Senin, 22 November 2010

KTI BIDAN : PERBEDAAN TGKAT NYERI PD PERSALINAN NORMAL PERVAGINAM KALA I FASE AKTIF YG DLAKUKAN HYPNOBIRTHING DAN TANPA HYPNOBIRTHING PD NULLIPAR

BUTUH KTILENGKAP BAB 1-5 HUB : 081 225 300 100

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Setiap tahun lebih dari 200 juta wanita hamil. Sebagian besar kehamilan berakhir dengan kelahiran bayi hidup pada ibu yang sehat walaupun demikian pada beberapa kasus kelahiran bukanlah peristiwa membahagiakan tetapi menjadi suatu masalah yang penuh dengan rasa nyeri, rasa takut, penderitaan dan bahkan kematian (WHO, 2003).
Rasa nyeri pada persalinan adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan peningkatan aktivitas sistem syaraf simpatis. Nyeri yang hebat pada persalinan dapat menyebabkan perubahan-perubahan fisiologi tubuh seperti; tekanan darah menjadi naik, denyut jantung meningkat, laju pernafasan meningkat, dan apabila tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stres. Peningkatan konsumsi glukosa tubuh pada ibu bersalin yang mengalami stres menyebabkan kelelahan dan sekresi katekolamin yang menghambat kontraksi uterus, hal tersebut menyebabkan persalinan lama yang akhirnya menyebabkan cemas pada ibu, peningkatan nyeri dan stres berkepanjangan (Bobak, 2005, Maternity Nursing, http://health.discovery.com. Diakses tanggal 13 Maret 2009).
Nyeri dan ketakutan menimbulkan stres, yang berakibat meningkatnya sekresi adrenalin. Salah satu efek adrenalin adalah kontraksi pembuluh darah sehingga suplay oksigen pada janin berkurang, penurunan aliran darah juga menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan berakibat memanjangnya proses persalinan. Tidak hanya produksi sekresi adrenalin yang meningkat, tetapi ACTH (Adrenocorticotropin Tiroid Hormon) juga meningkat, menyebabkan peningkatan kadar kortisol serum dan gula darah. Semua efek tersebut berpotensi membahayakan ibu dan janin, oleh karena itu penanggulangan nyeri persalinan bukan hanya untuk kenikmatan saja, tetapi menjadi kebutuhan mendasar untuk memutuskan lingkaran nyeri dan segala akibat yang ditimbulkannya (Hutajulu, 2003, Pemberian Valetamat Bromida dibandingkan Hioscine Butil Bromida untuk mengurangi Nyeri Persalinan. http://library.usu.ac.id. Diakses 13 Maret 2009).
Sensasi nyeri umumnya dirasakan sangat berat terutama oleh ibu yang menjalani persalinan anak pertama (nullipara) (Ahmad, 2008. Kehadiran Suami Mengurangi Rasa Takut. http://www.kaltimpost.net. Diakses 19 Maret 2009). Hal ini diakibatkan calon ibu tidak mempunyai gambaran persalinan yang bisa menjadi acuan tentang apa yang akan terjadi selama proses persalinan, ketidak-pastian inilah yang menjadi penyebab sebagian besar kegugupan yang dirasakan calon ibu dalam menghadapi persalinannya (Nolan, 2003: 142).
Beberapa faktor yang menyebabkan rasa nyeri pada persalinan antara lain; anoksia (kekurangan oksigen) pada otot rahim, otot rahim yang berkontraksi, penegangan serviks (mulut rahim) adanya tarikan-tarikan pada tuba (saluran telur), ovarium dan ligamen-ligamen penyangga uterus, penekanan pada saluran dan kandung kemih, rektum serta regangan otot-otot dasar panggul (Suheimi, 2008, Persalinan Tanpa Rasa Nyeri. http://ksuemi.blogspot.com. Diakses tanggal 20 Maret 2009). Berbagai hambatan fisik dan psikologis pada ibu saat persalinan juga dapat menambah rasa sakit. Saat yang paling melelahkan, berat, dan kebanyakan ibu mulai merasakan sakit atau nyeri adalah kala I fase aktif , dalam fase ini kebanyakan ibu merasakan sakit yang hebat karena kegiatan rahim mulai lebih aktif. Pada fase ini kontraksi semakin lama, semakin kuat, dan semakin sering (Danuatmadja, 2004: 31 - 33).
Upaya-upaya untuk menanggulangi nyeri pada persalinan telah dilakukan berbagai cara antara lain secara farmakologi dan nonfarmakologi. Metode farmakologi pada persalinan pervaginam antara lain agen sedatif, analgesi dan anestesi. Agen sedatif berfungsi meningkatkan relaksasi, dan menginduksi rasa kantuk hanya pada tahap awal persalinan. Analgesi adalah hilangnya persepsi tentang nyeri, yang mungkin lokal, pada regional tertentu, atau mungkin pada seluruh tubuh. Lokal dan regional anestesi biasanya digunakan pada kebidanan untuk menghilangkan nyeri tanpa membahayakan janin. Analgesi dapat juga didapat dengan cara hipnosis (sugesti), medikasi sistemik, atau agen inhalasi. Anestesi adalah hilangnya kemampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri dan sensasi lainnya. Dapat dicapai dengan bermacam-macam agen dan teknik. Hilangnya rasa nyeri biasanya dihubungkan dengan anestesi umum, namun pengertian ini tidak tepat karena hilangnya sensasi secara total dapat dicapai dengan berbagai cara.
Analgesia dalam persalinan merupakan suatu problema yang unik. Sebuah persalinan dimulai tanpa adanya peringatan, dan anestesi dalam kebidanan mungkin diperlukan meskipun penderita baru saja selesai makan. Lebih lanjut lagi, pengosongan lambung menjadi lebih lambat selama kehamilan dan bahkan menjadi sangat lambat selama persalinan terutama setelah diberikan analgesia. Muntah dengan aspirasi cairan lambung adalah ancaman yang serius dan sering menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas maternal.
Ada tiga prinsip yang sangat esensial pada penghilang nyeri di kebidanan yaitu, mudah, aman bagi ibu, dan aman bagi fetus. Wanita yang mendapat analgesi dalam bentuk apapun harus dimonitor secara ketat. Karena resikonya bervariasi tergantung dari tipe analgesi yang dipilih. Monitor yang baik setelah pemberian anestesi spinal atau epidural anestesi termasuk pengukuran berkala tekanan darah, level anestesi, dan pengukuran oksigenasi dari ibu dengan menggunakan pulse oksimeter. Pengendalian nyeri dengan menggunakan farmakologi lebih mahal dan mempunyai efek samping pada ibu dan bayi (http://www.bluefame.com. Diakses 22 Maret 2009).
Cara-cara yang dilakukan harus memenuhi berbagai persyaratan antara lain aman, efektif dan mempunyai angka kepuasan yang tinggi, efek samping ibu minimal dan tidak menyebabkan gejala sisa pada ibu maupun bayi (Suhair, dkk, 2008, Perbandingan Evektifitas Tentang Transdermal dengan Plasebo sebagai Analgesia pada Persalinan Kala I Fase Aktif. http://www.Obsgin-unsri.org. Diakses tangal 21 Maret 2009). Menurut potter (2005: 1531) metode nonfarmakologi antara lain distraksi, biofeed back, hipnosis-diri, mengurangi persepsi nyeri, serta stimulasi kutaneus (masase, mandi air hangat, kompres panas atau dingin, dan stimulasi saraf elektrik transkutan). Pengendalian nyeri nonfarmakologi lebih murah, simpel, efektif, dan tanpa efek yang merugikan, metode ini juga dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan karena ibu dapat mengontrol perasaannya dan kekuatannya (Arifi, 2007, Teknik Akupuntur pada Nyeri Persalinan, http://lely-nursing-info.blogspot.co.id. Diakses 26 Maret 2009).
Intervensi untuk mengurangi ketidak-nyamanan atau nyeri selama persalinan nonfarmakologi yang salah satunya dengan menggunakan teknik relaksasi menurut Dick-Read dan Lamage (1944) bahwa nyeri persalinan yang disebabkan oleh sindrom takut, tegang dan nyeri (fear-tension-paint-syndrome) dapat dikurangi dengan berbagai metode yaitu menaikkan pengetahuan ibu-ibu hamil tentang hal-hal yang akan terjadi pada suatu persalinan (Bobak, 2004, Maternity Nursing, http://health.discovery.com. Diakses tanggal 13 Maret 2009).
Berbagai tindakan keperawatan dapat dilakukan untuk meringankan nyeri yang dirasakan ibu bersalin untuk mencegah terjadinya komplikasi persalinan. Hypnobirthing merupakan teknik untuk mencapai relaksasi yang menggunakan pola pernapasan lambat, fokus, tenang dan dalam keadaan sadar penuh (Anonim, 2007, http://www.hanyawanita.com. Diakses tanggal 23 Maret 2009).
Selain itu hypnobirthing mampu melancarkan air susu ibu (ASI) bagi ibu setelah melahirkan, menjaga agar tidak mengalami baby blues, memiliki bayi yang sehat secara fisik dan psikologi, mengontrol emosi agar terhindar dari stres, serta menjaga diri dari ketakutan dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari depresi. Semua itu didasari dengan pengendalian pikiran negatif yang dapat membuat tubuh menjadi sakit serta lebih mengembangkan pikiran yang positif akan berdampak positif bagi tubuh (Pro-Vclinic, 2008. Hypnobirthing Tidak Sakit Lagi. http://www.pro-vclinic.com./2008/11. Diakses tanggal 24 Maret 2009).
Persalinan dengan metode hypnobirthing harus berfokus untuk menghilangkan sindrom ketakutan, ketegangan, nyeri (fear-tension-paint-syndrome), bersemangat dan siap menyongsong persalinan yang normal alami dalam keadaan sadar dan terjaga, serta bebas dari rasa takut dan nyeri yang ditimbulkanya. Rasa takut menyebabkan pembuluh-pembuluh arteri yang mengarah ke rahim berkontraksi dan menegang, sehingga menimbulkan rasa sakit (nyeri). Kalau tanpa adanya rasa takut, otot-otot melemas dan melentur, servik (leher rahim) dapat menipis serta membuka secara alami sewaktu tubuh berdenyut secara berirama dan mendorong bayi dengan mudah sehingga membuat persalinan berlangsung secara lancar relatif lebih cepat dengan keluhan nyeri yang sangat minimal. Dengan terbiasanya ibu melakukan relaksasi, jalan lahir untuk janin akan lebih mudah terbuka sehingga ibu tidak akan terlalu kelelahan saat melahirkan. Jadi dengan latihan relaksasi yang rutin, ibu akan terbiasa pada kondisi ini dan akan sangat terbantu dalam proses persalinannya (Andriana, 2007: 37).
Penelitian yang sejenis adalah Yuliatun (2008), meneliti tentang pengalaman ibu yang dilakukan metode hypnobirthing saat persalinan, dengan menggunakan wawancara. Hasil penelitian tersebut adalah sebagian besar ibu yang mengalami persalinan dengan cara metode hypnobirthing tidak merasakan sakit karena tidak ada robekan pada jalan lahir maupun luka episiotomi, sehingga ibu yang setelah melahirkan bisa langsung melakukan aktifitas seperti biasa.
Menurut data pada bulan agustus 2008 di daerah Jawa Tengah terdapat beberapa rumah sakit atau rumah bersalin yang menggunakan persalinan dengan metode hypnobirthing diantaranya rumah bersalin Margo Waluyo di Solo, rumah sakit Happyland di Yogyakarta, rumah bersalin xxx di Cilacap, rumah sakit YAKKUM di Kebumen, dari data tersebut peneliti akan melakukan penelitian di rumah bersalin TANTRI Cilacap dengan alasan, karena rumah bersalin xxxx mempunyai dua metode persalinan yaitu persalinan normal dengan menggunakan metode hypnobirthing dan tanpa menggunakan metode hypnobirthing sehingga dapat mempermudah peneliti untuk membandingkan perbedaan tingkat nyeri pada persalinan kala I fase aktif yang dilakukan hypnobirthing dan tanpa hypnobirthing pada nullipara (Pro – Vclinic, 2008. Hypnobirthing Tidak Sakit Lagi. http://www.pro-vclinic.com./2008/11. Diakses tanggal 24 Maret 2009).
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa ibu dalam proses persalinan akan mengalami rasa nyeri. Salah satu tindakan untuk mengatasinya adalah melakukan hypnobirthing. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang “perbedaan tingkat nyeri pada persalinan normal pervaginam kala I fase aktif yang dilakukan hypnobirthing dan tanpa hypnobirthing pada nullipara di rumah bersalin xxx tahun 2009”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini “Adakah perbedaan tingkat nyeri pada persalinan normal pervaginam kala I fase aktif yang dilakukan hypnobirthing dan tanpa hypnobirthing pada nullipara di rumah bersalin xxx tahun 2009 ”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui perbedaan tingkat nyeri pada persalinan normal pervaginam kala I fase aktif yang dilakukan hypnobirthing dan tanpa hypnobirthing pada nullipara di rumah bersalin



Tidak ada komentar:

Posting Komentar