Sabtu, 20 November 2010

KTI KEBIDANAN TERBARU 2010 : PERSEPSI CALON PENGANTIN TENTANG PROSES KEHAMILAN DI WILAYAH KECAMATAN XXX

KTI LENGKAP MURAH FILE MS WORD BAB 1-5 HUBUNGI Hp. 081 225 300 100
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat menjadi tempat tumbuh kembangnya regenerasi masyarakat (Fatayat NU, 2003)
Membangun keluarga harmonis, bahagia, sejahtera dan mandiri merupakan keinginan setiap pasangan muda calon pengantin yang membangun kehidupan rumah tangga melalui jenjang pernikahan.
Secara operasional program ketahanan keluarga dapat dilakukan melalui pembinaan ketahanan keluarga diantaranya adalah pembinaan calon pengantin. Pembinaan calon pengantin dapat dimulai dari pendewasaan usia perkawinan, bagi perempuan 20 tahun dan laki – laki 25 tahun. (buletin informasi BKKBN,2006) . Angka statistik pernikahan dini dengan pengantin berumur dibawah 16 tahun , secara nasional mencapai lebih dari seperempat. Bahkan dibeberapa daerah sepertiga , dari pernikahan yang terjadi, tepatnya di Jawa Timur 39,43%, Kalimantan Selatan 35,48%, Jambi 30,63%, Jawa Barat 36%. Dibanyak daerah pedesaan, pernikahan seringkali dilakukan segera setelah anak perempuan mendapat haid pertama. (Adek Ratna Jameela,2003).
Dengan adanya pendewasan usia perkawinan maka akan membantu dalam kesiapan fisik,mental, dan social dari calon pengantin. Selain pendewasaan usia perkawinan, para calon pengantin yang akan membina keluarga menjadi penting untuk mengetahui kesehatan reproduksi. Namun tidak sedikit dari calon pengantin tersebut memiliki bekal pengetahuan keiapan mental yang memadai bagaimana kehidupan rumah tangga. Apalagi pengetahuan yang menyangkut kesehatan reproduksi dan keluarga berencana yang menjadi landasan dasar dalam membangun keluarga sejahtera / berkualitas. (BKKBN, 2005). Oleh karena itu calon pengantin juga harus dibekali dengan pegetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi dan hak – hak reproduksi sehingga siap untuk menjadi seorang ibu atau seorang ayah. (BKKBN,2006).
Kesehatan reproduksi yang dimaksud disini adalah bagaimana proses kehamilan terjadi. Sebelumnya, terdapat 3 kesiapan yang menyatakan bahwa para calon pengantin siap untuk menyambut hadirnya kehamilan, yaitu pertama disebut dengan siap fisik yang berarti kesiapan usia reproduksi sehat yaitu 20-30 tahun bagi wanita. Kedua disebut siap sosial dan ekonomi yang berarti mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti pakaian, makanan, minuman, tempat tinggal, dan pendidikan. Ketiga disebut siap mental/emosi/psikologis yang berarti kesiapan mental adalah dimana pasanngan calon pengantin ingin mempunyai anak dan sudah siap menjadi orang tua termasuk mengasuh dan mendidiknya.(bulletin kencana,2006). Kehamilan terjadi berawal peristiwa fertilisasi yaitu saat spermatozoa membuahi ovum di tuba fallopi,kemudian terjadilah zigot,zigot membelah secara mitosis menjadi dua, empat, delapan, enambelas, dan seterusnya. Pada saat 32 sel disebut morula, di dalam morula terdapat rongga yang disebut blastosel yang berisi cairan yang dikeluarkan oleh tuba fallopi, bentuk ini kemudian disebut blastosit. Lapisan terluar blastosit disebut trofoblas merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon tembuni atau ari-ari (plasenta), sedangkan masa di dalamnya disebut simpul embrio (embrionik knot) merupakan calon janin. Blastosit ini bergerak menuju uterus untuk mengadakan implantasi (perlekatan dengan dinding uterus). Pada hari ke-4 atau ke-5 sesudah ovulasi, balstosit sampai di rongga uterus, hormon progesterone merangsang pertumbuhan uterus, dindingnya tebal, lunak, banyak mengandung pembuluh darah, serta mengeluarkan secret seperti air susu (uterin milk) sebagai makanan embrio. Enam hari setelah fertilisasi, trofoblas menempel pada dinding uterus (melakukan implantasi) dan melepaskan hormone korionik gonadotropin. Hormon ini melindungi kehamilan dengan cara menstimulasi hormon estrogen dan progesterone sehingga mencegah terjadinya menstruasi. Trofoblas kemudian menebal beberapa lapis, permukaannya berjonjot dengan tujuan memperluas daerah penyerapan makanan. Embrio telah kuat menempel setelah hari ke-12 dari fertilisasi.( Biologi - Kehamilan dan Persalinan, 2006 ). Agar mudah mendapatkan kehamilan maka kedua pasangan harus menjaga kesehatannya dan melakukan hubungan seksual diusahakan disesuaikan dengan masa subur wanita.
Angka statistic menunjukkan lebih dari 75% calon pengantin yang berpersepsi bahwa proses kehamilan akan terjadi saat pria dan wanita melakukan hubungan seksual, ada juga yang mengatakan bahwa proses kehamilan terjadi karena pertemuan antara darah ibu dengan cairan bapak. (Nico Asolokobal,2003). Persepsi diatas timbul karena adanya informasi atau interaksi baik secara verbal maupun non verbal. Tetapi persepsi diatas dapat diubah dengan memberikan informasi kepada seseorang / organisasi yang memiliki persepsi tersebut. (Cah Pacitan,2008).
Dari studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada tanggal 14-15 Januari 2010 dengan cara door to door dan mewawancarai 10 calon pengantin wanita di wilayah kecamatan xxx Kabupaten xxx, didapatkan 8 dari 10 responden menyatakan tidak pernah diberi pembekalan atau penyuluhan dari pihak manapun mengenai kehamilan atau tentang kesehatan reproduksi pra nikah dan juga tidak mengetahui bagaimanakah kehamilan terjadi serta bagaimana perawatannya saat hamil. Dari keterangan diatas penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana persepsi calon pengantin tentang proses kehamilan di wilayah Kecamatan xxx Kabupaten xxx.

B.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas penulis merumuskan permasalahan penelitian ini adalah “ Bagaimana Persepsi Calon Pengantin tentang Proses Kehamilan di Wilayah Kecamatan xxx Kabupaten xxx”.

C.Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui persepsi calon pengantin tentang proses kehamilan di wilayah kecamatan xxx.
2.Tujuan Khusus
a)Untuk mengetahui tentang pengertian kehamilan
b)Untuk mengetahui tentang tanda – tanda kehamilan
c)Untuk mengetahui tentang proses kehamilan
d)Untuk mengetahui tentang perawatan selama hamil trimester pertama
D.Manfaat Penelitian
1.Manfaat Teoritis
Dalam ilmu pengetahuan adalah memberi sumbangan dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi masyarakat.
2.Manfaat Praktik
a.Bagi wilayah kecamatan xxx
Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk memberi pembekalan kepada calon pengantin tentang kesehatan reproduksi
b.Bagi peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai kesehatan reproduksi calon pengantin dan dalam rangka memenuhi Tugas Akhir Program Diploma Kebidanan xxx.
c.Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat digunakan data dasar untuk melaksanakan penelitian yang lebih lanjut.

E.Keaslian Penelitian
Dalam penelitian persepsi yang dilakukan oleh Marlina Ayu Wulandari subjek yang diteliti adalah remaja, yang membahas tentang keputihan, menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan wawancara, dan dilakukan pada bulan juli-agustus 2008.
Sedang dalam penelitian yang penulis lakukan, penelitian tentang persepsi, subjek yang diteliti adalah calon pengantin wanita, yang membahas tentang proses kehamilan, menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan cara wawancara dan penelitian dilakukan pada bulan februari-maret 2010.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Persepsi
Pengertian
Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa inggris perception, berasal dari bahasa latin perception ; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil (Sobur, 2009).
Persepsi (perception) dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara sesseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978, dalam Sobur, 2009).
Persepsi merupakan suatu yang didahului oleh proses pengindraan yaitu merupkan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra atau juga disebut proses sensoris. Namun prose situ tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tesebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Desiderato, 1976 : 129, dalam Jalaluddi R, 2001).
Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih mengorganisasikan, dan menafsirkan ransangan dari linkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. (Mulyana, 2001)
Persepsi adalah proses diterimanya rangsang (objek, kwulitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti (Irwanto, 2002).
Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika kita tidak akurat kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyono, 2000 : 167-168 dalam sour, 2009).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar