Rabu, 17 November 2010

KTI KEBIDANAN : TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG PERAWATAN PAYUDARA DI RB XXX KABUPATEN XXX TAHUN 2010

BUTUH KTI INI MURAH HUB : 081 225 300 100
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air susu ibu (ASI) adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya. Meski demikian, tidak semua ibu mau menyusui bayinya karena berbagai alasan. Misalnya takut gemuk, sibuk, payudara kendor dan sebagainya (Roesli, 2008).
Di lain pihak, ada juga ibu yang ingin menyusui bayinya tetapi mengalami kendala. Biasanya ASI tidak mau keluar atau produksinya kurang lancar. Banyak hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI. (Ambarwati, 2008).
ASI sebagai bahan makanan alamiah adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkan. Selain komposisinya sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang berubah sesuai kebutuhan, ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat menghindarkan bayi dari berbagai penyakit. Sedemikian rupa banyaknya manfaat dan pentingnya ASI, maka seorang ibu dan tenaga kesehatan harus memperhatikan kecukupan ASI pada bayi. Oleh karena itu disini peran seorang ibu harus dipersiapkan sebaik mungkin pada proses laktasi baik pada masa prenatal maupun pada masa post natal. Salah satunya adalah melakukan perawatan payudara pada ibu nifas untuk memperlancar laktasi. (Ambarwati, 2008).
Data menunjukkan bahwa pemberian ASI pada bayi berumur 2 bulan hanya 64 persen. Persentase ini kemudian menurun cukup tajam menjadi 46 persen pada bayi berumur 2 – 3 bulan dan 14 persen pada bayi berumur 4 – 5 bulan. Keadaan lain yang memprihatinkan, adalah 13 persen dari bayi berumur di bawah 2 bulan telah diberi susu formula dan 15 persen telah diberi makanan tambahan (SDKI 2002). Untuk Jawa Tengah, Pemberian ASI hanya sebesar 54% pada usai 2-3 bulan dan untuk usia 4-12 bulan hanya 35% (Profil kesehatan provinsi jateng, 2007). Sedangkan Kabupaten Xxx untuk bayi berusia 1-3 bulan hanya sebesar 52% yang mendapat ASI dan yang berusia 3-6 bulan hanya 42% (Dinkes Xxx, 2008).
Berbagai hal mempengaruhi pengeluaran ASI yakni diperlukan hormon oksitosin yang kerjanya dipengaruhi oleh proses hisapan bayi. Semakin sering puting susu dihisap oleh bayi maka semakin banyak pula pengeluaran ASI. Hormon oksitosin sering disebut sebagai hormon kasih sayang. Sebab, kadarnya sangat dipengaruhi oleh suasana hati, rasa bahagia, rasa dicintai, rasa aman, ketenangan, relaks, perawatan payudara, konsumsi rokok dan alcohol serta umur kehamilan saat melahirkan (Siregar. A, 2009).
Salah satu alasan tidak diberikanya ASI pada bayi adalah para ibu menyusui merasa bahwa ASI yang dikeluarkanya kurang untuk kebutuhan bayi. Hal tersebut juga diikuti dengan ibu hamil yang melakukan perawatan payudara secara khusus yang bertujuan untuk memaksimalkan agar ASI yang keluar dapat maskimal belum sepenuhnya dilakukan, sehingga kuantitas ASI yang dikeluarkanpun tidak dapat maksimal padahal manfaat Air Susu Ibu (ASI) tidak perlu diragukan lagi (Suradi, 2002).
Perawatan payudara yang baik dan benar memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan Produksi ASI. Selain memaksimalkan produksi ASI eksklusif, perawatan payudara yang baik dan benar dapat menghindarkan ibu dari bahaya pembengkakan payudara, saluran ASI tersumbat (Sibuea, 2003).
Penyumbatan payudara yang sering terjadi pada masa nifas sebenarnya dapat dicegah dengan dilakukannya perawatan payudara sebelum dan setelah melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara berttjuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin yaitu 1- 2 han setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehani (Huliana, 2003). Perawatan payudara yang dilakukan meliputi pengurutan payudara, pengosongan payudara, pengompresan payudara dan perawatan puting susu.
Dengan perawatan payudara pada ibu nifas yang baik maka laktasi akan lancar, sehingga akan memberikan kecukupan ASI pada bayi yang baru dilahirkan. Tanda-tanda bayi yang mendapatkan ASI cukup antara lain : (1) setelah menyusu bayi akan tidur/tenang; (2) selama 3-4 jam bayi kencing lebih sering sekitar 8 kali sehari; (3) BB bayi naik dengan memuaskan sesuai dengan umur (Soetjiningsih, 2001). Sebaliknya apabila ASI tidak dapat keluar dengan lancar maka akan terjadi kegagalan dalam proses laktasi.
Sebagai seorang tenaga kesehatan khususnya bidan harus benar-benar memperhatikan betapa pentingnya perawatan payudara untuk mempelancar produksi ASI. Perawatan payudara bisa dilakukan secara teratur 2 kali sehari selama + 15 menit yaitu pagi dan sore sebelum mandi, menjaga kebersihan payudara, menggunakan BH yang menyokong payudara, perawatan payudara dihentikan apabila ibu merasa nyeri
Dari study pendahuluan yang dilakukan penulis pada bulan Januari 2010 terhadap 12 ibu-ibu menyusui dan pernah menyusui di wilayah kerja di RB XXX melalui wawancara kepada 12 orang dan mendapatkan hasil 2 orang (16,7%) yang masih dan pernah memberikan ASI pada bayinya dan melakukan perawatan payudara dengan baik sesuai dengan teori. Sedangkan sisanya 10 (83,3%) tidak melakukan perwatan payadara (RB Xxx).
Dari uraian masalah di atas, Peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Tingkat Pengetahuan Ibu menyusui tentang Perawatan Payudara di RB Xxx Kabupaten Xxx Tahun 2010”.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar