Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik ( JNPK-KR, 2007 ).
b. Tujuan
Adapun tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam
2) Mendeteksi apakah proses persalinan bejalan secara normal. Dengan demikian dapat pula mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk :
a) Mencatat kemajuan persalinan
b) Mencatat kondisi ibu dan janinnya
c) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
d) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
e) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
( JNPK-KR, 2007)
c. Penggunaan Partograf
Partograf harus digunakan :
1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit
2) Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll)
3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahirn bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa Kedokteran)
(JNPK-KR,2007).
d. Pengisian Partograf
Pengisian partograf antara lain :
1) Pencatatan selama Fase Laten Kala I Persalinan
Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dilakukan secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga harus dicatatkan.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu :
a) Denyut jantung janin : setiap 30 menit
b) Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit
c) Nadi : setiap 30 menit
d) Pembukaan serviks : setiap 4 jam
e) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
f) Tekanan darah dan temperature tubuh : setiap 4 jam
g) Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 – 4 jam
2) Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan
Halaman depan partograf menginstruksikan observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, yaitu :
a) Informasi tentang ibu
(1) nama, umur
(2) gravida, para, abortus (keguguran)
(3) nomor catatan medik/nomer puskesmas
(4) tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu)
(5) waktu pecahnya selaput ketuban
b) Kondisi janin
(1) DJJ
(2) Warna dan adanya air ketuban
(3) Penyusupan (molase) kepala janin
c) Kemajuan persalinan
(1) Pembukaan serviks
(2) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
(3) Garis waspada dan garis bertindak
d) Jam dan waktu
(1) Waktunya mulai fase aktif persalinan
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
e) Kontraksi Uterus
(1) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
(2) Lama kontraksi (dalam detik)
f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
(1) Oksitosin
(2) obat-obatan lainnya dan cairan IV yg diberikan
g) Kondisi ibu
(1) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
(2) Urin (volume,aseton atau protein)
(JNPK-KR,2007).
e. Mencatat temuan pada partograf
Adapun temuan-temuan yang harus dicatat adalah :
1) Informasi Tentang Ibu
Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan ( tertulis sebagai : ‘jam atau pukul’ pada partograf ) dan perhatikan kemungkinan ibu datang pada fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
2) Kondisi Janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin ( DJJ ), air ketuban dan penyusupan kepala janin
a) Denyut jantung janin
Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit ( lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas bersambung (ada ganbar).
b) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat semua temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
U : Selaput ketuban masih utuh ( belum pecah )
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi ( kering )
c) Penyusupan ( Molase ) Tulang Kepala janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupannya atau tumpang tindih antara tulang kepala semakin menunjukan risiko disporposi kepala panggul ( CPD ). Ketidak mampuan untuk berakomodasi atau disporposi ditunjukan melalui derajat penyusupan atau tumpang tindih ( molase ) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disporposi kepala panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada dikotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
0 : Tulang-tulang kepala janin terpish, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
(JNPK-KR,2007).
f. Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan sentimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka 1-5 yang sesaui dengan metode perlimaan. Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukan waktu 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan, DJJ, kontraksi uterus dan frekwensi nadi ibu.
1) Pembukaan Serviks
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda ‘X’ harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
Perhatikan :
a) Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besarnya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dalam
b) Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks dari hasil pemeriksaan dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks ( hasil periksa dalam ) dan cantumkan tanda ‘X’ pada ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada
c) Hubungkan tanda ‘X’ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh ( tidak terputus)
2) Penurunan bagian terbawah janin
Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukan seberapa jauh bagian terendah bagian janin telah memasuki rongga panggul. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm.
Berikan tanda ‘O’ yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil palpasi kepala diatas simfisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda “O” di garis angka 4. Hubungkan tanda ‘O’ dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
3) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit .Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan (JNPK-KR,2007).
g. Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan “ kontraksi per 10 menit “ di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi. Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi (JNPK-KR,2007).
Kamis, 29 Oktober 2009
PORTOGRAF
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
lam knl, mau tnya dunk, pencatatn DJJ dalm partograf tu, sampai pembkaan lngkap or bayi pek lhr.Thks....
BalasHapus