alkohol dan garam yang berlebihan). Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup seperti olahraga secara teratur Anderson (2011)
Kurangnya pengetahuan tentang hipertensi harus selalu diperhatikan karena pengertian dan pemahaman yang salah tentang penyakit ini akan mengakibatkan berbagai dampak yang buruk pada penderita hipertensi. Banyak mitos – mitos tentang hipertensi yang berkembang yang tidak terbukti kebenarannya.Salah satu diantaranya, banyak orang beranggapan bahwa hipertensi adalah penyakit yang sering terjadi sebagai kondisi normal pada orang tua dan tidak berbahaya karena tidak banyak yang meninggal dunia. Namun tidak demikian faktanya, hipertensi merupakan keadaan yang tidak normal yang bukan hanya diderita oleh orang tua saja, akan tetapi pada usia muda dapat juga menderita hipertensi dan sering mengakibatkan kematian ( Dewi, 2010).
Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman tentang hipertensi yaitu dengan dilakukan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan merupakan suatu upaya yang direncanakan untuk menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga penderita lansia tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang diharapkan untuk meningkatkan status kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan, memaksimalkan fungsi dan peran penderita selama sakit, dan membantu penderita dan keluarga mengatasi masalah kesehatan. (Machfoedz. Et al, 2009)
Ada banyak jenis media dan metode penyuluhan yang terbukti cocok untuk penyuluhan kesehatan.angka kesakitan lanjut usia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kondisiini tentunya harus mendapatkan perhatian berbagai pihak. Lanjut usia yang sakit-sakitan akan menjadi beban bagi keluarga, masyarakat dan bahkan pemerintah,sehingga akan menjadi beban dalam pembangunan. Oleh sebab itu, memilih media penyuluhan yang tepat bagi lanjut usia sangat penting dalam melakukan penyuluhan yang efektif. Pemilihan media dan metode penyuluhan tergantung dari materi yang yang akan disampaikan dan kriteria audiens yang akan disuluh.Dalam menggunakan media, misalnya alat peraga,baik berupa benda asli maupun tiruan dan juga media leaflet ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu Alat peragaharus mudah dimengerti oleh sasaran danIde atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran.(Notoadmojo 2005)
Pentingnya penyuluhan kesehataan kepada penderita lanjut usia. peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian berupa penyuluhan kesehatan dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas media penyuluhan dengan barang asli terhadap tingkat pengetahuan diet hipertensi pada lansia.
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang di lakukan oleh peneliti pada tanggal 18 maret 2014 di Unit pelayanan lansia Wening Wardoyo ungaran bahwa tingkat pengetahuan lansia di wening wardoyo ungaran tentang diet hipertensi itu masih sangat minim,walaupun sering di lakukan penyuluhan oleh mahasiswa praktek maupun dari petugas dipanti.salah satu faktor yang mempengaruhi minimnya pengetahuan lansia di wening wardoyo tentang pengetahuan diet hipertensi adalah faktor pendidikan lansia dan juga kurang efektifnya media penyuluhan kesehatan yang di gunakan pada saat melakukan penyuluhan.
Berdasarkan latar belakang di atas,Peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektifitas media penyuluhan dengan barang asli terhadap tingkat pengetahuan diet hipertensi pada lansia setelah di lakukan penyuluhan.
B. Rumusan Masalah
Masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanaefektifitas media penyuluhan dengan barang asliterhadap tingkat pengetahuan diet hipertensi pada lansia setelah dilakukan penyuluhan kesehatan”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas media penyuluhan dengan barang asli terhadap tingkat pengetahuan diet hipertensi pada lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan lansia tentang diet hipertensi sebelum dilakukan penyuluhan dengan benda asli
b. Mendeskripsikantingkat pengetahuan lansia tentang diet hipertensi setelah di lakukan penyuluhan kesehatan dengan barang asli
c. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan lansia tentang diet hipertensi sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan dengan media leaflet
d. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan lansia tentang diet hipertensi setelah di lakukan penyuluhan kesehatan dengan media leaflet
e. Menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan lansia tentang diet hipertensi sebelum dan sesudah di lakukan penyuluhan dengan barang asli
f. Menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan lansia tentang diet hipertensi sebelum dan sesudah di lakukan penyuluhan dengan media leaflet
g. Menganalisis efektifitas media penyuluhan dengan barang asli terhadap tingkat pengetahuan lansia tentang diet hipertensi.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat diharapkan akan menjadi pedoman awal yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan efektifitas media penyuluhan kesehatan kepada lansia dan juga sebagai acuan untuk peneliti dalam memberikan informasi tentang proses penyuluhan kesehatan dengan media penyuluhan yang efektif.
b. Bagi Lansia
Sebagai bahan informasi tentang bagaimana cara untuk menumbuhkan gaya hidup sehat yang baik demi meningkatkan kesadaran para penderita lansia akan pentingnya pengetahuan tentang diet hipertensi dan Penyuluhan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan lansia dan keluarga lansia tentang masalah tentang diet hipertensi dan diharapkan media yang diberikan dapat menambah wawasan tentang pengetahuan diet hipertensi.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat memberikan wawasan yang luas dalam bidang kesehatan baik di bidang keperawatan bahwa penyuluhan kesehatan di masyarakat ataupun pada lansia merupakan suatu hal yang berguna demi meningkatkan derajat kesehatan dan penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan acuan ataupun masukan bagi institusi kesehatan yang dalam hal ini STIKES agar tetap berpegang teguh untuk melakukan upaya-upaya ataupun usaha-usaha promotif, preventif, dan rehabilitasi dalam rangka menuntaskan penyakit-penyakit hipertensi pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek (Notoatmodjo, 2009).
Notoatmodjo (2009), berpendapat bahwa pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda-beda, hal ini tercakup domain kognitif yang dibagi dalam enam tingkatan, yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang itu tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek suatu materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan lainnya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, dimana penilaian berdasarkan pada kriteria yang dibuat sendiri atau pada kriteria yang sudah ada.
b. Faktor –faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut notoadmojo (2005) menjelaskan bahwa pengetahuan di pengaruhi oleh faktor internal dan eksternal :
1. Faktor internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima informasi. akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan rendah maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai yang baru diperkenalkan.
b) Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar dapat dikatagorikan menjadi empat, yaitu : perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Hal ini terjadi akibat pematangan fungsi organ..
c) Minat
Minat adalah suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
d) Pengalaman.
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecendrungan pengalaman yang kurang baik akan berusaha untuk dilupakan oleh seseorang. Namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
2. Faktor eksternal
a) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer atau sekunder keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi di banding denga keluarga dengan status ekonomi rendah hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi termasuk kebutuhan sekunder,jadi dapat di simpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.
b) Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
c) Kebudayaan lingkungan sekitar
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
c. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoadmojo, pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran :
1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan:
a) Cara coba-coba salah ( Trial dan Error )
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan dan bahkan mungkin sebelumadanya peradaban yang dilakukan dengan menggunakan kemungkinan yang lain sampai masalah dapat dipecahkan.
b) Cara kekuasaan atau otoriter
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik secara formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang punya otoriter, tanpa terlebih dahulu membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun berdasarkan pengetahuan masa lalu.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapkan pada masa lalu.
d) Melalui jalan pikiran
Memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikiran, baik melalui induksi maupun dedukasi. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum maka dinamakan induksi, sedangkan dedukasi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus.
2. Cara modern dalam memperoleh Pengetahuan
Cara ini disebut dengan “ metode penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut dengan metodelogi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Franeuis Bacor ( 1561-1626 ), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Dallien akhirnya lahir suatu cara penelitian dimana dewasa ini kita kenal sebagai metodelogi penelitian ilmiah.
d. Cara mengukur pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket untuk menyatakan isi materi yang diukur dari subjek Penelitian atau responden, tingkat pengetahuan baik dan buruk pada subjek penelitian akan dilihat berdasarkan hasil kuisioner pada saat sebelum ddan sesudah dilakukan penyuluhan Kesehatan. Untuk mengukur tingkat pengetahuan dapat di ukur dengan cara :
1. Pengetahuan Baik :76-100 %
2. Pengetahuan Cukup : 60-75 %
3. Pengetahuan Kurang : <60 % ( Arkuinto,2006 )
2. Konsep Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah salah satu faktor resiko yang menyebabkan terjadinya penyakit jantung,gagal jantung, diseksi aorta, dan gagal ginjal. Dimana, tekanan diastol menetap di atas 90 mmHg, dan tekanan sisitol di atas 140 mmHg (Robbins, 2007). WHO dalam Junaedi (2010), memberikan gambaran suatu batasan normal tekanan darah yaitu 140/90 mmHg dan tekanan darah di atas itu dikatakan sebagai hipertensi.
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu gejala peningkatan tekanan darah yang berpengaruh pada sistem organ yang lain, seperti stroke untuk otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung serta gagal ginjal (Ardiansyah, 2012). Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi juga merupakan salah satu jenis penyakit pembunuh paling dahsyat di dunia saat ini. Usia merupakan salah satu faktor risiko hipertensi yang lebih banyak dijumpai bahwa penderita penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi pada usia senja (Anggraeni, 2012).
b. Jenis Hipertensi
Menurut Sustrani (2006), hipertensi dibagi menjadi 2 jenis yaitu hipertensi esensial atau primer dan hipertensi renal atau hipertensi sekunder.
1) Hipertensi esensial (hipertensi primer)
Merupakan hipertensi yang belum dapat diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi para ahli berpendapat bahwa yang melatar belakangi hipertensi ini adalah karena stress dan para pakar juga berkesimpulan bahwa terdapat hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi atau keturunan (genetik). Faktor lain yang mungkin berperanadalah lingkungan, kelainan metabolisme intra seluler, dan faktor yang meningkatkan terjadinya obesitas, konsumsi alkohol, merokok dan kelainan darah. Junaedi (2010) menyebutkan penyebab hipertensi esensial adalah karena kondisi masyarakat yang banyak mengkonsumsi garam yang cukup tinggi lebih dari 6,8 gram per hari dan juga faktor genetik.
2) Hipertensi sekunder
Penyebab lain hipertensi selain dari faktor yang mengakibatkan hipertensi esensial diatas,termasuk dalam hipertensi sekunder dimana penyebab yang spesifiknya sudah dapat diketahui secara pasti, seperti gangguan pada hormonal, penyakit jantung,diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah, atau berhubungan dengan kehamilan. Jarang sekali ditemukan kasus keganasan pada kelenjar adrenal.
Menurut Bustan (2007) dalam bukunya jenis hipertensi dapat juga dibedakan menurut gangguan tekanan darah yaitu hipertensi sistolik dimana terjadi peninggian tekanan darah sistolik saja dan hipertensi diastolik yaitu peningkatan tekanan diastolik. Serta ada hipertensi ringan, sedang, dan berat jika dibedakan menurut beratnya atau tinggi peningkatan tekanan darah.
c. Penyebab hipertensi
Penyebab tekanan darah tinggi sebagian besar tidak diketahui terutama yang esensial, namun demikian terdapat beberapa faktor resiko terkena darah tinggi, misalnya (Palmer, 2007) :
1) Kelebihan berat badan,Kurang berolahraga
2) Mengkonsumsi makanan berkadar garam tinggi
3) Kurang mengkonsumsi buah dan sayuran segar
4) Terlalu banyak minum alkohol
d. Diet hipertensi
1. pengertian
Diet rendah garam pada hakekatnya adalah diet dengan mengkonsumsi makanan tanpa garam. Umumnya makanan tersebut dimasak dengan tidak menggunakan garam dapur sama sekali dan mengurangi penggunaan bahan makanan yang tinggi kandungan natriumnya. Adapun yang dimaksud dengan diet rendah garam dalam arti yang sebenarnya adalah rendah sodium atau natrium (Na). Selain membatasi garam dapur, diet ini juga harus membatasi sumber sodium lainnya berupa makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSD (Mono sodium glutamate ) yang lebih dikenal dengan bumbu penyedap makanan.
2. Jenis diet rendah garam dan dosis diet pada penderita hipertensi
1) Diet garam rendah I (200-400 mgNa) Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan atau hipertensi berat. Diet ini pada pengolahan makanan tidak ditambahkan garam, dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
2) Diet garam rendah II (600-1200 mgNa)
Diet garam rendah II diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan atau hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari-hari sama dengan diet garam rendah I. pada pengolahan makanan boleh 21menggunakan ½ sendok garam dapur (2g). dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
3) Diet garam rendah III (1000-1200 mgNa)
Diet garam rendah III diberikan kepada pasien dengan edema dan atau hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sendok (4g) garam dapur.
Penelitian ilmiah selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa asupan garam dalam makanan kita sebenarnya terlalu banyak. Upaya dengan 20 membatasi asupan garam, akan dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan. Anjuran pengurangan asupan garam yang terbaru adalah sampai di bawah 6 gram per hari (sekitar 1 sendok teh) (Palmer, 2007). Sebagian besar makanan yang diproses seperti roti, sereal, makanan siap saji dan saus mengandung kadar garam yang tinggi. Untuk itu kita perlu mengetahui berapa banyak asupan garam yang secara tidak sadar telah kita konsumsi
Selain diet diatas cara lain untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi dapat ditaggulangi dengan cara :
a. Mengurangi konsumsi garam dan lemak jenuh
b. Melakukan olahraga secara teratur dan dinamik (yang tidak mengeluarkan tenaga terlalu banyak) seperti berenang,jogging, jalan cepat dan bersepeda.
c. Menghentikan kebiasaan merokok
d. Menjaga kestabilan berat badan, menghindarkan kelebihan berat badan maupun obesitas, tetapi usahakan jangan menurunkan berat badan dengan menggunakan obat-obatan karena umumnya obat penurun berat badan dapat menaikkan tekanan darah.
3. Konsep Penyuluhan Kesehatan
a. Pengertian
Penyuluhan dalam arti umum adalah Ilmu sosial yang mempelajari tentang proses perubahan perilaku pada individu serta masyarkat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai yang diharapkan. Penyuluhan kesehatan juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk pendidikan kepada masyarakat. Penyuluhan kesehatan merupakan suatu bentuk partisipasi masyarakat untuk melakukan suatu komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat suatu keputusan yang benar menurut Adrianto. Menurut Subejo penyuluhan adalah proses perubahan perilaku di kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau, dan mampu melakukan perubahan demi meningkatnya pencapaian produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahtraannya. Menurut Brain penyuluhan kesehatan adalah gabungan dari berbagai kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan dimana individu, keluarga, kelompok, atau masyarkat secara keseluruhan yang ingin hidup sehat, tahu bagiamana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan. Dari pengertian di atas bahwa pengertian penyuluhan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi dan atau mempengaruhi orang lain, baik, individu, kelompok, atau masyarkat, agar melaksanakan perilaku hidup sehat.
b. Tujuan Penyuluhan Kesehatan
Tujuan penyuluhan kesehatan merupakan suatu yang dominan yang akan dituju dari kesehatan. Penyuluhan kesehatan memiliki beberapa tujuan antara lain:
1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarkat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarkat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental, dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
3. Agar orang mampu menerapkan masalah kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yang mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dan mampu memutuskan kegiatan yang tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat.
Jumat, 03 Februari 2017
SKRIPSI KEPERAWATAN TERBARU 2017 EFEKTIFITAS MEDIA PENYULUHAN DENGAN BENDA ASLI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN LANSIA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar