Selasa, 05 Oktober 2010

KTI KEBIDANAN : STUDI DESKRIPTIF FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PRIA (MOP) WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXXX

KTI KEBIDANAN BAB 1-5 Lengkap KUESIONERNYA HUB : YUYUN 081225300100
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera (BKKBN, 2005). Paradigma baru program KB Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi “ Keluarga Berkualitas 2015”. Untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas adalah keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Prawirohardjo, 2003).
Program gerakan KB nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri. Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata. Sementara ini kegiatan KB masih kurangnya dalam penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) (BKKBN, 2005).
Program KB telah memberikan hasil yang bermakna terhadap penurunan angka kelahiran. Hal ini bisa diukur dari angka kelahiran perwanita subur / Total Fertility Rate ( TFR) yang pada tahun 1970-an sebesar 5,6 anak menjadi 3,0 anak pada tahun 1990 dan 2,6 anak pada tahun 2002-2003. Angka kematian ibu hamil dan melahirkan juga menurun yaitu 500-600 per 100.000 kelahiran diduga sudah menurun menjadi sekitar 337 per 100.000 kelahiran pada tahun 1997 dan menjadi sekitar 300-305 per 100.000 kelahiran pada tahun 2004 (Syaifuddin, 2003). Salah satu metode KB permanen yang digunakan pria adalah Metode Operatif Pria (MOP). MOP/Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi pria terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi (Syaifuddin, 2006).
Pada program KB, lebih dari 95% peserta KB adalah perempuan. Di Indonesia pria yang mengikuti KB hanya 1,1% saja. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan sebab ke ikut sertaan pria dalam KB akan memberikan konstribusi yang sangat signifikan terhadap pengendalian pertumbuhan penduduk dan penanganan masalah kesehatan reproduksi, termasuk penanganan AKI dan AKB yang nantinya akan meningkatkan SDM Indonesia. Keterlibatan KB berwawasan gender sangat perlu sebab partisipasi pria dalam pelaksanaan program KB dan kesehatan reproduksi diharapkan mampu mengubah pandangan bahwa KB hanya hak dan perempuan saja, melainkan hak bersama pria dan wanita (Widodo, 2004).
Menurut Azhari (2002) dan BKKBN (2003), rendahnya peran pria dalam KB ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pengetahuan, akses terhadap pelayanan KB, sosial budaya termasuk gender, dan keterbatasan alat/ metode kontrasepsi untuk pria. Studi yang dilakukan oleh Puslitbang Biomedis dan reproduksi manusia tahun 1999 di DKI dan DIY dalam BKKBN (2001) dengan sasaran responden pria diperoleh adanya beberapa faktor utama yang menyebabkan yang menyebakan rendahnya peran pria dalam KB yaitu kurangnya pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria (47,6%), terbatasnya jenis kontrasepsi pria yang ada (19%) dan terbatasnya tempat pelayanan KB pria (17,1%) serta rumor yang berkembang negatif tentang kontrasepsi pria.
Menurut Azhari (2002) lebih dari 70% pria berpandangan bahwa KB adalah program untuk wanita, pria cukup memberi dukungan saja. Untuk vasektomi sendiri, sebagaimana dengan penelitian wibowo (2000), baru dilayani oleh 41% tempat pelayanan (klinik pemerintah) (BKKBN, 2003). Berdasarkan data BKKBN Propinsi Jawa Tengah 2008, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Propinsi Jawa Tengah tercatat sebesar 6.357.836 orang. Dan peran pria dalam KB dinilai masih rendah, baru mencapai 136027 orang (2,12%) dengan perincian MOP sebesar 65.604 orang (1,02%) dan Alkon Kondom sebesar 70.423 (1,10%).
Berdasarkan data BKBPP Kabupaten XXXX2009, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten XXXXtercatat sebesar 177.527 orang. Dan pria yang berperan aktif dalam program KB di Kabupaten XXXXbaru mencapai 4531 orang (2,55%) dengan perincian Alkon MOP sebesar 3.416 orang(1,92%), Alkon Kondom sebesar 1.115 orang (0,63%). Berdasarkan data BKBPP Kabupaten XXXX2009, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kecamatan XXXX tercatat sebesar 7663 orang. Dan pria yang berperan aktif dalam program KB di Kecamatan XXXX baru mencapai 108 orang (1,41%) dengan perincian Alkon MOP sebesar 69 orang (0,90%) dan Alkon Kondom sebesar 39 orang (0,51%).
Berdasarkan data PLKB Kecamatan XXXX 2009, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas XXXX II tercatat sebesar 4374 orang. Dan pria yang berperan aktif dalam program KB di Wilayah Kerja Puskesmas XXXX II baru mencapai 86 orang (1,97%) dengan perincian Alkon MOP sebesar 53 orang (1,21%) dan Alkon Kondom sebesar 33 orang (0,76%). Berdasarkan data PLKB Kecamatan XXXX 2009, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa XXXX tercatat sebesar 579 orang. Dan pria yang berperan aktif dalam program KB di Desa XXXX baru mencapai 30 orang (5,18%) dengan perincian Alkon MOP sebesar 21 orang (3,63%), Alkon Kondom sebesar 9 orang (1,55%).
Kenyataan dilapanganpun masih dirasakan adanya keraguan dari pihak pengelola, provider, tokoh masyarakat, bahkan sebagian dari calon akseptor (BKKBN. 2003). Sebagian laki-laki merasa enggan karena kurangnya pengetahuan tentang metode kontrasepsi pada pria (MOP) dan tempat pelayanan terbatas. Saat ini juga masih beredar mitos bahwa vasektomi beresiko terhadap kesehatan dan kejantanan.

B. Perumusan Masalah
Dari uraian dalam latar belakang diatas maka perumusan masalahnya adalah “ Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi pada pria (MOP) ? ”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi pada pria (MOP).
2. Tujuan khusus.
a. Untuk mengetahui faktor jumlah anak dalam keluarga.
b. Untuk mengetahui faktor pendidikan suami yang tidak memakai alat kontrasepsi MOP.
c. Untuk mengetahui faktor umur suami yang tidak memakai alat kontrasepsi MOP.
d. Untuk mengetahui faktor tingkat pengetahuan suami yang tidak memakai alat kontrasepsi MOP tentang MOP

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akseptor KB
Diharapkan dengan penelitian ini akseptor KB mempunyai sikap positif terhadap alat kontrasepsi sehingga mereka mampu memutuskan untuk memilih alat kontrasepsi yang tepat.
2. Bagi Bidan
Diharapkan dapat lebih meningkatkan konseling tentang metode kontrasepsi yang efektif.

3. Bagi Puskesmas
Sebagai sumbangan pemikiran dan sebagai bahan evaluasi bagi peningkatan upaya program Keluarga Berencana.
4. Bagi Instansi Terkait
Membantu memberikan tambahan pengetahuan dan dijadikan masukan dalam perencanaan program KB terutama KB MOP sehingga pelayanan KB bisa meningkat.
5. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber masukan untuk penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi pada pria (MOP) ataupun penelitian lebih lanjut berhubungan dengan penelitian ini.
6. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi pada pria (MOP).

E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini mengenai faktor - faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi pada pria (MOP) di Wilayah RW V dan RW VI Desa xxxxx Bulan Maret-April Tahun 2006. Hasil penelitian dalam penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut .
Jenis penelitian ini adalah korelasi dengan besar sampel 71 orang dan teknik pengambilan sampel adalah dengan cara Purposive Sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 71 responden itu diketahui bahwa sebagian besar responden baru mempunyai anak 2 yaitu sebanyak 30 responden (42,25%), dan sebagian besar pendidikannya adalah SMP sebanyak 23 responden (32,39%), sebagian besar responden berpengetahuan sedang yaitu 37 responden (52,11%), sebanyak 53 responden (74,65%) mengatakan sosial budayanya tidak mendukung.
Perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan sebagai berikut: Judul penelitian adalah faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi pada pria (MOP) Di Desa XXXX Wilayah Kerja Puskesmas XXXX II Kabupaten XXXX. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan menggunakan teknik deskriptif, besarnya sampel 87, serta menggunakan teknik pengambilan sampel dengan accidental sampling, instrumen penelitian menggunakan kuesioner.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI
1. Keluarga Berencana (KB)
a. Pengertian Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana diartikan sebagai tindakan yang membantu pasangan individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).
b. Tujuan Keluarga Berencana
Menurut Mochtar 2000, Tujuan keluarga berencana ada dua, yaitu :
1) Tujuan Umum
Tujuannya adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, supaya diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
2) Tujuan Khusus
Tujuannya adalah menekan angka kelahiran.


c. Manfaat Keluarga Berencana
Manfaat yang didapat apabila mengikuti program keluarga berencana adalah :
1) Menurunkan angka kematian
2) Mencegah kehamilan terlalu dini
3) Mencegah kehamilan terjadi di usia tua
4) Menjarangkan kehamilan dan persalinan
5) Mencegah terlalu sering hamil dan melahirkan
2. Kontrasepsi
a. Pengertian
1) Kontrasepsi adalah suatu alat, obat atau cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya konsepsi atau pertemuan antara sel telur dengan sel sperma di dalam kandungan/rahim. (BKKBN, 2003)
2) Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur dengan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan, sehingga kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan cara mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi dan menghalangi pertemuan sel telur dengan sel sperma. (Winkjosastro, 2002)
b. Jenis-jenis Kontrasepsi
Beberapa alat kontrasepsi yang sudah diperkenalkan sampai saat ini oleh (Hartanto, 2004) adalah :
1) Metode efektif yaitu menggunakan hormonal (pil, suntikan, implan, dan AKDR (IUD) ).
2) Metode sederhana yaitu menggunakan kondom, spermasid, koitus interuptus (Senggama terputus), dan pantang berkala.
3) Kontrasepsi mantap yaitu menggunakan MOW dan MOP.
c. Persyaratan Kontrasepsi (Syaifuddin, 2006)
Syarat suatu metode kontrasepsi yang ideal adalah :
1) Aman artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan.
2) Berdaya guna dalam arti bila digunakan sesuai dengan aturan akan mencegah terjadinya kehamilan.
3) Dapat diterima bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat.
4) Harganya terjangkau oleh masyarakat.
5) Bila metode tersebut dihentikan penggunaaanya, klien akan segera kembali kesuburannya kecuali untuk kontrasepsi mantap.
d. Konsep pemilihan alat kontrasepsi yang rasional, terbagi atas tiga masa usia reproduksi (BKKBN, 2003) :
1) Masa menunda kehamilan bagi PUS dengan istri usia di bawah 20 tahun dengan menggunakan kontrasepsi kondom, pil, suntik dan implan.
2) Masa menjarangkan kehamilan bagi PUS dengan istri usia 20-35 tahun dan jumlah anak dua orang serta jarak kelahiran 2-4 tahun, dengan menggunakan kontrasepsi AKDR, suntik, implan, pil dan kondom.
Masa mengakhiri kehamilan bagi PUS dengan usia di atas 35 tahun dengan menggunakan kontrasepsi AKDR, implan, suntik, dan kontap



1 komentar:

  1. penelitian yang sangat positif untuk mengetahui pencapaian program sebagai bahan evaluasi dan perencanaan

    BalasHapus