Rabu, 16 Maret 2011

KTI KEBIDANAN TERBARU : STUDI DESKRIPTIF KARAKTERISTIK DAN KECEMASAN WANITA DENGAN KANKER SERVIKS DI RS

BERMINAT HUB. 081 225 300 100
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hak atas kesehatan reproduksi dijamin melalui serangkaian konvensi internasional yang juga ditandatangani Pemerintah Indonesia, yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan.

Hak atas kesehatan reproduksi juga dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diamandemen, yang menyebutkan bahwa kesehatan adalah bagian dari hak asasi manusia. Salah satu upaya pembangunan bidang kesehatan tersebut diwujudkan dalam usaha untuk meningkatkan derajad kesehatan para ibu karena banyaknya kasus-kasus penyakit yang terjadi pada wanita, terutama mengenai masalah yang menyangkut organ-organ reproduksi. Salah satu masalah yang sering terjadi pada wanita baik di negara Eropa maupun negara berkembang seperti Indonesia adalah peningkatan penyakit kanker serviks. (Miraz, 2010).
Kejadian kanker leher rahim secara global menduduki urutan kedua setelah kanker payudara, insidensi tiap tahun sekitar 500.000 dan kematian sebanyak 288.000 orang. Di XxxXxx dari tahun ke tahun jumlah penderita karsinoma serviks uteri cenderung meningkat. Kasus terbanyak karsinoma serviks uteri adalah di kota Xxx yaitu sebesar 615 kasus (30,20%) dibandingkan dengan jumlah keseluruhan karsinoma serviks uteri di kabupaten atau di kota lain di XxxXxx (Depkes RI, 2005).
Data yang diperoleh dari RSUP Xxx Xxx yang merupakan tempat rujukan kasus kanker serviks uteri di XxxXxx karena memiliki teknologi yang lebih canggih untuk menangani kasus kanker serviks uteri dibandingkan rumah sakit lainnya dan merupakan rumah sakit tipe A didapatkan angka kejadian kanker serviks uteri di bangsal ginekologi RSUP Xxx pada tahun 2006 terdapat 416 (27.97%) kasus kanker serviks uteri dari jumlah 1487 kasus ginekologi dan tahun 2007 terdapat 554 kasus kanker serviks uteri dan menempati urutan pertama dari penyakit keganasan. Data ini menunjukkan bahwa pada tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 25% dari sebelumnya. Jumlah penderita kanker serviks dipoli K.224 RSUP Dr.Xxx pada tahun 2008 adalah 3861 orang, sedangkan pada tahun 2009, jumlah penderita kanker serviks dipoli K.244 RSUP Dr.Xxx Xxx adalah 4827. Hal ini menunjukkan adanya kenaikan 25% dari tahun 2008 ke 2009. (Laporan tahunan RSDK, 2009).
Beberapa faktor yang diduga meningkatkan kejadian kanker leher rahim yaitu faktor sosiodemografis yang meliputi usia, status sosial ekonomi, dan faktor aktifitas seksual yang meliputi usia pertama kali melakukan hubungan seks, pasangan seks yang berganti-ganti, paritas, kurang menjaga kebersihan genital. Sebuah penelitian multisenter oleh IARC mendapatkan paritas lebih atau sama dengan 7 risiko kanker serviks meningkat 4 kali dibandingkan nullipara. Kanker leher rahim meningkat sejak usia 25-34 tahun dan menunjukkan puncaknya pada usia 35-44 tahun ((Diananda, 2007).
Akibat kanker serviks akan menimbulkan masalah, terutama masalah akan timbul pada kesakitan, penderitaan, kematian financial dan ekonomi, masalah pada lingkungan kehidupan dan masalah pada pemerintah. Maka pentingnya penanggulangan kanker serviks secara menyeluruh dan terintegrasi (Faizal Yatim, 2005). Dampak reaksi psikologis yang ditimbulkan dari masalah lingkungan kehidupan menimbulkan reaksi yang sangat beragam, namun ada enam reaksi psikologis yang utama, yaitu kecemasan, depresi, perasaan kehilangan control, gangguan kognitif atau status mental (impairment), gangguan seksual serta penolakan terhadap kenyataan (denial). Gambaran psikologis pasien yang datang pada pemeriksaan medis menunjukan tingginya tingkat kecemasan, rasa marah, dan keterasingan (majalah farmasia, 2008).
Gangguan psikologi seperti depresi, kecemasan, kemarahan, perasaan tidak berdaya dan tidak berharga dialami antara 23%-66% pasien kanker. Diperkiraan saat ini ada sekitar 25% pasien kanker yang mengalami depresi berat. Banyak penelitian juga menunjukan pasien kanker mengalami masalah depresi yang berat (Affandi, 2008).
Psikologi yang berkaitan dengan diagnosis kanker sering kali tidak ditegakan oleh petugas medis sampai pada suatu saat mencapai keadaan kritis yang jelas terlihat baru kemudian dilakukan rujukan kepada bagian psikiatri dan keadaan pasien biasanya kritis biasanya sudah menjadi sangat depresif, cemas dan mungkin juga sampai pada suatu keinginan untuk bunuh diri. Psikologis yang kompleks dapat menjadi pemicu munculnya kondisi yang menekan atau stres pada diri klien. Penanganan Psikologis (misalnya penanganan stres) sangat baik dilakukan pada masa dini, karena melalui penanganan tersebut diharapkan klien akan cepat merasa tenang, terlepas dari kondisi stress dan perasaan tertekan, sehingga diharapkan klien dapat memperoleh prognosis yang lebih baik (Diar, 2009).
Berdasarkan penelitian terhadap tingkat kecemasan wanita dengan kanker serviks yang dilakukan di RSUP Dr Xxx pada Oktober sampai Desember 2005 oleh Siwi Indriatmi maka didapat hasil bahwa wanita yang menderita kanker serviks yang mengalami cemas ringan 30,30%, cemas sedang 69,69%, cemas berat dan berat sekali 0%. Data yang diperoleh dari 45 respondent didapatkan hasil bahwa wanita yang menderita kanker serviks pada stadium II yang mengalami cemas ringan sejumlah 2 orang (60,60%), pada wanita yang menderita kanker serviks pada stadium III yang mengalami cemas ringan sejumlah 7 orang (21,21%), cemas sedang sejumlah 34 orang (66 %), sedangkan wanita yang menderita kanker serviks pada stadium IV yang mengalami cemas ringan sejumlah 1 orang (3,03%), cemas sedang sejumlah 1 orang (3,03%).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUP Xxx Xxx, peneliti melakukan wawancara kepada 20 responden. Dengan masing-masing responden memiliki tingkat kecemasan yang berbeda-beda. Didapatkan hasil bahwa, wanita yang menderita kanker serviks yang mengalami cemas ringan sejumlah 11 orang (55%), cemas sedang sejumlah 7 orang (35%), cemas berat sejumlah 2 orang (10%). Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang gambaran kecemasan wanita dengan kanker serviks di RSUP Xxx Xxx.
B. RUMUSAN MASALAH
Gangguan psikologi yang dialami wanita yang menderita kanker serviks seperti depresi, kecemasan, kemarahan, perasaan tidak berdaya dan tidak berharga dialami antara 23%-66% pasien kanker. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 20 responden yang menderita kanker serviks dipoli K224 RSUP Dr.Xxx Didapatkan hasil bahwa, wanita yang menderita kanker serviks yang mengalami cemas ringan sejumlah 11 orang (55%), cemas sedang sejumlah 7 orang (35%), cemas berat sejumlah 2 orang (10%). Berdasarkan hal tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran karakteristik dan kecemasan wanita dengan kanker serviks di RSUP Xxx Xxx ?”.

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran karakteristik dan kecemasan wanita dengan kanker serviks di RSUP Xxx Xxx.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik wanita dengan kanker serviks yang meliputi umur, paritas, pendidikan dan pekerjaan di RSUP Xxx Xxx
b. Mendeskripsikan kecemasan wanita dengan kanker serviks di RSUP Xxx Xxx



D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi penderita kanker serviks
Diharapkan dengan penelitian ini, penderita kanker serviks dapat mengurangi tingkat kecemasan yang ada pada dirinya dengan cara tidak membatasi kecacatan dan menimbulkan motivasi untuk hidup yang lebih berguna yang bisa membantu berserah diri pada tuhan Yang Maha Esa.
2. Bagi bidan
Diharapkan dapat memberi penanganan psikologis (misalnya penanganan stres) dilakukan pada masa dini, karena melalui penanganan tersebut diharapkan klien akan cepat merasa tenang,terlepas dari kondisi stress dan perasaan tertekan, sehingga dengan demikian diharapkan klien dapat memperoleh prognosis yang lebih baik.
3. Bagi RSUP Xxx
Sebagai sarana agar penanggulangan kanker serviks dapat dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi bukan hanya dari segi fisik tapi psikologis juga.
4. Bagi peneliti
Dapat menberi sumbangan pemikiran bahwa dalam pengelolaan pasien dengan kanker servik harus dilakukan secara menyeluruh baik secara fisik maupun psikologi,sehingga diharapkan setelah terjun di masyarakat, penanganan ini dapat dilakukan.
5. Bagi peneliti lain
Sebagai sumber referensi dan bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya yang berbeda.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar