Senin, 27 Juni 2011

KTI KEBIDANAN NEW 2011 : HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN DAN PARITAS DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI PUSKESMAS XXX KOTA XXX

SEGERA HUBUNGI KAMI HP. 081 225 300 100 untuk dapetin bab 1-6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) didefinisikan oleh WHO sebagai bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr .Definisi ini berdasarkan pada hasil observasi epidemiologi yang membuktikan bahwa bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram mempunyai kontribusi terhadap kesehatan yang buruk.
Menurunkan insiden BBLR hingga sepertiganya menjadi salah satu tujuan utama “ A World Fit For Children” hingga tahun 2010 sesuai deklarasi dan rencana kerja United Nations General Assembly Special Session on Children in 2002. Lebih dari 20 juta bayi diseluruh dunia (15,5%) dari seluruh kelahiran, merupakan BBLR di Asia adalah 22% (Rahayu,2009).

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari umur kehamilan 37 minggu sampai dengan umur kehamilan 42 minggu dengan berat badan lahir 2500 gram – 4000 gram (Depkes, 2003). Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499) (Sarwono, 2006). Oleh sebab itu, ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya, makin sulit dan makin banyak persoalan yang akan dihadapi, dan makin tinggi angka kematian peritanal (Rustam, 2008).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 2008). Bayi baru lahir atau neonatus adalah bayi berumur 0 baru lahir sampai usia empat minggu atau usia satu bulan sesudah lahir (Ramali, 2003).
Pemerintah mengeluarkan kebijakan antara lain dengan adanya program Safe Motherhood yang meliputi : Keluarga Berencana, Asuhan Antenatal, Persalinan Bersih dan Aman, Asuhan Pasca Natal, Asuhan Obstetri Esensial dan Asuhan Pasca Keguguran. Upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi diantaranya dengan asuhan persalinan normal yang mempunyai prinsip persalinan bersih dan aman. Di mana dengan adanya asuhan ini bertujuan untuk mengurangi angka kematian bayi. (Sarwono, 2002)
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 Angka Kematian Bayi (AKB) khususnya angka kematian bayi baru lahir tercatat 26 per 1000 kelahiran hidup. Tiga penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia yaitu BBLR sekitar 29% dan Tetanus Neonatorum sekitar 10%. Selebihnya adalah infeksi sebanyak 5%, gangguan hematologi 6%, masalah pemberian makanan 10% serta lain-lain sekitar 13%. (http:www.suaramerdeka.co.id//edisi:5 Januari 2007).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah AKB di Jawa Tengah tahun 2006, menurut Survey Kesehatan Daerah 8,3 per 1000 kelahiran hidup atau terjadi penurunan bila dibanding AKB tahun 2005 sebesar 23,71 per 1000 kelahiran hidup dan angka kejadian bayi dengan BBLR terus meningkat dari tahun 2004 sebesar 74,45% menjadi 90,86% pada tahun 2005, menjadi 93,54% pada tahun 2006 dan 96,34% tahun 2007 ( Dinkes Jateng, 2008).
Adapun beberapa penyebab terjadinya bayi lahir dengan berat badan rendah diantaranya kehamilan di bawah umur 20 tahun merupakan kehamilan yang beresiko tinggi. Angka kesakitan dan kematian ibu demikian pula bayi, 2-4 kali dibandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur (Unicef, 2002). Pada umur tersebut fungsi dari alat reproduksi belum siap, sehingga mengakibatkan banyak resiko.
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim dengan umur kehamilan 28 minggu (Pusdiknakes, 2003). Adapun pembagian paritas yaitu pertama primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mencapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih (Pusdiknakes, 2003). Yang kedua yaitu multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya 2 kali atau lebih. (Pusdiknakes, 2003). Yang ketiga yaitu grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali. (Wikjosastro, 2002).
Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. (Supariasa, 2002). Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah mengindikasikan anemia. (Supariasa dkk, 2002). Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar hemoglobin berada di bawah normal. Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, lebih dikenal dengan anemia gizi besi, yaitu jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah bahkan murah.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Xxx, Angka Kematian Bayi pada tahun 2008 sebanyak 94 orang (7,15%), penyebabnya yaitu BBLR : 38 orang (39,17%), asfiksia : 46 orang (47,42%) dan lain-lain : 12 orang (12,37%) ( DinKes Kota Xxx, 2008).
Di wilayah kerja Puskesmas Xxx Bulan Januari sampai dengan Desember 2010 terdapat 615 kelahiran yang melahirkan cukup bulan (>37 minggu) dengan berat badan bayi lahir 2500-4000 gram sebanyak 551 bayi (89,59%), dan berat badan bayi > 4000 gram sebanyak 35 bayi (5,69%), kemudian 29 bayi (4,72%) bayi lahir < 2500 gram atau dengan BBLR. Berdasarkan jumlah 615 kelahiran tahun 2010 jumlah paritas ibu dengan primipara sebanyak 151 ibu (24,55%), ibu dengan multipara sebanyak 397 ibu (64,55%), sedangkan ibu dengan grandemultipara sebanyak 67 ibu (10,89%).
Berdasarkan data diatas, maka peneliti tertarik ingin, meneliti tentang adakah hubungan kadar Hb dan paritas dengan berat badan bayi baru lahir di Puskesmas Xxx Kota Xxx. Oleh karena itu, saya tertarik melakukan penelitian ini yang berjudul “Hubungan Kadar Hb dan Paritas dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir”.

B. Perumusan Masalah
Dari uraian masalah diatas dapat disimpulkan suatu masalah yaitu adakah HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN DAN PARITAS DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI PUSKESMAS XXX KOTA XXX?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dan paritas dengan berat badan bayi baru lahir di puskesmas xxx kota Xxx
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi distribusi frekuensi karakteristik responden di Puskesmas Xxx kota Xxx.
b. Mengidentifikasi kadar Hemoglobin ibu hamil di Puskesmas Xxx kota Xxx.
c. Mengidentifikasi paritas ibu di Puskesmas Xxx kota Xxx.
d. Mengidentifikasi berat badan bayi baru lahir di Puskesmas Xxx kota Xxx.
e. Menganalisa hubungan kadar Hemoglobin dan paritas dengan berat badan bayi baru lahir di Puskesmas Xxx kota Xxx

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ibu
Agar ibu dapat mengetahui tentang berat badan bayi baru lahir dan beberapa faktor yang bisa mempengaruhi berat badan bayi baru lahir sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan bagi keluarga dan generasi selanjutnya.
2. Bagi Masyarakat
Agar masyarakat dapat ikut mengetahui, memahami tentang berat badan bayi baru lahir, sehingga bisa memberikan wawasan dan suport kepada para ibu untuk memperhatikan kesehatan dan status gizi selama hamil.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Agar dapat memberikan pelayanan, penyuluhan dan perawatan pada ibu baik sebelum, selama dan sesudah kehamilan, sehingga bayi yang dilahirkan dalam kondisi sehat, normal untuk mengurangi angka kesakitan dan angka kematian bayi.
4. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengaplikasikan mata kuliah Metode Penelitian, Asuhan Kebidanan dan Ilmu Kesehatan Anak serta menambah pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian selanjutnya, agar dapat memberikan pelayanan, penyuluhan dan konseling tentang kadar hemoglobin dan paritas yang berhubungan pada berat badan bayi baru lahir.

E. Keaslian Penelitian
No Nama Judul Jenis Penelitian dan Desain Penelitian Variabel Sampel Hasil
1 Puji Hastuti 2010 Hubungan antara karakteristik ibu dengan berat badan bayi baru lahir di RSUD Kudus Kabupaten Kudus Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross-sectional Variabel independen dalam penelitian ini adalah umur, paritas dan pendidikan ibu. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah berat badan bayi baru lahir Sampel dalam penelitian ini yaitu semua bayi baru lahir hidup normal di RSUD Kudus Terdapat hubungan antara karakteristik ibu dengan berat badan bayi baru lahir di RSUD Kudus
2 Mintarti 2009 Hubungan status gizi ibu hamil : indeks massa tubuh dengan berat badan bayi baru lahir di wilayah kerja Puskesmas Sayung I Kabupaten Demak Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional Variabel independen dalam penelitian ini adalah status gizi ibu hamil : IMT. Variabel dependen dalm penelitian ini adalah berat badan bayi baru lahir Sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 89 responden Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi ibu hamil : IMT dengan berat badan bayi baru lahir di wilayah kerja Puskesmas Sayung I

Terdapat perbedaan antar penelitian sebelumnya dengan penelitian yang peneliti lakukan saat ini. Perbedaan tersebut terletak pada judul, tahun, variabel, metode penelitian, populasi dan sampel.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar