Emesis gravidarum adalah muntah-muntah pada wanita hamil (Kamus Kedokteran). Keadaan ini biasanya didahului rasa mual (Nausea).
Baverley O’Brien (O’Brien & Naber, 1995) menemukan bahwa 70-90% dari semua wanita hamil mengalami mual-mual, sementara 50% mengalami muntah¬muntah paling tidak sekali.
Kedua hal itu adalah gejala yang wajar dan sering didapati pada sebagian besar ibu hamil. Kebanyakan mual dan muntah ini terjadi di pagi hari atau biasa disebut morning sickness, tetapi dapat juga terjadi pada siang hari atau bahkan pada malam hari (Llewellyn - Jones, 1997 : 21).
Mual dan muntah ini terjadi pada minggu ke 6 setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 12 minggu pertama kehamilan.
William Smellie (1779) mengatakan bahwa keluhan pertama saat kehamilan adalah rasa mual dan muntah-muntah yang pada beberapa wanita berawal tidak lama setelah pembuahan dan seringkali berlanjut sampai akhir bulan keempat. Sebagian besar wanita sering mengalami masalah karena mual dan muntah ini, khususnya muntah di pagi hari. Beberapa wanita yang tidak mengalami keluhan-keluhan semacam ini dalam satu kehamilan mungkin akan mengalaminya dengan hebat dalam kehamilan-kehamilan berikutnya.
2.3.2 Penyebab Emesis Gravidarum
Penyebab terjadinya emesis gravidarum sampai saat ini tidak dapat diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan bahwa perasaan mual disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) dalam serum (Wiknjosastro, 1999 : 276)
Dapue, dkk (1987) menganggap bahwa kadar hormon estrogen yang tinggi saat hamil muda, mungkin merupakan penyebabnya, wanita yang hamil untuk pertama kalinya dan wanita yang bertubuh besar, memiliki hormon estrogen yang bersirkulasi lebih tinggi dan lebih cenderung mengalami gangguan kehamilan.
Dalam kehamilan terjadi kekenduran relatif jaringan otot dalam sistem pencernaan sehingga pencernaan menjadi kurang efisien, dan kelebihan asam dalam lambung. Tetapi pencetus fisik ini belum dapat menjelaskan secara pasti penyebab terjadinya mual dan muntah pada kehamilan, karena sebagian besar hal ini terjadi pada semua kehamilan, namun tidak semua ibu hamil mengalaminya. Montgomery (1837) menganggap muntah-muntah disebabkan oleh iritasi reflek gravid rahim dan kondisi system seksual yang sakit. Tetapi Curtis (1837) menduga bahwa muntah-muntah dan sering buang air besar (diare).
Pada bulan-bulan awal dan pertengahan kehamilan. Hal ini disebabkan makanan yang buruk dan rahim yang mudah teriritasi.
Selain faktor fisik, faktor emosional juga punya andil besar dalam menyebabkan mual dan muntah pada kehamilan. Para wanita yang mengalami mual berkepanjangan kelihatannya mendapatkan dukungan lebih sedikit dari suaminya atau orang tua mereka (Wolkind dan Zajicek, 1978).
Dalam masyarakat primitif yang cara hidupnya lebih sederhana, lebih santai dan tidak banyak tuntutan, jarang sekali ditemukan ibu hamil yang mengalami rasa mual ini. Ketidakstabilan emosi dan keadaan sosial lingkungan dapat menjadi pemicu terjadinya emesis gravidarum (Einsberg dkk, 1955 : 77).
Pola makan calon ibu sebelum maupun pada minggu-minggu awal kehamilan, serta gaya hidupnya juga berpengaruh terhadap terjadinya emesis gravidarum ini. Studi membuktikan bahwa calon ibu yang makan makanan berprotein tinggi namun berkarbohidrat dan bervitamin B6 rendah lebih berpeluang menderita mual hebat. Keparahan mual pun berkaitan dengan gaya hidup calon ibu. Kurang makan, kurang tidur atau istirahat dan stress dapat memperburuk rasa mual (Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan : 58).
2.3.2 Tanda Dan Gejala Emesis Gravidarum
Tanda-tanda emesis gravidarum berupa :
a. Rasa mual, bahkan dapat sampai muntah
Mual dan muntah ini terjadi 1-2 kali sehari, biasanya terjadi di pagi hari tetapi dapat pula terjadi setiap saat.
b. Nafsu makan berkurang
c. Mudah lelah
d. Emosi yang cenderung tidak stabil
Keadaan ini merupakan suatu yang normal, tetapi dapat berubah menjadi tidak normal apabila mual dan muntah ini terjadi terus-menerus dan mengganggu keseimbangan gizi, cairan, dan elektrolit tubuh. Ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum yang berkelanjutan dapat terkena dehidrasi sehingga akan menimbulkan gangguan pada kehamilannya.
2.3.4 Pengaruh Emesis Gravidarum Pada Ibu dan Janin
Emesis merupakan dalam keadaan normal tidak banyak menimbulkan efek negatif terhadap kehamilan dan janin, hanya saja apabila emesis gravidarum ini berkelanjutan dan berubah menjadi hipermesis gravidarum yang dapat meningkatkan resiko terajadinya gangguan pada kehamilan.
Wanita-wanita hamil dengan gejala emesis gravidarum yang berlebih berpotensi besar mengalami dehidrasi, kekurangan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh, dapat pula terjadi robekan kecil pada selaput lendir esofagus dan lambung atau sindroma Mallary Weiss akibat perdarahan gastrointestinal (Wiknjosastro, 1999 : 278)
Tanda-tanda dehidrasi :
a. Berat badan menurun
b. Denyut nadi meningkat (120 x / menit dan terus naik)
c. Tekanan darah menurun (diastolik 50 mmHg dan terus turun)
d. Mata cekung
e. Elastisitas kulit menghilang
Apabila ditemukan tanda-tanda dehidrasi pada ibu hamil maka, ia harus segera mendapat pertolongan dari bidan atau tenaga kesehatan lainnya.
Ada mitos yang mengatakan bila rasa mual anda hebat, maka anda mengandung anak perempuan. Dan ternyata menurut penelitian, wanita hamil yang mengalami mual hebat dan terpaksa dibawa ke rumah sakit, kemungkinan besar melahirkan bayi perempuan. Sebagai contoh dari 69 wanita hamil penderita mual yang hebat, 307 orang melahirkan bayi laki-laki dan 352 sisanya melahirkan perempuan (Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan : 58).
Bayi-bayi dari wanita yang menderita hiperemesis gravidarum sepanjang kehamilan lebih cenderung memiliki kelainan dan pertumbuhan yang sedikit terbelakang (Pettiti, 1986).
Pencegahan terhadap emesis gravidarum yang berlebihan perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
2.3.5 Hal-hal Yang Harus Dilakukan Dalam Mengatasi Emesis Gravidarum
2.3.5.1 Makanlah sesering mungkin, dalam porsi kecil. Siang hari untuk porsi besar, malam hari cukup porsi kecil.
2.3.5.2 Lebih banyak istirahat, hal ini akan membantu mengurangi keletihan yang dapat menimbulkan rasa mual.
2.3.5.3 Simpanlah beberapa makanan kecil seperti coklat atau cracker untuk dimakan sebelum turun dari tempat tidur di pagi hari.
2.3.5.4 Bangun tidur perlahan-lahan, luangkan waktu untuk bangkit dari tempat tidur secara perlahan-lahan.
2.3.5.5 Berolahraga dan hiruplah udara segar, dengan melakukan oleh raga ringan, berjalan kaki atau berlari-lari kecil akan membantu mengurangi rasa mual dan muntah di pagi hari.
2.3.5.6 Beberapa ahli nutrisi juga menyarankan suplemen vitamin B6 mencegah dan mengurangi rasa mual, tetapi tidak diminum dalam dosis tinggi atau menurut aturan dokter.
2.3.6 Hal-hal Yang Harus Dihindari
2.3.6.1 Hindari mengkonsumsi makanan yang berminyak atau digoreng karena akan lebih sulit untuk dicerna.
2.3.6.2 Hindarilah minuman yang mengandung kafein seperti kopi, cola.
2.3.6.3 Hindari menyikat gigi begitu selesai makan
Bagi beberapa ibu hamil menyikat gigi menjadi hal yang problematik karena hanya dengan memasukkan sikat gigi dalam mulut membuat mereka muntah, sehingga pilihlah waktu yang tepat untuk menggosok gigi.
2.3.6.4 Hindari bau-bau yang tidak enak atau sangat menyengat.
Bau menyengat seperti dari tempat sampah, asap rokok biasanya dapat menimbulkan rasa mual dan muntah.
2.3.6.5 Hindari mengenakan pakaian yang ketat.
Pakaian yang terlalu ketat dapat memberikan tekanan yang tidak nyaman pada perut dan dapat memperburuk rasa mual.
(Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan ; 59)
Senin, 23 November 2009
EMESIS GRAVIDARUM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar