1. Konsep dan prinsip promosi kesehatan
a. Pengertian promosi kesehatan
b. Tujuan promosi kesehatan
c. Sasaran promosi kesehatan
d. Prinsip Promosi kesehatan
e. Media promosi kesehatan
A. Pengertian
Promosi kesehatan adalah suatu upaya memberdayakan individu kelompok dan masyarakat untuk memelihara dan melindungi kesehatan melalui peningkatan pengetahuan keamana serta mengembangkan iklim yang mendukung yang dilakukan dari atau oleh untuk masyarakat sesuai dengan masyarakat sesuai dengan sosial budaya dari kondisi setempat (memberdayakan – menambah – mengembangkan ).
B. Tujuan
Promosi kesehatan adalah sebagai berikut
- Terwujudnya masyarakat baru yang berbudaya hidup bersih dan sehat menuju Indonesia 2010.
- Tersosialisasinya program-program kesehatan dan terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam bagian kesehatan.
C. Sasaran
a. Primer
Masyarakat dan permasalahan kesehatan keluarga dengan masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui.
b. Skunder
Tokoh masyarakat agama adat
c. Testier
Pembuat keputusan penentu kebijakan baik pusat maupun daerah, keluarga, masyarakat, lembaga pemerintah lintah sektor, politisi swasta dan petugas pelaksanaan umum.
d. Media
- Visual
- Audio
- Audio visual dst
Macam-macam gerakan promosi kesehatan
- Gerakan karantina.
- Gerakan pengetahuan-pengetahuan kebersihan.
- Gerakan kesehatan individu
- Gerakan memperkenalkan konsep baru kesehatan masyarakat.
Secara demografis
- Jumlah penduduk banyak, mutu pendidikan kurang
- 60 % penduduk dijawa.
- Golongan usia muda yang masih konsutif
- Perkembangan penduduk masih diatas 2 %
Keadaan sosial ekonomi
- Tingkat pendidikan beragama.
- Budaya beragama
- Daya beli beragama
- Tingkat pengangguran tinggi.
Geografis
TEORI PERILAKU
Perilaku adalah tindakan dalam mewujudkan keinginan praktik seseorang untuk mewujudkan keinginan didasari atas pengetahuan dan sikap yang ingin diwujudkan. Perubahan praktik singkat sangat dipengaruhi untuk kebiasaan, pengetahuan da sikap. (Soekanto, 1992).
Menurut Green (1980) perilaku (behavior)
Adalah suatu tindakan yang mempunyai frekuensi, lama dan tujuan khusus, baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar.
Menurut Solita (1993)
Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan. Sikap dan praktek / tindakan.
Teori kognitif, menurut Broto Saputro
Menganggap bahwa perilaku adalah pada hakikatnya didasari untuk nilai-nilai dan harapan (expectation) yang subjektif dari individu.
Teori Health Belief Model
UPAYA KESEHATAN
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemeintah dan atau masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan kesehatan ini, baik kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat harus di upayakan. Upaya mewujudkan kesehatan ini dilakukan oleh individu, kelompok, masyarakat,lembaga pemerintahan, atau pun swadaya masyarakat (LSM). Upaya mewujudkan kesehatan tersebut, dapat dilihat dari dua aspek, yakni: pemeliharan kesehatan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan mencukup dua aspek, yakni: kuratif(pengobatan penyakit) dan rehabilitaif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau cacat). Sedang peningkatan kesehatan mencakup 2 aspek, yakni:preventif (pencegahan penyakit)dan promotif (peningkatan kesehatan itu sendiri). Kesehatan perlu di tingkatkan karena kesehatan itu perlu relatif dan mempunyai bentangan yang luas. Oleh sebab itu upaya kesehatan promotif ini mengandung makna bahwa kesehatan seseorang, kelompok, atau individu harus selalu diupayakan sampai tingkat yang optimal.
Upaya pemeliharan dan peningkatan kesehatan diwujudkan dalam suatu wadah pelayanan kesehatan yang disebut sarana kesehatan. Jadi sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk mnyelenggara pelayanan kesehatan, pada umumnya dibedakan menjadi tiga.
1. Sarana pemeliharan kesehatan primar (primary care ).
Sarana atau pelayanan kesehatan bagi kasus-kasus atau penyakit ringan. Sarana kesehatan primer ini adalah sarana yang paling dekatpada masyarakat, artinya pelayanan kesehatan paling pertama yang menyentuh masalah kesehatan di masyarakat. Misalnya: puskesmas, poliklinik, dokter praktek swasta, dan sebagainya.
2. Sarana pemeliharan kesehatan tingkat dua (secondary care)
sarana atau pelyanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus atau penyakit-penyakit dari sarana pelanyan kesehatan primer. Artinya sarana pelayanan kesehatan ini menangani kasus-kasus yang tidak atau belum bisa ditangani oleh sarana kesehatan primer karena peralatan atau keahliannya belum ada. Misalnya puskesmas dengan rawat inap (puskesmas pusat), rumah sakit kabubaten, rumah sakit tipe D dan C, dan rumah nersalin.
3. Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat tinggi (tertiary care)
Sarana pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus yang tidak dapat ditangani oleh sarana-sarana pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan sekunder. Misalnya rumah sakit provinsi, rumah sakit tipe B atau A.
Sarana pelayanan kesehatan primer disamping melakukan pelayanan kuratif, tetapi juga melakukan pelayanan rehabilitatif, preventif, dan promotif. Oleh sebab itu puskesmas kususnya, dikatakan melakukan pelayanan kesehatan yang komprehensif (prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif). Berdasarkan 4 dimensi kesehatan diatas yakni : fisik, mental, sosial dan ekonomi, maka pelayanan kesehatan tersebut harus juga melakukan pelayanan kesehatan fisik, mental, sosial dan bahkan ekonomi. Dalam realita sosial memang ke empat aspek tersebut sulit dipisahkan, oleh sebab itu pelayanan kesehatan yang baik adalah bersifat holistik artinya mencakup keempat jenis pelayanan tersebut.
KESEHATAN MASYARAKAT
Secara umum kesehatan dikelompokkan menjadi dua, yakni kesehatan individu dan kesehatan agregat (kumpulan individu) atau kesehatan masyarakat. Ilmu yang mempelajari masalah kesehatan individu ini adalah ilmu kedokteran (medicine) sedangkan ilmu yang mempelajari masalah kesehatan agregat adalah ilmu kesehatan masyarakat (public health). Perbedaan antara kedua disiplin ilmu kesehatan ini antara lain sebagai berikut.
1. Objek atau sasaran ilmu kedokteran adalah individu, sedangkan obyek ilmu kesehatan masyarakat adalah masyarakat. Dengan perkataan lain pasien kedokteran adalah individu, sedangkan pasien kesehatan masyarakat adalah masyarakat.
2. Kedokteran lebih memfokuskan pelayanan pada kuratif dan rehabilitatif sedangkan kesehatan masyarakat lebih memfokuskan pelayanan pada aspek preventif dan promotif.
3. Keberhasilan kedokteran apabila individu sembuh dari penyakit dan pulih kesehatannya. Sedangkan keberhasilan kesehatan masyarakat adalah apabila kesejahteraan masyarakat meningkat.
4. Indikator kesehatan individu/kedokteran adalah bebas dari penyakit/tidak sakit, tidak cacat, dan produktif, sedangkan indikator kesehatan masyarakat antara lain : angka kematian bayi, angka kematian karena melahirkan, mortalitas (angka kematian penduduk), morbiditas (angka kesakitan penduduk). Dari pengalaman-pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai abad ke-20, Winslow (1920) seseorang ahli kesehatan masyarakat, membuat batasan yang sampai sekarang masih relevan, yakni : kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk :
1. Perbaikan sanitasi lingkungan
2. Pembersihan penyakit-penyakit menular
3. Pendidikan untuk membersihkan perorangan (personal Hygiene)
4. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.
5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat mempunyai dua aspek teoritis (ilmu atau akademi) dan praktisi (aplikasi). Kedua aspek ini masing-masing mempunyai peran dalam kesehatan masyarakat. Secara teoritis, kesehatan masyarakat perlu didasari dan didukung dengan hasil penelitian. Artinya dalam penyelenggaraan kesehatan masyarakat (aplikasi) harus didasari dengan temuan (evident based) dengan hasil kajian ilmiah (penelitian). Sebaiknya, kesehatan masyarakat juga harus terapan (applied), artinya hasil studi artinya kesehatan masyarakat harus mempunyai manfaat bagi pengembangan program kesehatan.
Dilihat dari ruang lingkup atau bidang garapannya, kesehatan masyarakat tersebut mencakup : kesehatan / sanitasi lingkungan pemberantasan penyakit menular yang tidak terlepas dari epidemiologi, pendidikan kesehatan, manajemen pelayanan kesehatan, dan sebagainya. Sesuai dengan perkembangan masalah kesehatan dimasyarakat, maka kesehatan masyarakat sampai dewasa ini mencakup epidemiologi dan biostatik, sebagai “toll” analisis masalah-masalah kesehatan masyarakat. Kemudian komponen yang lain antara lain : kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, gizi masyarakat, administrasi kesehatan masyarakat, pendidikan kesehatan, dan sebagainya.
PERAN PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM KESEHATAN MASYARAKAT
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (diluar diri manusia). Faktor internal ini terdiri dari faktor fisik dan pisikis. Faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain, sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu, kelompok, maupun masyarakat, dikelompokkan menjadi 4 (Blum, 1975). Berdasarkan urutan besarnya (pengaruh) terhadap kesehatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan, yang mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya.
2. Perilaku.
3. Pelayanan kesehatan
4. hereditas (keturunan)
pemeliharaan dan peningkatan kesehatam masyarakat hendaknya juga di alamatkan kepada 4 faktor tersebut. Dengan kata lain interfensi atau upaya kesehatan masyarakat juga dikelompokkan menjadi 4 (empat), yakni interfensi terhadap faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas.
Intervensi terhadap faktor lingkungan fisik adalah dalam bentuk perbaikan sanitasi lingkungan, sedangkan intervensi terhadap lingkungan sosial, budaya, polotik, dan ekonomi dalam bentuk program-program peningkatan pendidikan, perbaikan sosial skonomi masyarakat, penstabilan politik dan keamanan, dan sebagainya. Intervensi terhadap faktor pelayanan kesehatan adalah dalam bentuk penyediaan dan atau perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan, perbaikan sistem dan manajemen pelayanan kesehatan, dan sebagainya. Sedangkan intervensi terhadap faktor hereditas antara lain. Dengan perbaikan gizi masyarakat, khususnya perbaikan gizi ibu hamil. Dengan gizi yang baik ibu hamil akan menghasilkan anak yang sehat dan cerdas. Sebaiknya ibu hamil yang kurang gizi akan melahirkan anak dengan berat badan yang kurang, sakit-sakitan, dan bodoh. Disamping itu pendidikan kesehatan bagi kelompok yang mempunyai faktor risiko menurunkan penyakit tertentu.
Pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap faktor perilaku. Namun demikian, ketiga faktor yang lain (lingkungan, pelayanan kesehatan, dan hereditas ). Juga memerlukan intervensi pendidikan kesehatan. Secara terinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Peran Pendidikan Kesehatan dalam faktor Lingkungan
Telah banyak fasilitas kesehatan lingkungan yang dibangun oleh instansi, baik pemerintah, swasta, maupun LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Banyak pula proyek pengadaan sarana sanitasi lingkungan dibangun untuk masyarakat misalnya : jamban keluarga, jamban umum, MCK (saran, mandi, cuci, kakus), tempat sampah dan sebagainya. Namun karena perilaku masyarakat, sarana atau fasilitas sanitasi tersebut, kurang atau tidak dimanfaatkan dan dipelihara sebagaimana mestinya. Agar sarana sanitasi lingkungan tersebut dimanfaatkan dan dipelihara sebagaimana mestinya. Agar sarana sanitasi lingkungan tersebut dimanfaatkan dan dipeliahara secara optimal, maka diperlukan pendidikan kesehatan bagi masyarakat. Demikian pula dengan lingkungan non fisik, akibat masalah-masalah sosial banyak warga masyarakat yang menderita stress dan gangguan jiwa. Oleh karena itu baik dalam memperbaiki masalah sosial, maupun menangani akibat masalah sosial (stres dan gangguan jiwa) diperlukan pendidikan kesehatan.
2. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Perilaku
Pendidikan eksehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan bila sakit dan sebagainya. Kesadaran masyarakat diatas disebut tingkat kesadaran /pengetahuan masyarakat tentang kesehatan atau disebut “melek kesehatan” (healt literacy)
Lebih dari itu, pendidikan kesehatan pada akhirnya bukan hanya mencapai “melek kesehatan” pada masyarakat saja, namun yang lebih pentng adalah mencapai perilaku kesehatan (healthy behaviour). Kesehatan bukan hanya diketahui atau disadari (Knowledge) dan disikapi (attitude), melainkan harus dikerjakan /dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari (practice). Hal ini bahwa tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar masyarakat dapat mempraktekkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat, atau masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (healthy life style).
3. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Kesehatan
Dalam rangka perbaikan kesehatan masyarakat, pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Kesehatan telah menyediakan fasilitas kesehatan masyarakat dalam bentuk pusat pelayanan kesehatan (puskesmas). Sampai saat ini tidak kurang dari 7.000 puskesmas telah tersebar di seluruh Indonesia. Namun pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat belum optimal atau masih rendah. Data terakhir menunjukkan baru sekitar 35% masyarakat menggunakan puskesmas.
4. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Faktor Hereditas
Orang tua, khususnya ibu adalah faktor yang sangat penting dalam mewariskan status kesehatan bagi anak-anak mereka. Orang tua yang sehat dan gizinya baik akan mewariskan kesehatan yang baik pula kepada anaknya. Sebaliknya kesehatan orang tua, khususnya kesehatan ibu yang rendah dan kurang gizi, akan mewariskan kesehatan yang rendah pula bagi anaknya. Rendahnya kesehatan orang tua, terutama ibu, bukan karena sosial ekonominya rendah, tetapi sering juga disebabkan karena orang tua atau ibu tidak engetahui bagaimana cara memelihara kesehatannya atau tidak tahu makanan yang bergisi yang harus dimakan. Oleh karena itu pendidikan kesehatan diperlukan pada kelompok ini, agar masyarakat atau orang tua menyadari dan melakukan hal-hal yang dapat mewariskan kesehatan yang baik pada keturunan mereka.
Disamping itu banyak penyakit yang dapat diturunkan kepada anak oleh orang tuanya baik ayah maupun ibu. Bagi kelompok masyarakat yang beresiko menderita penyakit keturunan ini (misal, asma, rematik, jantung koronerdsb.) harus diberikan pengertian sehubungan dengan penyakit-penyakit tersebut agar lebih berhati-hati dan mengurangi akibat serius penyakit tersebut.
Apabila kita cermati peran kesehatan dalam empat faktor yang mempengaruhi kesehatan di atas, maka sebenarnya masing-masing faktor tersebut terkait dengan perilaku manusia, yakni : perilaku masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, perilaku masyarakat dan petugas kesehatan dalam menyikapi dan mengelola fasilitas atau kesehatan dalam menyikapi dan mengeloa fasilitas atau pelayanan kesehatan, kesadaran dan praktek hidup sehat dalam mewariskan status kesehatan bagi anak atau keturunannya. Untuk mengondisikan faktor-faktor tersebut diperlukan pendidikan kesehatan. Itulah sebabnya maka pendidikan kesehatan tidak lepas dari perilaku, pendidikan kesehatan selalu terikat dengan perilaku.
Hubungan Status Kesehatan, perilaku,
Dan Pedidikan Kesehatan
Jumat, 13 Agustus 2010
PROMOSI KESEHATAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar