Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6 minggu (Saifudin, 2002). Masa nifas juga merupakan masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lema masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Saleha, S 2009).
2. Pembagian Masa Nifas
Menurut Saleha, S (2009) nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Early Puerperium
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat dalam 24 – 48 jam pasca bersalin.
b. Puerperium Intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia eksterna dan interna yang lamanya 6 – 8 minggu. Alat genitalia tersebut meliputi uterus, bekas implantasi plasenta, luka jalan lahir, serviks, endometrium dan ligament – ligament.
c. Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila ibu selama hamil atau melahirkan mempunyai komplikasi. Waktu sehat sempurna bisa berminggu – minggu, bulanan dan tahunan.
3. Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas
Pada masa nifas alat – alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur – angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan – perubahan alat genitalia ini secara keseluruhannya disebut involusi. Organ kandungan yang mengalami involusi adalah uterus, bekas implantasi, luka jalan lahir, pengeluaran lokia, serviks, juga perubahan penting lain yaitu hemokosentrasi dan laktasi (Sarwono, 2005).
a. Involusi alat – alat kandungan
1) Involusi uterus
Uterus secara berangsur – angsur menjadi kecil sehingga akhirnya pulih kembali seperti sebelum hamil 2 minggu pasca persalinan fundus tidak teraba diatas simpisis dengan berat 350 gram.
Menurut (Pusdiknakes, 2003) proses involusi uterus antara lain :
a) Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteoutik akan memendekkan jaringan otot yang mengendur hingga 10 kali lipat.
b) Terdapat polymorph phogolitik dan macropagus di dalam sistem vaskuler dan sistem limphatik
c) Terdapat oksitosin
Penyebab kontraksi dan retraksi otot urine sehingga akan mengkompres pembuluh darah yang menyebabkan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi tempat implantasi serta mengurangi perdarahan.
2) Bekas Implantasi
Bekas implantasi uri mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm dan pada minggu ke 6 menjadi 2,4 cm dan akhirnya pulih.
3) Luka – luka pada jalan lahir
Bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6 – 7 hari
4) Rasa sakit
Yang sering disebut after pain (mules – mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2 – 4 hari pasca persalinan.
5) Lochea
Adalah cairan secret yang berasal dari kavum iteri dan vagina dalam masa nifas. Jumlah dan warna lokia akan berkurang secara progresif (Enid an Diah, 2001).
a) Lochea
Adalah rubra (hari 1 – 4) jumlah sedang, warna lokia merah terutama darah.
b) Lochea serosa (hari 4 – 8) jumlah berkurang, warna merah muda (hemoserosa).
c) Lochea alba (hari 8 – 14) jumlah sedikit, warna putih atau hampir tidak berwarna
d) Lochea purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk
e) Locheostasis, lochea yang tidak lancar keluarnya
6) Ligament – ligament
Sarwono (2005) mengatakan ligament dan diafragma pelvis yang meregang waktu melahirkan, setelah janin keluar berangsur – angsur ciut dan pulih kembali seperti sedia kala. Tidak jarang ligament rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Juga tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun setelah melahirkan karena ligament, fascia, jaringan penunjang alat genitalia menjadi kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan – jaringan penunjang genitalia tersebut, juga otot – otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan tertentu atau senam masa nifas.
7) Hemokonsentrasi
Pada masa hamil terdapat hubungan antara sirkulasi ibu dan plasenta. Setelah persalinan sirkulasi ibu dan plasenta akan hilang dengan tiba – tiba. Volume darah ibu relative bertambah. Dengan mekanisme kompensasi timbulnya homokonsentrasi volume darah kembali normal. Terjadi pada 3 – 5 pasca persalinan (Sarwono, 2005).
8) Laktasi
Menurut Sarwono (2005) sejak kehamilan muda sudah terdapat persiapan – persiapan pada kelenjar – kelenjar mammae untuk menghadapi masa laktasi itu. Setelah persalinan pengaruh menekan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormone hipofisis kembali antara lain laktogenik hormone. Mammae yang sudah disiapkan sejak kehamilan terpengaruh dengan akibat – akibat kelenjar – kelenjar berisi air susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar susu. Ummnya produksi susu berlangsung pada hari ke 2 – 3 pasca persalinan.
b. Adaptasi Psikososial Pada Masa Nifas
Periode postpartum sering kali menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, terutama pada primipara. Karena ini kali pertama ia menjumpai seorang manusia lahir dari dalam tubuhnya sendiri sebagai penanda dimulainya peran menjadi orang tua. Banyak ibu mengalami perasaan “let down” setelah melahirkan, sehubungan dengan seriusnya pengalaman waktu melahirkan dan keraguan akan kemampuan untuk mengatasi secara efektif dalam membesarkan anak.
Ada tiga tahap masa post partum (Hendry, 2009), yaitu :
a. Taking in
Periode ini terjadi 1 – 2 hari setelah melahirkan, ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung. Perhatiannya tertuju akan kekhawatiran akan tubuhnya. Ia mungkin akan mengulang – ulang pengalamannya waktu bersalin. Tidur tanpa gangguan dan peningkatan nutrisi akan sangat dibutuhkan untuk proses pengembalian kondisi ibu.
b. Taking hold
Periode ini berlangsung pada 2 – 4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, kekuatan dan ketahanan tubuhnya. Ibu juga berusaha keras untuk menguasai tentang keterampilan perawatan bayi.
c. Leting go
Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah dari tempat bersalin dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya sehingga menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan social. Depresi postpartum umumnya terjadi pada periode ini.
Menurut Reva Rubin, faktor – faktor yang mempengaruhi kesuksesan masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa nifas (Bryar, 1999) antara lain :
1) Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
2) Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi
3) Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
4) Pengaruh budaya
B. Perawatan Masa Nifas
1. Pengertian Perawatan Masa nifas
Perawatan masa nifas adalah perawatan pada wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6 – 8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
2. Tujuan Perawatan Mas Nifas
a. Ibu mendapat cukup istirahat sehingga tubuh dan pikirannya dapat pulih kembali setelah menjalani berbagai tugas fisik dan emosional selama hamil dan persalinan
b. Menghindari infeksi masa nifas dan depresi yang dpaat menghambat kesembuhannya
c. Ibu dapat melaksanakan pemberian ASI secara memuaskan
d. Ibu dapat belajar merawat, mengantikan pakaian, memberikan susu dan membujuk bayinya ketika rewel atau menangis.
3. Tindakan yang baik untuk perawatan masa nifas pada ibu (Saifuddin, 2002), yaitu :
a. Kebersihan diri
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan kesejahteraannya. Segera setelah ibu cukup kuat untuk berjalan, bantu ibu untuk mandi, anjurkan ibu untuk mencuci puting susunya pertama kali kemudian tubuh dan terakhir perineumnya. Sarankan pada ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Anjurkan pada ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari (Saifuddin, 2002)
b. Istirahat
Istirahat yang memuaskan bagi ibu baru sangat penting sekalipun kadang-kadang tidak mudah untuk dicapai. Karena hari-hari postnatal akan dipenuhi oleh banyak hal dan begitu banyak yang harus dipelajari ibu (Farrer, 2001). OLeh karena itu anjurkan dan bantu ibu untuk mendapatkan istirahat selagi bayi tidur (Saifuddin, 2002)
c. Latihan dan Ambulasi
Ibu yang baru melahirkan dan banyak bergerak karena merasa letih dan sakit. Ambulasi dini sangat penting dalam pencegahan trombosit vena (Farrer, 2001). Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan dapat mengurangi rasa sakit pada punggung (Saifuddin, 2002). Anjurkan ibu untuk latihan peregangan sederhana dan relaksasi pernafasan, menjaga postur tubuh yang baik, serta melakukan aktivitas secara bertahap. Latihan ini dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah diseluruh tubuh serta dapat mencegah stress (Eni dan Diah, 2009).
d. Gizi
Ibu baru akan memerlukan diet dengan gizi yang baik dn lengkap untuk membantu tubuhnya pulih kembali setelah memenuhi kebutuhan saat kehamilan dan persalinan. Diet yang baik dapat mempertahankan tubuh terhadap infeksi mencegah konstipasi dan memenuhi proses laktasi. Anjurkan ibu nifas untuk banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, kalsium, vitamin serta serat makanan dan harus mencakup 3000 ml cairan yang 1000 ml diantaranya mengandung susu. Adapun kalori perhari harus ditingkatkan sampai 2700 kalori (Eni dan Diah, 2009).
e. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas dan tidak keras sebagai persiapan untuk menyusui. Menyusui juga dapat mempercepat proses involusi pada ibu (Safuddin, 2002). Ibu nifas harus mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah menyentuh putting susunya (Eni dan Diah, 2009
Salah satu cara perawatan payudara adalah menggunakan BH yang menyokong payudara, bukan menekan. Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dari putting yang tidak lecet (Saifuddin, 2002).
f. Perawatan Psikologis
Karena respon terhadap banyak peristiwa emosi selama masa nifas sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh begitu banyak factor. Maka penekanan utama adalah pemberian bantuan, simpati dan dorongan semangat. Ibu yang merasa tegang dan tidak aman dalam menangani bayinya harus dibesarkan hatinya, khususnya jika ibu seorang primipara. Ibu seperti ini mudah kehilangan kepercayaan dirinya setelah melihat para professional yang dengan cekatan menangani bayinya dan berhasil menenangkannya sementara ia sendiri tidak mampu melakukannya (Saleha, 2009).
g. Hubungan Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti. Tapi banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan (Saifudin, 2002).
4. Tindakan yang baik untuk perawatan masa nifas normal pada bayi (Saifudin, 2002) yaitu :
a. Kebersihan
Bayi baru lahir tidak boleh langsung dimandikan sebelum 6 jam. Setiap kali bayi BAK atau BAB, bersihkan bagian perinialnya dengan air dan sabun serta keringkan dengan baik, karena kotoran bayi dapat menyebabkan infeksi sehingga harus dibersihkan.
b. Menyusui
Menyusui harus dilakukan segera setelah kelahiran selagi bayi – bayi dalam keadaan terjaga. Bayi harus disusui ASI saja sekurang – kurangnya selama 4 bulan pertama. Karena ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi yang memberikan kalori, gizi dan perlindungan yang penting dari infeksi. Susukan bayi kapan saja ia lapar dan tanpa harus menggunakan jadwal.
c. Tidur
Baringkan bayi kesamping atau terlentang dan jangan pakai bantal
d. Imunisasi
Dalam waktu seminggu pertama pertama bayi harus sudah diberikan imunisasi BCG untuk mencegah TB, vaksin polio dan vaksin hepatitis B, batuk, pilek ataupun penyakit ringan yang lain bukan dijadikan alasan ibu untuk menunda memberikan imunisasi. Diharapkan sebelum 1 tahun bayi telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
5. Tanda Bahaya Nifas
a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang melebihi 500 ml, perdarahan dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah perdarahan yang terjadi karena tercampur dengan air ketuban dan serapan kain atau kain alas tidur (Prawirohardjo, 2002).
Perdarahan terbanyak keluar pada tiga hari pertama setelah bersalin. Selain darah, pengeluaran ini juga berisi sisa jaringan dan lendir dari rahim yang disebut lokia. Perdarahan yang lebih dari normal telah menyebabkan perubahan tanda vital (pasien mengeluh, linglung, berkeringat dingin, hipernea, sistolik kurang dari 90 mmHg, nadi kurang dari 100 x / menit, kadar Hb < 8 gr %) (Saifudin, 2002). Atau perdarahan vagina yang luar biasa atau bila memerlukan pergantian pembalut 2 kali dalam setengah jam (Pusdiknakes, 2003).
b. Pengeluaran pervaginam yang berbau busuk
Pada pertama masa nifas biasanya keluar cairan dari vagina yang dinamakan lokhia. Maka sifat lokhia berubah seperti secret, luka berubah menurut tingkat penyembuhan luka pada 2 hari pertama lokhia berupa darah dan disebut lokhia rubra, setelah 3 – 4 hari merupakan darah encer yang disebut lokhia serosa pada hari ke 10 menjadi cairan putih atau kekuning – kuningan yang disebut lokhia alba. Warna ini disebabkan karena banyaknya leokosit terdapat di dalamnya. Lokhia berbau amis dan lokhia yang berbau busuk menandakan adanya infeksi. Bau normal adalah seperti bau menstruasi biasa (Eni dan Diah, 2009).
c. Demam
Kadang – kadang ibu menggigil setelah persalinan selesai, tetapi sekarang jarang kita lihat lagi. Suhu badan pasca persalinan dapat naik lebih dari 0,5 derajat celcius dari keadaan normal tapi tidak lebih dari 39 derajat celcius sesudah 12 jam pertama melahirkan, umumnya suhu badan kembali normal tidak lebih ketika dari 38 derajat celcius (Mansjur, 1999).
d. Rasa Sakit Ketika Buang Air Kecil
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya, kadang – kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfinater uteru tertekan oleh kepala janin dan spasma oleh iritasi. Sphinterani selama persalinan, juga karena adanya oedema kandung kencing yang terjadi selama persalinan (Mochtar, 1998). Kadang – kadang oedema dari trigonum menimbulkan obstruksidasi uretra sehingga terjadi retensio urine. Kadang – kadang dalam puerperium kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tinggal urine residual yang memudahkan inya infeksi (Eni dan Diah, 2009).
e. Payudara berubah menjadi merah, panas dan terasa sakit, nyeri setempat pembengkakan, kemerahan, panas dan nyeri tekan pada payudara setelah pembesarannya mereda (Danuadmadja dan Meilasari, 2003).
f. Rasa Sakit, merah, lunak dan pembengkakan di kaki
Nyeri setempat, nyeri tekan dan rasa hangat di betis atau paha dengan atau tanpa kemerahan serta pembengkakan dan nyeri ketika menggerakkan kaki. Ini dapat merupakan adanya gumpalan darah di pembuluh darah balik (Manuaba, 1999).
g. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh anaknya sendiri (bayinya) atau dirinya sendiri
Depresi yang mempengaruhi kemampuan menghadapi hidup dan tidak mereda setelah beberapa hari, perasaan marah terhadap bayi terutama jika perasaan tersebut ditambah dengan kekerasan (Manuaba, 1999).
h. Sub Involusi
Sesudah partus berakhir, uterus yang beratnya 1000 gram mengecil sampai menjadi 40 – 60 gram dalam 6 minggu, proses ini dinamakan involusi uterus, didahului oleh kontraksi – kontraksi berkurangnya peredaran darah. Pada sub involusi mengecilnya uterus terganggu. Factor – factor yang dapat menyebabkan adalah antara lain tertinggalnya sisa – sisa plasenta dalam uterus dan endometritis. Pada peristiwa ini lochea bertambah banyak dan tidak jarang terdapat pula perdarahan (Eni dan Diah, 2009).
i. Solusio Pelviks
Bila suhu tinggi menetap lebih dari 1minggu disertai rasa nyeri di kanan atau di kiri dan nyeri pada pemeriksaan dalam, maka patut dicurigai adanya selulitis pelvika. Pada perkembangannya, gejala akan lebih jelas. Ditengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses. Dalam keadaan ini suhu yang mula – mula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil dan nyeri perut (Mansjoer, 1999).
Selasa, 03 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar