Selasa, 23 November 2010

KTI KEBIDANAN NEW 2010 : TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL DALAM MENCEGAH TERJADINYA ABORTUS DI POLI KLINIK

BUTUH REFERENSI KTI INI LENGKAP HUB : 081 225 300 100
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Penyebab langsung kematian Ibu di Indonesia adalah pendarahan, infeksi dan eklamsia. Hanya sekitar 5 % kematian Ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis (Saifudin, 2005).
Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan (2007) menyebutkan bahwa 90 % kematian Ibu disebabkan oleh pendarahan, toksemia gravidarum, infeksi , partus lama dan komplikasi abortus. Komplikasi abortus itu sendiri meliputi pendarahan yang merupakan penyebab pertama kematian ibu di Indonesia infeksi perforasi, gagal ginjal akut, dan syok. Oleh karena itu BKKBN (2005) melaporkan abortus sebagai penyebab kematian maternal ke 4 setelah pendarahan, keracunan kehamilan (eklamsi maupun pre eklamsi) dan infeksi (Illewlyn, 2002).
Diketahui sekitar 15 – 40 % dari angka kejadian abortus terjadi pada ibu yang sudah dinyatakan positif hamil dan sisanya pada ibu yang sebelumnya belum mengetahui dirinya hamil. Departemen kesehatan RI (2003) meyatakan tingkat abortus di Indonesia masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara¬-negara maju di dunia, yakni mencapai 2,3 juta abortus per tahun. Dari 2,3 juta kasus yang terjadi di Indonesia, sekitar 1 juta terjadi secara spontan, 0,6 juta diaborsi karena kegagalan KB dan 0,7 diaborsi karena tidak digunakannya alai KB. Fauzi (2003) menambah bahwa angka abortus spontan di Indonesia adalah 10 – 15 % dari 6 juta kehamilan tiap tahunnya atau berkisar 600 – 900 ribu/tahun. Sedangkan kejadian abortus buatan sekitar 750.000 – 1.000.000/tahun (Affandi, 2003).
Wanita yang berusia 40 tahunan masih bisa sukses, untuk mengandung secara normal. Namun, kualitas telur yang akan dibuahi buruk dan itu menjadi masalah pada pembuahan. Jadi, jangan menunda kehamilan hingga, usia ini karena, kesuburan wanita di atas 35 tahun mulai menurun, kehamilan dan persalinan pada usia im mempunyai resiko yang lebih besar pada kesehatan ibu dan bayinya. Mereka juga mempunyai resiko keguguran lebih besar (Indarti, 2007).
Narsin (1999) mengemukakan bahwa, kejadian abortus pada wanita yang berpendidikan rendah adalah pekerja yang banyak membutuhkan banyak tenaga, selain itu pengetahuan yang kurang dan faktor ketidaktahuan lalu bersikap masa bodoh terhadap kehamilannya sehingga cenderung untuk abortus lebih banyak (Damayanti, 2004).
Dari data yang diperoleh di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Xxx selama, tahun 2009 terdapat 218 (13,42 %) kasus abortus dari 1625 ibu hamil yang periksa di Poli Klinik Kebidanan dan kandungan RSUD Kota Xxx dengan 80,27 % (175 kasus) abortus incomplet dan 19,73 % (43 kasus missed abortus).
Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan di Poli Klinik Kebidanan dan kandungan pada 10 ibu hamil, 7 (70%) diantaranya tidak mengetahui tentang cara mencegah abortus dan 3 (30 %) diantaranya sudah sedikit mengerti tentang cara mencegah abortus.
Oleh karena, itu penulis tertarik untuk mengambil judul "TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL DALAM MENCEGAH TERJADINYA ABORTUS DI POLI KLINIK Kebidanan dan Kandungan RSUD Kota Xxx.

B. Perumusan Masalah
BKKBN (2005) melaporkan abortus sebagai penyebab kematian maternal ke 4 setelah pendarahan, keracunan kehamilan (eklamsi maupun pre eklamsi) dan infeksi. Departemen kesehatan RI (2003) meyatakan tingkat abortus di Indonesia masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara¬-negara maju di dunia, yakni mencapai 2,3 juta abortus per tahun.
Data di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Xxx selama, tahun 2009 terdapat 218 (13,42 %) kasus abortus dari 1625 ibu hamil yang periksa di Poli Klinik Kebidanan dan kandungan RSUD Kota Xxx dengan 80,27 % (175 kasus) abortus incomplet dan 19,73 % (43 kasus missed abortus). Dari 10 ibu hamil, 7 (70%) diantaranya tidak mengetahui tentang cara mencegah abortus dan 3 (30 %) diantaranya sudah sedikit mengerti tentang cara mencegah abortus. Maka peneliti menentukan Riset Questions “Bagaimana tingkat pengetahuan ibu hamil dalam mencegah terjadinya abortus?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan Ibu hamil dalam mencegah terjadinya abortus di Poli Klinik Kebidanan dan Kandungan RSUD Kota Xxx
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik Ibu hamil di Poli Klinik Kebidanan dan Kandungan RSUD Kota Xxx.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan Ibu hamil dalam mencegah terjadinya abortus di Poli Klinik Kebidanan dan Kandungan RSUD Kota Xxx.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi
1. Ibu Hamil
Dapat memberikan informasi kepada ibu tentang bagaimana cara mencegah terjadinya abortus. Sehingga kehamilan dapat berjalan dengan lancar dan ibu dapat melahirkan bayinya dengan selamat.
2. Tenaga Kesehatan
Dapat memberikan masukan pada tenaga kesehatan yang lain untuk terus memberikan pendidikan tanda bahaya kehamilan khususnya abortus.


3. Akademi Kebidanan
Dapat menjadikan masukan dalam memberikan materi khususnya dalam mencegah terjadinya abortus.
4. Peneliti
Dapat menambah pengetahuan tentang cara mencegah terjadinya abortus, serta menerapkan teori yang diperoleh selama pendidikan.
5. Peneliti yang Lain
Dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengetahuan ibu hamil dalam mencegah terjadinya abortus.



E. Keaslian Penelitian
Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian yang terkait dengan abortus adalah sebagai berikut :
No Pengarang Judul Sampel Metode Hasil
Siti Sumarni
(2004)

Study deskriptif faktor- faktor yang menyebabkan abortus di RSLJD Dr. Soeselo Slawi 150 kasus Abortus Metode
Diskriptif
Kejadian abortus
berdasarkan faktor
abortus di RSUD Dr.
Soeselo Slawi adalah
tidak terdeteksi penyebabnya ada
116 kasus (77, 33 %), faktor maternal. 27 (18 %),
lingkungan 7 (4,67)
Sasminaryati
(2008) Hubungan antara usia dan paritas Ibu hamil dengan kejadian abortus di RSUD Kota Salatiga 52 responden yang mengalami abortus Metode cros
sectional Kejadian abortus sebagian besar dialami oleh Ibu yang berusia, < 20 tahun (42,3 %) dan usia, > 35 tahun (34, 6 %).
Faktor paritas primipara dan grandemultipara adalah golongan paritas yang banyak mengalami abortus, yaitu masing-masing 40,4 %.



Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu sampelnya, dalam penelitian ini sampelnya 34 ibu hamil sedangkan penelitian terdahulu sampelnya adalah ibu yang mengalami abortus. Dalam penelitian terdahulu variabel penelitian adalah faktor-faktor yang menyebabkan abortus, hubungan usia dan paritas dengan kejadian abortus dan dalam penelitian sekarang variabelnya adalah tingkat pengetahuan ibu hamil dalam mencegah terjadinya abortus.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI
1. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu (Notoatmojo, 2003). Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
b. Manfaat Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan atau kognitif menjadi domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).
Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh ilmu pengetahuan akan langgeng dari perilaku yang didasari oleh pengetahuan.
c. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2003) dibagi 6 tingkatan yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu artinya mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benamr tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi artinya sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisa (analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar