Minggu, 06 Desember 2009

GAMBARAN KEIKUSERTAAN SUAMI MENJADI ASKSEPTOR KB MOP

1. Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo, 2005) pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran, dan sikap yang positif, maka prilaku tersebut akan bersikap langgeng. Sebaliknya apabila prilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).


Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan menurut Bloom Cit Notoatmodjo (2003), yaitu
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mejelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Analysis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjalankan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
d. Aplikasi (Application)
Aplikasi artinya sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

Kurangnya pengetahuan pada PUS sangat mempengaruhi dengan pemakaian alat kontrasepsi KB vasektomi. Dari beberapa temuan fakta memberikan implikasi program, yaitu manakala pengetahuan dari PUS masih kurang terutama selama ini hanya sasaran para wanita saja yang selalu diberi informasi, sementara para akseptor pria kurang pembinaan dan pendekatan sehingga tidak saling memberikan pengetahuan. (http://www.bkkbn.go.id)


2. Karakteristik Suami (Pendidikan, Ekonomi)
a. Pendidikan
Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari serta memproses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang. Usahakan mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan proses dan cara. (http//:www.pendidikan.net)
Pada penelitian ini pengukuran variabel tingkat pendidikan dapat digolongkan berdasarkan undang-undang : Republik Indonesia sistem pendidikan nasional tahun 2003, yaitu : pendidikan dasar terdiri dari SD dan SMP, pendidikan menengah terdiri dari SMA & Sederajat, pendidikan tinggi terdiri dari diploma, sarjana, magister, spesialis (UU. Sisdiknas, 2003)
Faktor pendidikan memberikan dampak positif pada penggunaan alkon pria secara umum, sebaliknya pada penggunaan vasektomi ternyata tidak demikian. Semakin tinggi pendidikan, semakin kecil peluang untuk menggunakan vasektomi. Daerah perkotaan, juga memperkecil kemungkinan pria untuk memilih vasektomi. Sedangkan mereka yang bertempat tinggal di wilayah Jawa Bali lebih besar kemungkinan untuk mempergunakan alat kontrasepsi jenis ini terutama terkait dengan ketersediaan, kemudahan dan keterjangkauan. Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa keputusan bersama antara pasangan suami istri dapat meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi pria. Dengan mempertimbangkan tingkat pendidikan, ekonomi, pengetahuan memberikan pengaruh yang cukup bermakna pada penggunaan alat kontrasepsi termasuk alkon pria secara umum dan vasektomi. (http://www.bkkbn.go.id)

b. Ekonomi
Ekonomi adalah segala kegiatan yang bisa menghasilkan uang. Ekonomi berarti cakupan urusan keuangan rumah tangga (Depdikbud, 1998). Berdasarkan pengertian tersebut maka tingkat ekonomi seseorang dapat mempengaruhi karena semakin tinggi tingkat ekonomi semakin banyak waktu dan kesempatan untuk melakukan perawatan terhadap diri sendiri.
Kondisi krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia mempengaruhi keluarga peserta program Keluarga Berencana (KB). Mereka yang biasa membeli alat kontrasepsi (alkon) mulai kesulitan untuk mendapatkannya. Bukan lantaran alkon itu tidak ada, namun biaya untuk membeli tidak ada. Dengan suami ikut program KB, dapat meringankan biaya hidup. Apalagi bila mereka yang mengikuti suntik itu sebulan sekali. Berarti harus ada dana yang disisihkan oleh mereka. Untuk lebih meringkankan mereka, biasanya mereka bisa suntik tiga bulan sekali. Itu pun masih memberatkan sebagian keluarga Indonesia. Jadi, pilihan lain adalah suamilah yang harus ikut program KB. Salah satu jalannya adalah dengan Vasektomi. Dengan program seperti itu, tidak ada biaya bulanan. Mereka tidak perlu menyisihkan dana setiap bulannya. Karena sekali divasektomi selesailah semuanya. (yos@.bkkbn.go.id)
Dari data Badan Pusat Statistik Metro berikut ini penggolongan tingkat ekonomi Kota Metro adalah :
a. Rendah (di bawah Rp.750.000,-)/ bulan
b. Sedang (antara Rp. 750.000 – Rp. 1.400.000,-)/bulan.
c. Tinggi (di atas Rp. 1.400.000,-)/bulan

3. Alasan Memakai KB MOP
Peran laki-laki dalam kesehatan reproduksi perempuan masih sangat rendah, terutama dalam program keluarga berencana (KB).
(http://www.bkkbn.go.id)
Hingga saat ini tidak lebih dari dua persen saja laki-laki yang mau ber-KB dari sekitar 26 juta pasangan usia subur (PUS). Alasannya, selain terbatasnya alat kontrasepsi untuk laki-laki, dan adanya rumor bahwa vasektomi dapat menurunkan kemampuan seksual, kekhawatiran pada istri bahwa vasektomi meningkat peluang penyelewengan, adanya sigma (prasangka negatif) yang melekat pada penggunaan kondom. Selain itu, dikarenakan pengendalian kemampuan reproduksi pria secara biologis lebih sulit dilaksanakan sebab pria selalau dalam kondisi subur karena banyaknya sperma yang dihasilkan (+ 100 juta/ml). Pada akhirnya penelitian dan pengembangan alat kontrasepsi lebih banyak dialokasikan pada metode kontrasepsi untuk perempuan.
Alasan kedua dan seterusnya lebih disebabkan karena mitos-motos yang berkembang cenderung menjadikan perempuan sebagai sasaran dalam masalah reproduksi. Anggapan bahwa karena yang hamil dan melahirkan adalah perempuan, maka perempuanlah yang harus mempergunakan alat kontrasepsi agar tidak hamil. Tentunya ini terasa kontradiktif karena perempuan yang mengalami masa hamil, persalinan dan menyusui masih harus menggunakan alat kontrasepsi yang kadangkala tidak cocok baginya. Sedangkan suami yang ikut andil dalam proses reproduksi tidak ikut berbagi peran, misalnya dengan menggunakan kontrasepsi pria.
Salah satu pendapat peserta vasektomi yang lain adalah ia menjalankan vasektomi karena anak yang dikaruniakan sudah cukup dan alasan yang kuat yang adalah istri alergi pada semua alat KB. (http://www.bkkbn.jatim.go.id)

4. Keluhan Vasektomi
Keluhan paling sering berupa pembengkakan kantong buah zakar, selain rasa nyeri berkepanjangan di sekitar situ (post vasectomy pain syndrome). Pada nyeri yang berkepanjangan biasanya lantaran kondisi buah zakar memang sudah bermasalah sebelum vasektomi dilakukan. Mungkin sudah ada infeksi menahun disana, kalau bukan ada tumor atau kanker buah zakar. Untuk mencegah yang tidak mengenakkan itu, sebaiknya kantong buah zakar diberikan kompres es dalam 24 jam pasca vasektomi, selain tetap memakai celana berpenyangga, dan pastikan tidak terinfeksi. Pembengkakan, muncul gejala merah meradang pada kantong zakar, berarti kemungkinan sudah terjadi infeksi di sana. (http://www.bkkbn.go.id)
Tak ada yang berubah dengan urusan seks pada rata-rata pria yang sudah vasektomi. Ejakulasi yang keluar hanya berkurang sedikit dan itu tak ada artinya dalam hal kenikmatan berejakulasi. Tak ada yang berubah juga dalam sifat ejakulsi, sama kekentalan, warna, begitu juga aromanya, karena yang hilang yang hilang hanya sel benihnya saja. (http://www.bkkbn.go.id)
Terhadap libido tidak berpengaruh karena buah zakar yang menghasilkan hormon tetap berfungsi dan hormon dialirkan melalui pembuluh darah sehingga tidak dipengaruhi oleh tindakan vasektomi. Terhadap ke ereksi juga tidak berpengaruh karena persarafan dari aliran darah untuk ereksi terletak dibagian atas dan batang kemaluan sehingga tidak akan cedera sewaktu tindakan vasektomi. Demikian juga terhadap lamanya ereksi sampai terjadi ejakulasi tidak akan terganggu. (BKKBN, 2003).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar