Selasa, 31 Agustus 2010

KTI KEBIDANAN : PERSEPSI MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN XXX TENTANG PENGISIAN PARTOGRAF

KTI KEBIDANAN LENGKAP BAB 1-5 HUB : YUNI 081 225 300 100 atau 081 228 101 101
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan Pembangunan Millenium ( Millenium Development Goals/MDGs ) dalam rangka mengurangi tiga per empat jumlah perempuan yang meninggal selama hamil dan melahirkan pada 2015, demikian pernyataan resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dalam pernyataan yang diterbitkan di laman resmi WHO itu dijelaskan bahwa untuk mencapai target MDGs penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 % per tahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukan angka kematian ibu hingga saat ini masih kurang dari satu persen per tahun.
Berdasarkan data pada tahun 2005, sebanyak 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan, lebih rendah dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000. Menurut data WHO, sebanyak 99 % kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi lahir hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan negara persemakmuran, termasuk di Indonesia yang masih memiliki predikat negara berkembang ( ANTARA News. 2007. WHO: Penurunan Angka Kematian Ibu Belum Sesuai Target MDGs.http://www.antara.co.id/arc/2007/10/12/who-penurunan-angka-kematian-ibu-belum-sesuai-target-mdgs/ diakses tgl 02-25-2009 jam 16.38 WIB ).
Angka Kematian Ibu di Indonesia masih yang paling tinggi di Asia Tenggara yakni 307 per seratus kelahiran hidup yang berarti 50 ibu meninggal setiap hari karena komplikasi persalinan dan saat melahirkan. Angka tersebut menurut Direktur Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan, telah turun menjadi 290,8 per seratus ribu kelahiran hidup pada tahun 2005. Namun kondisi itu belum merubah status Indonesia sebagai negara dengan AKI tertinggi di Asia Tenggara karena angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara lainnya masih jauh lebih rendah dibanding Indonesia. Maka untuk mencapai tujuan yang ditekankan MDGs yaitu melakukan persalinan yang aman, penerapan Asuhan Persalinan Normal yan paripurna dapat menjadi solusi. Salah satunya dengan penggunaan partograf.
Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk memantau keadaan ibu dan janin, yang sudah dipakai sejak tahun 1970 untuk menemukan persalinan yang abnormal, yang menjadi petunjuk untuk melakukan tindakan bedah kebidanan dan menemukan Disporposi Kepala Panggul ( DKP ) jauh sebelum persalinan menjadi macet. Partograf dapat dianggap sebagai “sistim peringatan awal” yag akan membantu pengambilan keputusan lebih awal kapan seorang ibu harus dirujuk, dipercepat atau diakhiri persalinannya. Partograf juga dapat meningkatkan mutu dan keteraturan pemantauan janin dan ibu selama persalinan, dan membantu menemukan adanya masalah janin atau ibu ( Sumapraja, 2005 ).
Partograf dapat digunakan oleh semua tenaga kesehatan yang berwenang untuk menolong persalinan termasuk bidan dimana bidan merupakan suatu jabatan professional yang memiliki persyaratan diantaranya yaitu melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga professional, memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan memiliki suatu standar pelayanan. Penggunaan partograf oleh bidan merupakan salah satu pengetahuan sekaligus keterampilan dasar yang harus dikuasai untuk melaksanakan salah satu kompetensi bidan yaitu asuhan selama persalinan dan pelahiran ( Soepardan, 2008 )
Sejalan dengan penjelasan bidan sebagai suatu jabatan professional yaitu melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga professional, ini berarti seseorang dapat menjadi bidan jika mengikuti jenjang pendidikan di lembaga pendidikan dimana berada pada suatu institusi pendidikan tinggi. Penyelenggara pendidikan kebidanan adalah institusi pendidikan tinggi, baik pemerintah maupun swasta, sesuai dengan kaidah-kaidh yang tercantum pada system pendidikan nasional ( Soepardan, 2008 ).
Akademi Kebidanan XXX adalah salah satu institusi pendidikan tinggi kebidanan swasta di Surabaya yang telah memasukkan pemakaian partograf dalam kurikulum pembelajarannya yaitu pada mata kuliah Asuhan Kebidanan II ( Persalinan ). Pada saat uji coba OSCA yang dilaksanakan pada tanggal 15 sampai 17 Desember 2008, didapatkan hasil bahwa 55 % mahasiswi Akademi Kebidananan XXX tingkat II yang lulus pada stase partograf dari 20 mahasiswi yang ikut diuji pada stase tersebut dengan nilai rata-rata 32.
Dari uraian di atas memperlihatkan bahwa 45 % mahasiswa Akademi Kebidanan XXX Surabaya belum lulus pada Uji Coba OSCA stase partograf. Hal itu secara tidak langsung dapat memberitahukan bahwa adanya perbedaan persepsi dalam pengisian partograf. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra atau disebut juga proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan ( Walgito, 2004 ).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian di Akademi Kebidanan XXX Surabaya, dengan judul Persepsi tentang Pengisian Partograf pada Mahasiwa Akademi Kebidanan XXX Surabaya tingkat II.

B. Perumusan Masalah
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan (Walgito, 2004). Jika proses penginderaan tesebut keliru maka gambaran tentang suatu objek akan menyimpang dari sebenarnya. Termasuk penginderaan terhadap pengisian partograf.
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik ( Asuhan Persalinan Normal, 2007 ) dan seorang bidan harus tahu mengenai pengisian partograf agar bisa memberikan asuhan persalinan yang paripurna serta dapat membuat keputusan untuk merujuk ibu bersalin. Namun dalam prakteknya, masih banyak bidan yang tidak menggunakan partograf untuk memantau kemajuan persalinan atau persepsi yang keliru dalam mengisi partograf sehingga sering kali terlambat mengenali tanda-tanda penyulit pada persalinan dan mengakibatkan kematian pada ibu. Hal ini merupakan salah satu faktor penyumbang Angka Kematian Ibu yang masih tinggi di Indonesia.
Berdasarkan data yang didapat, pada saat uji coba OSCA yang dilaksanakan pada tanggal 15 sampai 17 Desember 2008, didapatkan hasil bahwa 45 % mahasiswi Akademi Kebidananan XXX yang tidak lulus pada stase partograf dari 20 mahasiswi yang ikut diuji pada stase tersebut dengan nilai rata-rata 32. Secara tidak langsung, hal di atas memberitahukan bahwa terjadi perbedaan persepsi tentang pengisian partograf. Oleh karena itu rumusan masalah yang diangkat penulis adalah “ Bagaimana PERSEPSI MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN XXX TENTAN PENGISIAN PARTOGRAF ? “

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui persepsi mahasiswa Akademi Kebidanan XXX tentang pengisian partograf.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan partisipan tentang pengertian partograf
b. Untuk mengetahui pengetahuan partisipan tentang tujuan partograf
c. Untuk mengetahui pengetahuan partisipan tentang manfaat partograf
d. Untuk mengetahui pengetahuan partisipan mengenai penggunaan partograf
e. Untuk mengetahui persepsi partisipan tentang pengisian partograf
f. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dalam pengisian partograf.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi :
1. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mahasiswa mengetahui tentang langkah-langkah pengisian partograf.
2. Bidan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang tingginya angka kematian ibu dan bayi yang disebabkan oleh adanya kekeliruan dalam pengisian partograf yang diakibatkan karena adanya persepsi yang salah dalam pengisian partograf
3. Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada peneliti tentang persepsi mahasiswa Akademi Kebidanan XXX Surabaya mengenai pengisian partograf.
4. Peneliti Lain
Dengan adanya penelitian tentang persepsi mahasiswa Akademi Kebidanan XXX Surabaya mengenai pengisian partograf maka diharapkan peneliti lebih mengetahui alasan mahasiswa belum mempunyai persepsi yang sama, sehingga peneliti dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut.

5. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai wacana ilmiah dan bahan referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Persepsi
a. Pengertian
Persepsi merupakan proses yang integrated dalam diri individu terhadap stimulus yang diterimanya (Moskowitz dan Orgel, 1969 dikutip oleh Walgito, 2004).
Persepsi merupakan pengorganisasian, penginterprestasian, terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individual. Karena itu dalam penginderaan orang akan mengait dengan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan mengait dengan objek (Branca, 1964, dikutip oleh Walgito, 2004).
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan (Walgito, 2004).
Dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan disekitarnya dan juga keadaan diri sendiri (Davidoff, 1981, dikutip oleh Walgito, 2004).
Persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang tejadi pada diri manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, memberi, serta meraba (kerja indra) di sekitar kita (Widayatun, 1999).
Persepsi adalah suatu pengalaman yang terbentuk berupa data-data yang di dapat melalui indra, hasil pengolahan otak dan ingatan. Dikatakan selanjutnya : Persepsi di hayati melalui ilusi atau Mispersepsi, atau trick atau tipuan dan juga bukan salah tanggapan. Ilusi itu merupakan data aktual yang berupa data masukan yang tidak di terjemahkan sebagaimana adanya dan ada tambahan berupa pengolahan otak dari hasil-hasil pengalaman yang lalu (Wiliam James dikutip oleh Widayatun, 1999) .
b. Proses Terjadinya Persepsi
Pertama terjadinya persepsi adalah karena adanya obyek/ stimulasi yang merangsang untuk ditangkap oleh panca indra (obyek tersebut menjadi perhatian panca indra), kemudian stimulus /objek perhatian tadi di bawa ke otak terjadi adanya ‘kesan’ atau jawaban response adanya stimulus, berupa kesan atau respon di balikkan ke indra kembali berupa “ tanggapan “ atau persepsi atau hasil kerja indra berupa pengalaman hasil pengolahan otak.
Obyek / Stimulus → Sensori → Diprosese / Indra (input) → Output → Indra di otak / pusat syaraf → Berupa persepsi rangsang (pengalaman / respon)
Proses terjadi persepsi ini perlu fenomena, dan yang terpenting fenomena dari persepsi ini adalah “perhatian“ atau “Attention”. Pengertian perhatian itu sendiri adalah suatu konsep yang diberikan pada preses persepsi yang menseleksi input-input tertentu untuk diikut sertakan dalam suatu pengalaman yang kita sadari/kenal dalam suatu waktu tertentu. Perhatian sendiri mempunyai khusus yaitu terfokus dan margin serta beruba - ubah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar