Pada periode ini terdapat cirri-ciri perkembangan seksual remaja yang nampak dan mudah dikenali, yaitu cirri-ciri sekunder dan seks primer. Adapun cirri-ciri seks sekunder pada laki-laki adalah berdebar-debar, menggigil, pertumbuhan rambut diketiak dan alat kelamin, tumbuh kumis. Sedangkan pada remaja putri antara lain : dada melebar, payudara membesar, menebalnya lemak di pinggul dan paha, berdebar-debar, menggigil. Untuk ciri-ciri seks primer jelas membedakan dua jenis kelamin. Pada remaja putri terdapat kematangan ovarium atau indung telur yang ditandai dengan haid pertama (menarche), sedangkan pada remaja laki-laki terjadi kematangan kelenjar testis yang ditandai mimpi basah. Jika di pandang dari aspek fisiologi dan sosialnya, masa remaja adalah suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas. Pubertas adalah suatu bagian yang tertutup dari masa remaja dimana yang lebih ditekankan adalah proses biologis yang pada akhirnya mengarah kepada kemampuan bereproduksi (Pardede, 2002).
Setiap periode penting selama rentang kehidupan memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Secara umum ciri-ciri remaja sebagai berikut :
a. Masa yang penting
Adanya akibat yang langsung terhadap sikap dan tingkah laku serta akibat-akibat jangka panjangnya menjadikan periode remaja lebih penting daripada periode lainnya. Baik akibat langsung maupun jangka panjang masa penting bagi remaja karena adanya akibat fisik dan akibat psikologis. Cepat dan pentingnya perkembangan fisik remaja diiringi oleh cepatnya perkembangan mental, khususnya pada awal masa remaja. Atas semua perkembangan itu diperlukan penyesuaian mental dan pembentukan sikap, serta nilai dan minat baru.
b. Masa transisi
Transisi merupakan tahap peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Maksudnya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan membekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Jika seorang anak beralih dari masa kanak-kanak kemasa dewasa, dia harus meninggalkan segala hal yang bersifat kekanak-kanakan dan mempelajari pola tingkah laku dan sikap baru. Pada masa ini, remaja buan lagi seorang anak dan bukan orang dewasa.
c. Masa perubahan
Selama masa remaja, tingkat perubahan sikap dan perilaku sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat selama masa awal remaja, perubahan perilaku dan sikap juga langsung pesat. Bila terjadi penurunan dalam perubahan fisik, penurunan juga akan terjadi pada perubahan sikap dan tingkah laku.
Perubahan yang terjadi pada masa remaja memang beragam, tetapi ada lima perubahan yang terjadi pada semua remaja :
1) Kemampuan untuk mengatasi emosi yang tinggi
Intensitas emosi tergantung pada tingkat petubahan fisik dan psikologis yang terjadi, sebab pada awal masa remaja, perubahan emosi terjadi lebih cepat.
2) Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial menimbulkan masalah baru. Dibandingkan dengan masalah yang dihadapi sebelumnya, remaja muda tampaknya mengalami masalah yang lebih banyak dan sulit diselesaikan. Sebelum mampu menyelesaikan menurut kepuasannya, dia akan terus dibebani berbagai masalah.
3) Perubahan nilai-nilai sebagai konsekuensi perubahan minat dan pola tingkah laku. Setelah hampir dewasa tidak lagi menganggap penting segala apa yang dianggapnya penting pada masa kanak-kanak.
4) Bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Remaja menghendaki dan menuntut kebebasan, tetapi sering takut bertanggung jawab dan resikonya meragukan.
d. Masa Bermasalah
Meskipun setiap periode memiliki masalah sendiri, masalah remaja termasuk masalah sulit diatasi, baik oleh anak laki-laki atau anak perempuan. Alasannya, pertama, sebagian masalah yang terjadi pada masa kanak-kanak diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga mayoritas remaja tidak berpengalaman dalam mengatasinya. Kedua sebagian remaja sudah merasa mandiri sehingga menolak bantuan orang tua dan guru-guru. Dia ingin mengatasi masalahnya sendirian. Banyak remaja menyadari bahwa penyelesaian yang ditempuhnya sendiri tidak selalu sesuai yang diharapkan.
e. Masa pencarian identitas
Penyesuaian diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting bagi remaja dari pada individualitas. Bagi remaja, penyesuaian diri dengan kelompok pada tahun-tahun awal masa remaja adalah penting. Secara bertahap, mereka mulai mengharapkan identitas diri dan tidak lagi merasa puas dengan adanya kesamaan dalam segala hal dengan teman-teman sebanyanya (Al-Mighwar, 2006). Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka berkumpul dengan rekan-rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi bersama-sama (Ali, 2006).
f. Masa munculnya ketakutan
Konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendirinya juga dipengaruhi oleh stereotip popular, seperti pendapat Anthony, dikutip oleh Al-Mighwar, 2006, “Stereotip juga berfungsi sebagai cermin yang ditegakkan masyarakat bagi remaja, yang menggambarkan citra diri remaja sendiri, yang lambat laun dianggap gambaran yang asli dan remaja membentuk perilakunya sesuai dengan gambaran ini.” Menyetujui setreotip ini dan meyakini bahwa orang dewasa mempunyai persepsi yang buruk terhadap remaja mengakibatkan sulitnya persalinan ke masa remaja. Hal ini juga mengakibatkan munculnya banyak konflik antara orang tua remaja, serta adanya penghalang untuk saling membantu antara keduanya dalam mengatasi beragam masalah.
g. Masa yang tidak realistis
Pandangan subyektif cenderung mewarnai remaja. Mereka memandang diri sendiri dan orang lain berdasarkan keinginannya dan bukan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, apalagi dalam hal cita-cita. Tidak hanya berakibat pada diri, bahkan bagi keluarga dan teman-temannya, cita-cita yang tidak terealistik ini berakibat pada tingginya emosi yang merupakan cirri awal masa remaja. Semakin tidak realistis cita-citanya, semakin tinggi kemarahannya. Bila orang lain mengecewakannya atau kalau dia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya dia akan sakit hati dan kecewa.
h. Masa menuju masa dewasa
Saat usia kematangan kian dekat, para remaja merasa gelisah untuk meninggalkan stereotip usia belasan tahun yang indah di satu sisi dan harus bersiap-siap menuju usia dewasa di sisi lainnya. Kegelisahan ini timbul akibat kebimbangan tentang bagaimana meninggalkan masa remaja dan bagaimana pula memasuki masa dewasa. Mereka mencari-cari sikap yang dipandangnya pantas untuk itu. Bila kurang arahan atau bimbingan, tingkah laku mereka akan menjadi ganjil, seperti berpakaian dan tingkah laku meniru-niru orang dewasa, merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. (Mighwar, 2006).
2. Tahap-tahap Perilaku Seksual
Perilaku seksual yang sehat dan dianggap normal adalah cara heteroseksual, vagina dan dilakukan suka sama suka. Sedangkan yang tidak normal (menyimpang) antara lain sodomi, homoseksual.
Selama ini perilaku seksual sering disederhanakan sebagai hubungan seksual berupa penetrasi dan ejakulasi. Pada hal perilaku seksual secara rinci dapat berupa (Dani, 2004) :
a. Berfantasi, merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.
b. Pegangan tangan : aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual yang kuat namu biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas lain.
c. Cium kering : berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir
d. Cium basah : berupa sentuhan bibir dengan bibir
e. Meraba : merupakan kegiatan bagian-bagian sensitif rangsang seksual seperti leher, breast, paha, alat kelamin dan lain-lain.
f. Berpelukan : aktivitas ini menimbulkan perasaan penting, aman, nyaman disertai rangsangan seksual (terutama bila mengenai daerah erogen/sensitive).
g. Masturbasi (wanita) atau onani (laki-laki) : perilaku merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual.
h. Oral seks : merupakan aktivitas seksual dengan cara memasukkan alat kelamin ke dalam mulut lawan jenis.
i. Petting : merupakan seluruh aktivitas non intercourse (hingga menempelkan alat kelamin).
j. Intercourse (senggama) : merupakan aktivitas seksual dengan memasukkan alat kelamin laki-laki kedalam alat kelamin wanita.
3. Resiko Hubungan Seksual Pranikah
a. Merendahkan derajat manusia
Perilaku seksual pranikah dapat merendahkan derajat kemanusiaan itu sendiri. Karena perilaku seksual pranikah menyalurkan kebutuhan biologis seksualnya sama saja seperti hewan yang tidak punya aturan. Mereka bebas melakukan hubungan seks tanpa ada ikatan pernikahan.
Manusia yang diciptakan punya akal sebagai kelebihan dari makhluk Tuhan. Manusia di ciptakan Allah sebagai makhluk mulia dan sempurna. Jadi pelaku seks pranikah yang tidak sesuai dengan fitrahnya manusia dan meniru kehidupan hewan adalah perbuatan yang merendahkan derajat manusia itu sendiri. Kebutuhan seksual seharusnya disalurkan menurut fitrahnya manusia, yakni melakuan pernikahan yang sah, bukan seperti hewan memenuhi kebutuhannya.
b. Hilangnya Kehormatan Wanita
Perilaku seksual pranikah sangat merugikan wanita, karena pria semakin mendapat peluang lebih besar bila wanita mencoba melepaskan diri dari norma-norma, tak lain karena pada dasarnya, norma itu tidak berlaku bagi mereka. Maka dari itu hendaknya perempuan dalam menjalani kehidupan tidak terlepas dari norma-norma yang telah ditetapkan dan tetap menjaga kesuciannya sampai ke pernikahan. Bahwa pada dasarnya diciptakannya perempuan adalah untuk menjalani hidup dengan penuh kesucian.
Fitrah perempuan akan menolak siapapun yang hendak menodai kesuciannya. Sebab, perempuan yang pernah ternoda tidak ada harganya lagi di mata masyarakat dan ia akan di biarkan berkeliaran kesana kemari bagaikan kupu-kupu malam. Surga bagi perempuan adalah cinta dan apabila perempuan kehilangan cinta maka hilanglah kebahagiannya. Dan surga kita adalah perasaan kita, dan apabila kita kehilangan perasaan, maka hilanglah segala sesuatu. Begitu pula kebahagiaan yang disebabkan oleh setiap orang. Karena pada hakikatnya ia tidak akan bisa diperoleh dengan perbuatan nista dan hina ( Tanjung, 2007 ).
c. Aborsi
Kasus aborsi di kalangan remaja di dorong oleh hubungan seksual bebas pranikah. Remaja putri yang hamil akibat hubungan seks akan menghadapi dilema. Disatu sisi tidak menyangka akan bisa sampai hamil. Sehingga kehamilan yang terjadi harus dihentikan dengan aborsi. Di sisi lain, tindakan aborsisama saja pembunuhan terhadap darah daging sendiri. Di sinilah muncul bayangan rasa berdosa begitu mengetahui.
Membiarkan kandungan membesar hingga melahirkan, artinya harus siap menanggung malu dan aib besar di tengah keluarga dan masyarakat. Tidak jarang jalan pintas dilakukan dengan aborsi, membunuh bayi dalam kandungannya sendiri. Pengguguran kandungan, aborsi adalah akibat yang paling menyedihkan dari hubungan seksual pranikah (Subiyanto,2005).
d. Hancurnya Rumah Tangga
Kehancuran rumah tangga adalah masalah bagi istri dan anak-anak. Mereka ini adalah yang merasakan akibat kehancuran rumah tangga, adalah terjadinya hubungan seksual diluar pernikahan suami atau istri.
e. Mencemarkan nama baik orang tua
Melakukan hubungan seksual pranikah dapat menimbulkan perasaan berdosa, perasaan bersalah anggapan diri kita hina atau bahkan merasa diri kita tidak berguna lagi dan dapat mencemarkan nama baik orang tua (Kusuma, 2007).
f. Terjangkitnya Penyakit Kelamin
Banyak penelitian yang dilakukan oleh ahli kesehatan, salah satu penyebab penyakit kelamin adalah perilaku seksual bebas. Terutama mereka yang suka gonta-ganti pasangan. Baik laki-laki maupun perempuan bisa beresiko tertular penyakit kelamin. Perempuan beresiko lebih besar untuk tertular, karena alat reproduksi perempuan lebih rentan terhadap penularan penyakit menular seksual (PMS).
Senin, 02 November 2009
CIRI-CIRI PERKEMBANGAN SEKSUAL REMAJA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar