Senin, 20 Juni 2011

KTI DIV KEBIDANAN : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN PERILAKU HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN TRIMESTER III

TER BARU 2011 Dapatkan MURAH Hub : Hp. 081 225 300 100
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasangan yang sebelum masa kehamilan memiliki hubungan yang cukup harmonis, dalam arti bisa mengkomunikasikan semua perasaannya dengan baik, umumnya dapat menikmati kehidupan seksual mereka. Namun keadaan ini juga terkait dengan keluhan kehamilan yang dialami oleh wanita tersebut.
Wanita yang tidak mengalami keluhan kehamilan yang berat biasanya memang memiliki pola kehidupan seksual yang lebih teratur, sebaliknya wanita dengan keluhan kehamilan yang berat, membuat kondisi fisiknya menjadi lemah sehingga dapat menurunkan keinginannya untuk melakukan hubungan seksual (Indarti, 2004)
Pada wanita keinginan seksual semasa hamil sebagian besar tidak berubah, bahkan sebagian kecil meningkat berkaitan dengan meningkatnya hormon estrogen. Sementara itu pada beberapa pria juga relatif mengalami peningkatan gairah seksual pada wanita hamil (Hamilton, 2007). Meskipun demikian, sebagian besar dari pasangan muda menghindari hubungan seksual karena mereka takut mencederai bayinya.
Kehamilan merupakan proses alami yang dialami oleh wanita dan menjadi suatu peristiwa yang penting dalam kehidupannya (Manuaba, 2007). Setiap wanita membayangkan kehamilan dalam pikiran-pikirannya sendiri tentang seperti apa ibu hamil karena mereka belum pernah mengalaminya. Pemikiran seperti ini mempengaruhi bagaimana ia berespon terhadap kehamilan. Beberapa wanita berpikir kehamilan sebagai penyakit, kejelekan, atau memalukan karena bentuk tubuh yang tidak menarik lagi seperti sebelum hamil, bahkan mereka beranggapan bahwa kehamilan dapat mengganggu hubungan seksual mereka dengan suami (Hamilton, 2007).
Sebagian perempuan merasa takut melakukan hubungan seksual saat hamil. Beberapa merasa gairah seksualnya menurun, karena tubuhnya melakukan banyak penyesuaian terhadap bentuk kehidupan baru yang berkembang di rahim. Hal tersebut biasanya terjadi apabila seorang ibu hamil memasuki trimester III. Pada saat memasuki kehamilan trimester III sebagian besar ibu akan merasakan adanya ketidaknyamanan pada kehamilannya dikarenakan pegal di punggung dan pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, nafas lebih sesak (karena besarnya janin mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual sehingga menyebabkan minat seksual yang menurun. Selain hal fisik, turunnya libido juga berkaitan dengan kecemasan dan kekhawatiran yang meningkat menjelang persalinan. (Mariana, 2009).
Mitos yang berkembang dimasyarakat menyebutkan hubungan seksual saat hamil dapat menyebabkan munculnya bercak-bercak putih di wajah dan tubuh bayi, hubungan seks saat hamil dapat mempengaruhi jenis kelamin bayi (Djuanda, 2005), dan hubungan seks sewaktu hamil dapat mengganggu perkembangan bayi. Mitos-mitos ini dianggap sebagai suatu kebenaran, karena dianggap benar maka perilaku seksual juga dipengaruhi dan mengikuti informasi yang salah sesuai mitos tersebut. Mereka mempercayai mitos tersebut karena ketidaktahuan akibat kurangnya pemahaman terhadap masalah kehamilan (Pangkahila, 2005).
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) disebutkan bahwa pengetahuan dasar kesehatan reproduksi relatif terbatas sebagaimana ditunjukkan oleh 57,89% responden tidak mengetahui pengertian seksualitas. Sikap responden terhadap promosi kesehatan seksualitas berdasarkan mitos dalam masyarakat memberikan indikasi yang relatif baik, namun nuansa keraguan juga relatif terasa. Informasi mengenai seksualitas hanya 58,33% didapat melalui tenaga kesehatan dan 31,67% didapat melalui sumber lain (BKKBN, 2005)
Pada ibu primigravida, keluhan umum kehamilan seringkali dirasakan sebagai suatu hal yang mengganggu kesehatan, keinginan untuk memperoleh anak yang lahir dengan sehat pun menjadi prioritas seorang ibu primigravida apalagi anak tersebut kehadirannya sangat ditunggu-tunggu. Jadi upaya ibu untuk menjaga keselamatan dan kesehatan janin sangat optimal. Keadaan ini tentu berpengaruh pada kehidupan seksual mereka dengan pasangan dan mereka cenderung untuk membatasi hubungan seksual dengan suami bahkan mereka tidak melakukan hubungan seksual selama hamil. Sayangnya, seringkali para suami tidak mengerti dengan keadaan istrinya sehingga sangat mungkin bagi mereka untuk mencari kepuasan hubungan seksual ditempat lain selama istrinya hamil (Fadjari, 2002). Lain halnya dengan ibu multigravida, dimana keluhan umum pada kehamilan dirasakan sudah tidak terlalu mengganggu lagi, masalah dalam pola kehidupan seksual pun sudah dapat diatasi karena mereka telah memiliki pengalaman pada kehamilan yang terdahulu dan mereka telah mampu beradaptasi dengan kehamilannya (Hamilton, 2001).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar