Senin, 18 Oktober 2010

NEW UPDATE 2010 KTI KEBIDANAN : PENGGUNAAN METODE AMENORE LAKTASI PADA IBU MENYUSUI DALAM MENUNDA KEHAMILAN DI DESA XXX

MAU LEBIH LENGKAP HUb : YUNI Hp. 081225300100
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASI (Air susu ibu) memberi segala kebutuhan makanan bayi, baik dari segi imunologis maupun psikologis. ASI juga memberi perlindungan obstetri dan kontraseptif pada ibu. di baberapa negara berkembang seperti indonesia efek kontraseptif dari laktasi adalah salah satu cara pengaturan kesuburan seorang wanita.
Penelitian mengatakan bahwa pemberian ASI dapat mempengaruhi lamanya amenore dan frekuensi ovulasi. Tingginya frekuensi pemberian ASI, lamanya setiap pemberian ASI , dan kurangnya pemberian makanan tambahan akan menurunkan kemungkinan terjadinya ovulasi.
Penelitian maenunjukan bahwa kemungkinan terjadinya ovulasi menurun hingga 1-5 % pada pemberian ASI secara penuh selama 6 bulan pertama post partum, dan apabila pemberian ASI hingga bayi berusia 2 tahun maka efek kontraseapsi yang didapatkan mampu setara dengan penggunaan sistem kalender (Stefani nindya, 2008).
Keberhasilan menyusui untuk mencegah kehamilan bisa mencapai 98%, pola menyusui yang dapat dipercaya menimbulkan infertilitas dikaitkan dengan amenore dan dapat bersifat kontraseptif apabila ibu memberikan ASI secara eksklusif 6 bulan dan selama memberikan ASI ibu belum mengalami menstruasi, hal ini karena saat kedua persyaratan itu terpenuhi akan berlangsung mekanisme perubahan hormon reproduksi pada ibu yang mengakibatkan terhentinya proses ovulasi atau pelepasan sel telur kearah rahim dengan adanya penekanan ovulasi sehingga tidak terjadi menstruasi. (Nadine Suryoprajogo, 2009).
Penundaan pemulihan kesuburan setelah persalinan dan dapat digunakan sebagai salah satu metode kontrasepsi alami. Pola menyusui yang dapat dipercaya menimbulkan infertilitas dikaitkan dengan amenore dan yang bersifat kontraseptif adalah karena terjadinya penekanan ovulasi (yang menyebabkan tidak adanya menstruasi ). Prinsiap Bellagio diformalisasikan menjadi suatu metode keluarga berencana yang dikenal sebagai metode amenore laktasi atau MAL. Metode amenore laktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu . Isapan bayi yang benar dan tanpa jadwal mampu mempertahankan kadar hormon oksitosin dan prolaktin sampai 6 bulan setelah persalinan . Apabila standar menyusui diterapkan dengan benar wanita menyusui akan tercegah dari kehamilan yang baru sampai bayi berumur 4-6 bulan. Dari hasil penelitian ditemukan 10% ibu menyusui tetap mengalami kehamilan hal ini disebabkan karena cara menyusui yang tidak benar (Anna Glesier, 2002)
Pemberaian ASI secara penuh yang berjalan dalam 6 bulan pertama tanpa makanan tambahan, merupakan suatu proteksi kontrasepsi. Dengan pemberaian ASI secara penuh sebanyak 70 % wanita mengalami amenore sampai 6 bulan dan hanya 37 % yang mengalami sampai 1 tahun.
Hubungan antara menyusui dan KB ini telah dilaporkan bahwa dengan menyusui akan terjadi amenore sampai 12-13 bulan, bahkan amenore ini menurut beberapa peneliti dapat mencapai 2 tahun (Abdul Bari, 2003).
Sejumlah studi yang dilakukan di negara berkembang telah menguji MAL secara prospektif Perez. et al (1992) memperlihatkan bahwa angka kehamilan 6 bulan komulatif adalah 0,45%. Diantara wanita yang tetap amenore selama 1 tahun (tanpa memandang apakah ibu menyusui bayinya secara penuh atau tidak sama sekali), angka kehamilan adalah 1,12% (Kazi et al, 1995). Kemungkinan besar pada masyarakat yang biasa menyusui jangka panjang merupakan hal yang biasa. Aturan- aturan MAL dapat diperluas melebihi 6 bulan pasca partum karena aktifitas ovarium mengalami penekanan jauh lebih lama. Metode amanore laktasi tidak dapat digunakan lebih dari 4 bulan pasca partum dan banyak wanita bahkan tidak dapat menggunakannya sama sekali (Anna glasier, 2002).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar