Senin, 27 September 2010

ASUHAN KEBIDANAN PADA GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Lakang Belakang
Kanker merupakan penyebab kematian no. 6 di Indonesia (Depkes, 2003) dan diperkirakan terdapat 100.000 penduduk setiap tahunnya di dunia diperkirakan 7,6 juta orang meninggal akibat kanker dan 84 juta orang akan meninggal hingga 10 tahun kedepan, (WHO, 2005).
Jenis kanker yang sering ditemukan di Indonesia secara umum adalah kanker leher rahim, payudara, hati, paru, kulit, nasofaring, kelenjar getah bening, usus besar dan lain-lain.
WHO menyatakan sepertiga sampai setengah dari semua jenis kanker dapat di cegah 1/3 dapat disembuhkan bila di temukan pada tahap permulaan atau stadium dini sisanya dapat diringankan penderitanya.
Oleh karena itu, upaya untuk mencegah kanker dan menemukan kanker stadium dini merupakan upaya yang penting karena disamping membebaskan masyarakat dari bahay kanker, juga menekan biaya pengobatan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami tentang tumor jinak dan ganas pada uterus.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang
a. Pengertian tumor jinak dan ganas pada uterus
b. Tujuan asuhan kebidanan
c. Klasifikasi tumor jinak dan ganas pada uterus
d. Etiologi
e. Patofisiologi
f. Gambaran klinis
g. Prosedur / pemeriksaan
h. Penatalaksanaan
i. Deteksi dini / skrining
BAB II
TINJAUAN TEORI


A. Pengertian
Tumor adalah benjolan atau suatu pertumbuhan bisa ganas bisa jinak. Tumor adalah perkembangan tubuh akibat pertumbuhan sel-sel tubuh sendiri. Tumor adalah bengkak akibat radang, cedera, neoplasma, edema (Ramli Ahmad, 2003 “Kamus kedokteran, Jakarta Djambatan”).
Tumor jinak adalah pembengkakan tubuh akibat pertumbuhan sel-sel tubuh sendiri yang memiliki pertumbuhan lambat dan tidak menyebar ke bagian tubuh lain. Tumor ganas adalah pembengkakan tubuh akibat pertumbuhan sel-sel tubuh sendiri yang memiliki pertumbuhan cepat, tidak terkendali dan menyebar kebagian tubuh lain.
Perbedaan tumor jinak dan ganas adalah :
1. Tumor jinak
a. Pertumbuhan lambat
b. Terbungkus dalam kantong
c. Tidak menyebar kebagian tubuh lain
2. Tumor ganas
a. Pertumbuhan sel cepat
b. Tidak terkendali
c. Menyebar ke bagian tubuh lain (metastase)
d. Tumor ganas = kanker

B. Tujuan Asuhan Kebidanan
1. Untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan gangguan reproduksi
2. Untuk mengatasi masalah gangguan reproduksi terutama pada tumor jinak dan ganas pada uterus
3. Untuk mencegah penyebaran pada tumor ganas
4. Sebagai skrining /deteksi dini pada tumor jinak dan ganas pada uterus.
C. Klasifikasi Tunor JInak dan Ganas pada Uterus
1. Tumor jinak pada uterus
a. Ektoserviks
1) Kista sisa jaringan embrional
Berasal dari saluran mesonefridikus wolffi terdapat pada dinding samping ektoserviks.
2) Kista endometriosis
Letaknya superficial
3) Folikel atau kista habothi
Kista retensi kelenjar endoserviks, biasanya terdapat pada wanita multipara, sebagai penampilan servisitis.
Kista ini jarang mencapai ukuran besar berwarna putting mengkilap berisi cairan mukus, jika menjadi besar dapat menyebabkan perasaan nyeri.
4) Papiloma
Adalah sisa epitel yang terlebih pada trauma bedah maupun persal;inan, dapat tinggal maupun multiple seperti kondiloma akuminata (Sarwono, 2005).
5) Hemangioma
Adalah tumor pembuluh darah jinak maupun ganas yang menyerupai bentuk klasik tetapi dapat timbul pada setiap usia. (Kamus saku kedokteran Dorland).
b. Endoserviks
1) Polip
Adalah suatu endoma maupun adenofibroma yang berasal dari selaput lender endoserviks.
Polip ini dapat berkembang karena pengaruh radang maupun virus, perlu diperiksa secara histologik untuk menentukan apakah polip itu suatu adenoma, sarkoma botriodes, adenokarsima serviks atau mioma yang dilahirkan.

c. Endometrium
1) Polip Endometrium
Sering didapati, terutama dengan pemeriksaan histeroskop polip berasal dari odenoma, adenofibroma, mioma submukusum dan plasenta.
2) Adenoma – Adenofibroma
Merupakan penampilan hyperplasia endometrium, dengan konsistensi lunak dan berwarna kemerah-merahan. Biasanya terdiri dari epitel endometrium dengan stroma yang sesuai daur haid.
3) Mioma submukasum
Seorang mioma dapat tumbuh bertangkai dan keluar dari uterus menjadi mioma yang dilahirkan. Tumor berkonsistensi kenyal berwarna putih.
4) Polip plasenta
Adalah polip yang berasal dari plasenta yang tertinggal setelah partus maupun abortus.
d. Miometrium
1) Mioma uteri
a) Adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat (Arif Mansjoer, 2001).
Neoplasma jinak ini berasal dan jaringan ikat yang menumpangnya, dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma / fibroid (Sarwono, 2005).
b) Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai
- Mioma submukosum : berada dibawah endometrium dan menonjol kedalam rongga uterus.
- Mioma intramural : mioma terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium.
- Mioma subserosum : apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.
- Mioma serviks : mioma menonjol kedalam saluran serviks sehingga OUE berbentuk bulan sabit.
c) Etiologi
- Stimulasi estrogen endogen (adanya reseptor estrogen pada jaringan miometrium mengakibatkan efek fibromatogenik pada jaringan tersebut, hal ini dibuktikan dengan terjadinya hyperplasia endometrium yang menyertai mioma uteri).
- Teori cell nest /genitoblast (adanya otot imatur dari cell nest yang dirangsang terus oleh estrogen mengakibatkan pertumbuhan abnormal dari sel otot tersebut).
- Teori vollen – hoven (adanya steroid dan polipeptid pada miometrium merangsang foliferasi sel otot miometrium dan memacu epidermal growth factor (EGF) pada permukaan reseptor estrogen sehingga terjadi efek fibromatogenik).
(Bag. Obs. Gin FK Undip Smg, 2001).
d) Patogenesis
Menyebar dan De Shoo mengajukan teori cell nest /teori genitoblast percobaan lipschutz yang memberikan estrogen pada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek tibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesterone atau testosterone, Puukka dkk menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada miometrium normal. Menurut meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur.
e) Gambaran klinis (gejala dan tanda)
Hampir separuh kaus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengangkat. Gejala yang dikeluhkan tergantung pada tempat sarang mioma berada (serviks, intra mural, submukus, subserus), besrnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi (sarwono, 2005).
Gejala klinik :
- Perdarahan abnormal menorgia, menometroragia, metroragia
- Terasa nyeri : torsi berangkai, sub mukosa mioma terlahir, injeksi pada mioma.
- Pendesakan : gangguan miksi dan defekasi, perasaan discomfort dibagian bawah.
- Menimbulkan intertilitas : penekanan saluran tuba oleh mioma uteri.
- Sering abortus : gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim melalui plasenta.
- Gejala sekunder : anemia (perdarahan), uremia (desakan ureter menimbulkan gangguan fungsi ginjal).
f) Prosedur pemeriksaan
- Anamnesis
 Gangguan perdarahan uterus
 Benjolan perut bagian bawah
 Nyeri perut bagian bawah
 Gangguan penekanan (ureter, vu, rectum)
 Infertilitas dan abrtus (habitualis)
- Pemeriksaan fisik
Pada palpasi teraba massa padat pada perut bagian bawah (biasanta dimedial) dan pada pemeriksaan bimanual (VT) serviks ikut bergerak bila masa digerakkan.
- Pemeriksaan penunjang
 Sondase (untuk mengetahui besarnya uterus)
 Kuretase (untuk menyingkirkan karsinoma endometrium)
 Histeroskopi
 Ultrasonografi
 BNO – IVP pada mioma uteri yang besar /dengan perlekatan.

g) Penatalaksanaan
- Non operatif
 Radiokastrasi (radiasi pada ovarium, diharapkan terjadi menopause precox sehingga produksi estrogen berhenti)
 GnTH (diberikan pra bedah untuk mengurangi perdarahan dan mengecilkan volume tumor)
- Operatif
Dapat dilakukan dengan laparatomi vaginal atau laparascopic assisted vaginal trysterectomi, meliputi
 Miomektomi
 Histerektomi total + salpingooofarektomi unilateral
(Bunga rampai Obs. Gin II FK Undip Semarang).
2. Tumor ganas pada uteri
a. Karsinoma serviks uteri (Ca serviks)
1) Pengertian
Adalah tumor ganas pada leher rahim, merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita.
2) Etiologi
Belum diketahui :
Faktor ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden Ca. cerviks uteri aalah sinegma, infeksi virus human papilloma virus (HPV) dan spermatozoa.
3) Faktor resiko yang berhubungan dengan (Ca. serviks adalah perilaku seksual berupa mitra seks multiple, paritas tinggi, nutrisi, rokok, aktivitas seksual pada usia muda.
4) Klasifikasi menurut vigo 1978
O : karsinoma insitu atau karsinoma intraepitel
I : proses terbatas pada serviks (perluasan ke korpus uteri tidak dinilai)
Ia : karsinoma serviks preklinis, hanya dapat didiagnosis secara mikroskopik, lesi tidak > 3mm atau secara mikroskopik kedalamannya > 3 – 5 mm dari epitel basal dan memanjang tidak > 7 mm.
Ib : lesi invasive > 5 mm, dibagi atas lesi < 4 cm dan > 4 cm.
II : proses keganansan telah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan atau keparametrium tetapi tidak sampai dinding panggul.
IIa : penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrate tumor.
IIb : penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding panggul.
III : penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai dinding panggul.
IIIa: penyebaran sampai 1/3 distal vagina, namun tidak sampai kedinding panggul.
IIIb: penyebaran sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul/proses pada tingkat I/II, tetapi sudah ada gangguan faal mginjal/hidronefrosis.
IV : proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rectum dan atau vesika urinaria (dibuktikan secara histology), telah metastase kelar panggul/ke tempat yang jauh.
IVa: telah bermetastasis ke organ sekitar
IVb: telah bermetastasis jauh.
5) Patologi
Ca. cerviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks (portio) dan endoserviks kanalisis serviks yang dibuat sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Pada wanita muda SJC ini berada diluar OUE, sedang pada wanita berumur >35 th, SCJ berada didalam kanalis servikalis pada awal perkembangannya kanker serviks tidak memberi tanda-tanda dan keluhan ada pemeriksaan dengan speculum, tampak parsio yang erosive (metaplasi skuamosa) yang fisiologik atau patologik.
Tumor dapat tumbuh : 1) eksofitik mulai dari SCJ kea rah lumen vagina sebagai masa proliteratif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis. 2) endofitik mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma servik dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi terjadi ulkus, 3) ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Serviks secara normal secara alami mengalami proses metaplasi (erosia) akibat saling desak mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan mutagen patologik melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasive. Sekali menjadi mikro invasive, proses keganasan akan berjalan terus.
6) Gambaran klinik
- Keputihan (makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan)
- Perdarahan yang dialami segera sehabis senggama
- Perdarahan spontan umumnya terjadi pada tingkat klinik lebih lanjut (II dan III) : perdarahan spontan saat defekasi.
- Dapat juga ditemukan gejala karena metastase : obstruksi total vesika urinaria.
- Dapat juga ditemukan ditemukan gejala karena metastase : obstruksi total vesika urinaria.
- Pada yang lanjut ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan dan anemia.
- Pada pemeriksaan fisik erviks teraba membesar, lunak, ireguler bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada portio/sudah sampai vagina.

7) Prosedur /pemeriksaan
a) Anamnesa didapatkan keluhan metroragi, keputihan (warna putih/purulen, berbau dan tidak gatal) perdarahan paska coitus, perdarahan spontan, bau busuk khas.
Dapat ditemukan gejala obstruksi total vesika urinaria (bila sudah metastase), pada yang lanjut ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan BB, anemia.
b) Pada pemeriksaan fisik serviks teraba membesar, lunaki, irregular. Bila tumor tumbuh eksofitik, terlihat lesi pada portio dan /sudah sampai vagina.
c) Pemeriksaan penunjang
- Sitologi dengan cara tes pap
- Kolposkopi
- Servikografi
- Pemeriksaan visual langsung
- Gineskopi
- Pap net (pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil > sensitif)
d) Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologik dan jaringan yang dioperoleh dari biopsy.
(Arif Mansjoer, 2001).
8) Penatalaksanaan
- Stadium O : konisasi (pengambilan jaringan serviks berbentuk kerucut dengan basis pada partio, untuk tujuan diagnostik / terapeutik)
- Stadium IA : simple histerektomi (histerektomi total)
- Stadium IB dan IIA : histerektomi dan chemoterapi
- Stadium IV : Paliatif
o Analgetika
o Chemoterapi paliatif
o Radioterapi paliatif
o Radioterapi paliatif
o Eksenterasi
b. Tumor ganas endometrium (karsinoma endometrium)
1) Dianggap tumor ganas endometrium bila histologik berjenis adenokarsinoma atau adenoakantoma.
2) Etiologi
Belum diketahui secara pastik
3) Golongan resiko tinggi
DM, hipertensi esensial /menahun, obesitas, perdarahan disfungsional pada wanita in /subfertil akibat hiperestrogenisme, wanita dengan tumor ovarium yang memproduksi estrogen, usia perimenopausal (50-60th).
4) Patologi
90% tumor ganas endometrium /korpus uteri adalah adenokarsinoma.
5) Klasifikasi menurut FIGO
- Stasium O : karsinoma insitu
- Stadium I : karsinoma terbatas pada korpus uteri
IA : kedalaman cavum uteri (sondase) < 8 cm
IB : kedalaman cavum uteri > 8 cm
- Stadium I digolongkan lagi menurut grading histologi
Grade 1 : deferensiasi baik
Grade 2 : deferensiasi sedang dengan bagian padat
Gade 3 : tidak berdiferensiasi
- Stadium II : karsinoma melibatkan korpus dan serviks uteri tetapi tidak meluas keluar uterus.
- Stadium III : karsinoma meluas diluar uterus tetapi tidak keluar cavum pelvis
- Stadium IV : karsinoma meluas diluar pelvis /secara klinis melibatkan mukosa kandung kencing /rectum.
IV A : penyebaran melibatkan mukosa kandung kencing/rectum
IV B : penyebaran ke organ jauh (hepar, paru, otak)

6) Gambaran klinik
- Pada awal penyakit, pemeriksaan ginekologik tidak menghasilkan apa-apa
- Dalam banyak kejadian, gejalanya dikaitkan dengan menopause berupa getah vagina kemerahan / sesudah menopause (perdarahan abnormal)
- Rasa sakit dan perasaan rahim.
7) Prosedur / pemeriksaan
a) Anamnesa, didapatkan keluhan : perdarahan abnormal /pada masa klimakterium /menopause).
b) Kuretase seluruh rongga rahim, hasil kerokan dikirim mke lab PA untuk mengetahui ada /tidaknya keganasan
c) Biopsy terarah menggunakan histeroskopi
d) Histerografi
e) USG trans vaginal /transrektal
8) Penatalaksanaan
O : histerektomi total
I : histerektomi total + ooforektomi bilateral (Panhisterektomi)
GI : disertai linfadenektomi selektif
G2 : disertai limfadenektomi para aortal
G3 : dilanjutkan radioterapi + chemoterapi
II : panhisterektomi + radioterapi + chemoterapi
II – IV : radioterapi dan chemoterapi
c. Khoriokarsinoma
1) Adalah neoplasma ganas yang timbul dari khorion embrional dimana kedua lapisan epitel trofoblast terlihat.
2) Etiologi
Kehamilan dalam jarak inreval pendek, malnutrisi dengan defisiensi protein diduga sebagai faktor penyebabnya.

3) Gejala klinik
- Dapat menyerupai kelainan ginekologik seperti abortus/perdarahan disfungsional
- Ditemukan sel khoiro – karsinoma dalam kuretemen diagnostik
- Ciri khas : tumor itu menskresi HCG yang dapat dideteksi dalam urine penderita.
4) Prosedur / pemeriksaan
- Pada anamnesa didapatkan keluhan perdarahan disfungsional, abortus.
- Pada pemeriksaan urine HCG (+) (positif) sangat esensial
- Ditemukan sel khoiro – karsinoma dalam kuretemen diagnostik.
5) Penatalaksanaan
a) Dapat diobati dengan kemoterapi
b) Bila tidak ada penyebaran (metastase), 90% dapat disembuhkan dengan MTX (Methotrexate)
c) Bila titer HCG terus menerus tinggi, yang menunjukkan adanya penyakit yang persisten, perlu dilakukan histerektomi
d) Bila titer HCG turun sampai normal, lalu kemudian naik lagi, dapat dipertimbangkan selain histerektomi tunggal dengan MTX / actinomycin D biasanya hamper 100% efektif
e) Bila termasuk golongan resiko tinggi, diperlukan kombinasi beberapa obat sitostatika
NB :
- Mereka yang tergolong resiko rendah
o Metastase hanya dipanggul /paru-paru saja
o Titer HCG < 100.000 IU dalam 24 jam urine
o Pengobatan dimulai < 4 bulan setelah diagnosa dibuat
o Penderita dengan pengobatan lanjutan dengan titer HCG persisten

- Yang tergolong resiko tinggi
o Metastase ke otak, hepar, tulang
o Titer HCG > 100.000 IU dalam urine 24 jam
o Pengobatan dimulai setelah > 4 bulan saat didiagnosa pertama
(Sarwono, 2005)
6) Skrining /Deteksi Dini
a) Tes pap (pap smear)
- Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks
- Sistem derajat papanicolau
Kelas I : sel normal
Kelas II : terdapat sel atipik
Kelas III : terdapat sel atipik dengan displasia
Kelas IV : karsinoma insitu
Kelas V : karsinoma invasif

BAB III
TINJAUAN KASUS


IDENTIFIKASI KASUS GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PADA Ny. M UMUR 50 TAHUN DENGAN CA. CERVIKS STADIUM IIIB DI RUANG GINEKOLOGI (PANTURAN V) RSUP Dr. KARIADI SEMARANG


Pengkajian :
Tanggal/waktu : Sabtu 28 Mei 2008, jam 08.30 WIB
Tempat : RSDK

Identitas pasien
Nama : Ny. M
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : JAwa / Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Ds Sambiroto 5/6 Demak

Identitas penanggung jawab :
Nama : Tn. S
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : JAwa / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
Alamat : Ds Sambiroto 5/6 Demak

A. Data Subyektif
1. Alasan dating
Pasien dating ke RSDK atas rujukan dari RSU Demak dengan ca cerviks stadium IIIB.
2. Keluhan utama
Pasien mengatakan tidak ada keluhan apa-apa
3. Riwayat kesehatan
a. Dahulu
Pasien mengatakan  1 minggu keputihan, agak gatal, warna bening kadang campur darah, kemudian periksa di puskesmas di Surabaya dan diberi obat (Agustus 2007) obat habis belum sembuh (pasien bekerja di Surabaya) kemudian oleh puskesmas di rujuk ke RSUP dr. Sutomo Surabaya, ibu juga mengatakan mempunyai riwayat kencing manis, ibu mengalami keputihan dan gatal  sejak 8 bulan yang lalu. Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit jantung, asma, hipertensi dan HIV/AIDS).
b. Sekarang
Pasien mengatakan bahwa ia menderita penyakit kanker leher rahim dan kencing manis, selama dirwat di RSDK sejak tanggal 16 -4-2008 mendpat terapi sinar sebanyak 18 kali dan suntik platosin 4 kali.
c. Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit seperti yang diderita, tidak ada riwayat hipertensi, asma, jantung, HIV/AIDS. Dalam keluarga ada yang menderita penyakit DM yaitu kakanya.
4. Riwayat Pernikahan
Pasien mengatakan ini adalah pernikahan yang kedua, lama menikah  10 tahun, usia pasien sewaktu nikah yang pertama adalah 15 tahun.
5. Riwayat obstetri
a. Menstruasi
Menopause sejak 2 tahun yang lalu

b. Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Ibu mengatakan belum pernah hamil
6. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alkon apapun
7. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Sebelum sakit : makan 3 x/hari (nasi, lauk, sayur) minum 5 – 6 gelas /hari + buah (kadang-kadang)
Selama sakit : tidak ada perubahan
b. Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1 x BAK 4-5 kali / hari
Selama sakit : tidak ada perubahan
c. Istirahat dan tidur
Sebelum sakit : tidur malam 7-8 jam siang 1-2 jam/hari
Selama sakit : tidak ada perubahan
d. Aktivitas
Sebelum sakit : bekerja  8 jam (6 hari kerja), selebihnya melakukan kegiatan sebagai ibu rumah tangga sendiri, kadang-kadang dibantu oleh suami.
Selama sakit : ibu berhenti bekerja selama dirawat di RS
e. Personal hgyene
Sebelum sakit : mandi 2 x /hari, gosok gigi 2 x/hari keramas 2-3 hari sekali.
Selama sakit : tidak ada perubahan
f. Seksual
Sebelum sakit : 1-2 x dalam seminggu
Selama sakit : berhenti hubungan seksual dengan suami
g. Psikologi
Pasien mengatakan ia dan suami sudah pasrah dengan apa yang terjadi dan menganggap ibi sebagai cobaan pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang kembali kerumah.
h. Status sosial ekonomi
Untuk kebutuhan sehari-hari tercukupi oleh penghasilan suami
Untuk pengobatan di RS ditanggung ASKES.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : umum baik
- Kesadaran : composmentis
- TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,50C
RR : 20 x/menit
2. Pemeriksaan umum
Kesan umum
Tampak sakit kesadaran
Pucat kejang
Lain-lain
Kulit
Warna rambut
Pigmen basah/kering
Ikterus turgor
Cyanosis erupsi
Kepala
Bentuk lain-lain
Pusing
Mata
Kacamata tekanan intra aculer
Exophtalmus lapangan pengetahuan
Palbebra sklera
Conjungtiva pupil
Gerakan bola mata
Telinga
Membrane tympani tuli
Keluar nanah lain-lain
Hidung
Rongga hidung sinusitis
Keluar cairan lain-lain
Mulut
Bibir gigi geligi
Gusi kelenjar lidah
Palatum lidah
Mukosa kelenjar sub mandibola
Dasar mulut lain-lain
Tenggorokan
Tonsil pharink
Sakit menelan lain-lain
Leher
Pembuluh darah kelenjar tyroid
Trachea kaku leher lain-lain
Dada
Bentuk pernafasan
Simetris lain-lain
Mammae
Benjolan puting susu
Keluar nanah lain-lain
Jantung
Bunyi jantung bising
MI enction
AI lain-lain
PI
Paru-paru
Suara nafas ronchie
Kelenjar axilla wheecing
Lain-lain
Abdomen
Bentuk ascites
Tumor hati
Ambilicus limpa
Nyeri paristaltik
Genetalia
Vagina serviks
Uterus lain-lain







Ekstremitas
Superior /inferior
Warna luka
Oedem tumor
Lain-lain
KU : Baik composmetis
Pucat (-) kejang (-)
Sesak (-)

Sawo matang rambut bersih
Cyanosis (-) tidak mudah dicabut
Ikterik (-)


Mesocepal
Pusing (-)

Conjungtiva tidak pucat
Sklera putih
Tidak menggunakan kacamata
Tidak sakit mata


Discharge (-)
Tuli (-)

Discharge (-)


Cyanosis (-)
Caries (-)
Stomatitis (-)



Tonsil tidak membesar
Tidak ada nyeri telan

Tidak ada pembesaran
Kelenjar tyroid

Simetris retraksi (-)
Pernafasan teratur

Benjolan (-/-) putting susu menonjol
Keluar nanah -/- simetris

Ritme teratur (I – II)
Gallop (-)



Ronchi (-)
Wheezing (-)


Datar, supel
Hati-hati tidak teraba
Tidak ada nyeri tekan
Bising usus (+)

VT
Ins/vt : fluxus (-), flour (+)
V.U : t.ak
Cut : telur ayam
Vagina : infiltreat +/+ s/d 1/3 proximal
Portio : berbenjol, rapuh, mudah berdarah
AP : infiltrasi +/+ s/d dinding pelvis
RT : infiltrasi +/+ s/d dinding pelvis

Oedem
Luka
Tidak ada nyeri gerak


C. DATA PENUNJANG
1. Roentgen thorax tanggal 9-4-08
COR : CTR > 50%
APEX jantung bergeser ke latero kaudal
AORTA : tampak elogasi aorta

Pulmo : corakan broncovaskuler
Tidak tampak bercak kesuraman maupun coin lesion pada kesua lapang paru.
Dioyrogma kanan setinggi kosta X posterior sinuskostofrenitus kanan dan kiri lancip, tidak tampak lesi titik maupun skrerotik pada tulang
Kesan : - kardiomegali (suspek LVH)
- Elogasi Aorta
- tidak tampak metastase pada patu maupun tulang
2. USG Abdomen tanggal 5-4-08
- Hepar : ukuran tidak membesar, tetapi tajam parenkim hiperekoik, tidak tampak pelebaran vena porta dan vena hepatica
- Duktus billiaris : intra dan ekstra hepatal tidak melebar
- Vesika kelas : ukuran tak membesar, ekogenitas normal, tidak tampak pelebaran vena ilenalis
- Pancreas : ukuran dan parenkim normal, tidak tampak klasifikasi
- Ginjal ka-ki : ukuran dan bentuk normal, tidak tampak penipisan parenkim, parenkim normal, bats kortiko meduler baik, tidak tampak batu, tampak pelebaran pcs dan ureter proximal.
- Aorta : tidak tampak pembesaran limfonodi para aorta
- Vesika urianria : dinding tidak menebal, tidak tampak batu/massa
- Uterus : ukuran normal, tidak tampak masa
- Kesan : stealiosis dan tidak nampak metastasis pada organ intra abdomen.
3. Laboratorium
- Tanggal 19 mei 2008
Ureum 33 mg/dl 15-39 mg/dl
Creatinin 0,63 mg/dl 0,60-1,30 mg/dl
SGOT 35 u/l 15-37 u/l
SGPT 53 u/l 30-65 u/l
- Tanggal 22 Mei 2008
Hb
Hematokrit
Eritrosit
MCH
MCV
MCHC
Lekosit
Trombosit
RDW
MPW
Glukosa puasa


Glukosa 2 jpp 11,7 gr%
32,6 %
3,77 juta/mmt
3,00 pq
86,30 jt
35,90 g/dl
4,28 ribu/mmk
140 ribu/mmk
15,20%
6,32 fi
104,000 mg/dl


148,0 mg/dl 12,00 – 15,00 l
35,0 – 47,0 l
3,9 – 5,8 l
27,00 – 32, 00
76,00 – 96,00
29 – 30
4 ribu – 11 ribu
150 ribu – 400 ribu
11,60 – 14,8
4,00 – 14,8
80 – 109 : baik
110 – 125 : sedang
> 126 : buruk
80 – 144 : baik
145 - 179 : sedang
> 180 : buruk

- Lab. PA tanggal 19-12-2008
Biopsi serviks ukuran 1 x 1 x 0,5 cm, munjukkan kelompok sel ganas epitelial pleomorfikinti besar perkrematik, mitesis patologi dapat di jumpai.
Sesuai dengan : carsinoma epidermoid dengan deferensiasi jelek
Therapy rencana tindakan
1. Jangka panjang
- Dilakukan platosin 5 kali
- Dilakukan ER 25 kali
- Akter loading 2 kali
2. Jangka pendek
- Awasi KU dan TTV
- Lakukan tes toleransi glukosa
- Berikan diet DM
- Berikan therapy :
Glikuldon ½ 0 ½
Vit BC / sf/c 2 x 1
Antacid 2 x 1
Ranitidine 2 x 1
- Lakukan ER selanjutnya (tunggu Jadwal)

D. ANALISA
Ny. M umur 50 tahun, menopause dengan Ca Cerviks stadium IIIB, DM, pasca therapy, latosin IV pasca therapy ER 18 kali.
- Masalah
Tidak ada
- Identifikasi diagnosa potensial
Tidak muncul
- Identifikasi tindakan segara /kolaborasi
Melanjutkan pengobatan ER (exsternal radiasi) x platosin

E. PLANNING
1. Melakukan pengawasan KU, TTV dan tes toleransi glukosa
2. Memberikan obat sesuai therapy dokter
3. Memberikan motivasi kepada pasien
4. Mengciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman
5. Memberi makan sesuai diet
6. Melakukan kolaborasi untuk program therapy jangka panjang dan jangka pendek selanjutnya.


F. EVALUASI
1. KU : Biak
TTV : T : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,80C
RR : 20x/menit
Lab : glukosa puasa 100,00 mg/dl 80 – 109 : baik
110 – 125 : sedang
> 126 : buruk
glukosa 2 jam PP 120,0 mg/dl 80 – 140 : baik
145 – 179 : sedang
> 180 : buruk

2. Ibu sudah minum obat sesuai aturan
3. Ibu makan sesuai diit dan habis 3 /4 porsi
4. Ibu terlihat lebih tenang setelah mendapat penjelasan dari petugas kesehatan
5. Rencana ER ke 19 tanggal 29 – 5 – 2008

Pengkajian II
Tanggal 29 – 5 – 2008 jam 08.00 WIB
A. Data Subyektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan apa-apa

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Ku baik, kesadaran composmetis
TTV : T : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,80C
RR : 20x/menit

2. Pemeriksaan fisik
- Mata : kunjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning
- Abdomen : datar, tidak ada pembesaran hepar /nyeri tekan
- Ekstremitas : tidak oedem Oedem
3. Therapy
- Glikuidon 1/2 . 0. ½
- Vit. BC/C/SF 2x1
- Antasid 2 x 1
- Diit DM
- Pengawasan KU dan TTV
- Usaha obat sitostaika
- ER 19 kali
- Cek GD I dan II (senin dan kamis)

C. Analisa
Ny. M umur 50 tahun, menopause dengan ca cerviks stadium III B, DM, pasca platosin 4 kali, pasca ER 18 kali, rencana ER ke 19

D. Planning
- Mengawasi KU dan TTV
- Menciptakan lingkungan bersih dan nyaman
- Memberi makan sesuai diit
- Memberikan motivasi pada ibu
- Mengantar ibu ke ruang radium untuk dilakukan ER
- Memberi obat sesuai therapy


E. Evaluasi
- KU baik, kesadaran composentis
TTV : T : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,80C
RR : 20x/menit
- Pasien makan sesuai diit, habis ½ porsi
- Pasien minum sesuai aturan
- Ibu terlihat tenang dan siap untuk dilakukan ER
- Ibu sudah di ER 19 kali


BAB IV
PEMBAHASAN


Berdasarkan kasus pada Ny. M, dengan Ca. cerviks stadium IIIB, dapat dilihat bahwa pada umumnya pasien dating untuk memeriksakan diri, sebagian besar sudah dalam stadium lanjut, sehingga pengobatan adekuat tidak dapat diberikan secara maksimal.
Sebagian besar paien dating dalam stasium lanut, mengakibatkan prognosis pengobatan tidak memuaskan. Bila pada dasarnya, untuk penanganan atau pengobatan tumor jinak atau gana pada uterus bukan merupakan kewenangan bidan. Namun bidan, mempunyai kewenangan dalam penapisan keganasan, terutama Ca Cerviks, melalui pemeriksaan pap smear.
Bidan mempunyai kewenangan dalam pengambilan sample pemeriksaan sitologi pap smear dan melakukan kolaborasi /rujukan dengan pihak terkait sehubungan dengan hasil pemeriksaan yang ada.
Bidan dapat berperan dalam meningkatan upaya penapisan keganasan ginekologi melalui penyuluhan, melakukan pap smear berkala dan mendidik kader masyarakat untuk dapat memberikan KIE pada masyarakat, dengan harapan untuk memeriksakan diri secara teratur.
Pada kasus Ny. M yang telah dirawat dirumah sakit, tugas bidan adalah pengawasan, perawatan dan persiapan pengelolaan pengobatan agar pengobatan dapat dilakukan sesuai dengan program.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker merupakan penyakit sel dengan ciri kegagalan/gangguan dalam mengatur multiplikasi dan fungsi homeostatiknya dalam organisme multiselkuler.
Dalam perkembangnnya, penyakit keganasan /cancer pada uterus dapat dilakukan penapisan dengan mengenal gejala klinik stadium muda dan melakukan pemeriksaan dan penapisan dengan jalan sitologi pap smear berkala diatas umur 35 tahun. Servikografi (uji schiller dan kolposkopi diikuti biopsy) dan pemeriksaan HPV – DNA deteksi dalam hubungan kemungkinan karsinoma serviks.

B. Saran
1. Tenaga kesehatan
- Lebih meningkatkan KIE pada masyarakat tentang berbagai aspek ginekologi, termasuk pencegahan dan penapisannya.
- Mengupayakan dan meningkatkan preventif dan promotif dari pada kuratif/ rehabilitatif
- Meningkatkan pelayanan (mengembangkan diri) lebih baik dengan mengikuti perkembangan IPTEK
2. Masyarakat
- Mengikuti pola hidup sehat
- Meningkatkan peran serta masyarakat (keikutsertaan) untuk menemukan secara dini penyakitnya yang sanat membantu keberhasilan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA


Mansjoer, Arif, 2001, Kapiuta Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius FK UI.

Wiknjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kandungan, Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Manuaba, Ida Bagus Gde, 2001. Kapita SelektaPenatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB, Jakarta : EGC.

Price, Silvia A 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.

Bag. Obs-Gin FK Undip Semarang, 2001, Bunga Rampai Obstetri-ginekologi II, Semarang FK Undip Semarang.

Kamus Dorland, 2002 Jakarta : EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar