Minggu, 04 September 2011

KTI DIV KEBIDANAN TERBARU AGT 2011 : HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDAPATAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI ANJURAN DI BPS NY.......

MAU LEBIH LENGKAP BAB 1-6 + SPSS MURAH MERIAH HUB : 081 225 300 100
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program imunisasi di Indonesia semakin penting kedudukannya dalam upaya mencapai Indonesia Sehat 2010. Pencegahan terhadap penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi telah menampakkan hasilnya. Kejadian penyakit poliomielitis, difteria, tetanus neonatorum, pertusis, campak dan hepatitis B berangsur-angsur berkurang. Program imunisasi yang telah lebih dari tiga abad lalu diakui sebagai upaya pencegahan yang penting.
melaksanakan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Penurunan insidensi penyakit menular telah terjadi berpuluh-puluh tahun yang lampau di negara-negara maju yang telah melakukan imunisasi dengan teratur dengan cakupan luas (Ranuh,2005)
Keberhasilan Program imunisasi belum memasyarakatkan secara luas. Cakupan imunisasipun hanya menyentuh golongan masyarakat tertentu. Menurut data yang dilaporkan, diperkirakan hanya sekitar 25 – 30% anak yang terlindung dengan imunisasi. Keadaan serupa ini terdapat pula di Negara yang sedang berkembang lainya. Atas dasar inilah WHO dan UNICEF mencanangkan suatu sasaran imunisasi dasar bagi seluruh anak pada tahun 1990, bagi tercapainya tujuan kesehatan untuk semua pada tahun 2000 (Markum, 2002).
Pengembangan program di Indonesia saat ini , dalam bidang imunisasi departemen kesehatan masih memberikan prioritas utama terhadap tujuh jenis penyakit yang tergabung dalam program pengembangan imunisasi yaitu : Vaksin BCG, DPT, POLIO, CAMPAK DAN Hepatitis B, imunisasi ini diwajibkan sehingga setiap orang tua diharapkan memberikan Imunisasi dasar ini secara lengkap terhadap putra putrinya. Sesuai dengan perkembangan pola hidup masyarakat dan kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi akan terjadi bila perubahan dalam pola penyakit , sehingga saat ini ada imunisasi anjuran. Imunisasi anjuran ini meliputi vaksin MMR (Mups Meales Rubella), tipus, radang selsput otak karena Haemopillus Influenza tipe B, Vaksin hepatitis A, cacar air (Varisella) dan Rabies .dari enan jenis imunisasi anjuran , Imunisasi MMR merupakan jenis imunisasi yang paling banyak diberikan kepada anak - anak Indonesia. Vaksin MMR ini masih tergolong mahal dibandingkan dengan vaksin – vaksin yang tergolong dalam imunisasi wajib.
Di Indonesia saat ini, dalam bidang imunisasi departemen kesehatan masih memberikan prioritas utama terhadap 7 jenis penyakit yang tergabung dalam program pengembangan imunisasi. Sesuai dengan perkembangan pola hidup masyarakat dan kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi akan terjadi pula perubahan dalam pola penyakit. Misalnya penyakit campak Jerman (Rubela) yang dalam beberapa tahun mendatang akan menjadi masalah yang cukup serius, seperti penyakit tifus sebenarnya tidak tergolong ke dalam penyakit yang berat, namun demikian tifus merupakan penyakit endemik yang cukup menggelisahkan masyarakat (Markum, 2002).
Beberapa laporan dari negara, Asia menunjukan bahwa Hib menjadi penyebab utama dan terbanyak yang menimbulkan penyakit manginitis ,Sementara itu di Indonesia Hib menjadi penyebab 33% dari kasus manginitis hasil riset lanjutan melaporkan bahwa Hib merupakan 30% penyebab manginitis pada bayi dan anak berumur kurang dari 5 tahun. Penyebab adalah bakteri Hib yang ditularkan melalui udara dan kontak langsung dengan penderita
Menurut data yang diperoleh dari BPS NY S, Batu - Malang pada bulan November- Januari 2011 jumlah balita yang mengikuti imunisasi anjuran sebanyak 32 balita yang terdiri dari MMR 10 balita, HiB 17 balita, Influensa 2 balita, PCV 3 balita. pengetahuan yang luas,maka akan menunjang tumbuh kembang anak terutama bagaimana menjaga kesehatan anaknya. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak, imunisasi berperan penting dalam tumbuh kembang anak, minat keluarga mengimunisasi bayinya berarti bahwa keluarga mempunyai minat yang besar agar perkembangan anaknya baik. Dengan mengacu salah satu indikator kesehatan masyarakat tidak hanya dapat memantau status gizi dan penyakit saja, tetapi juga kualitas lingkungan sosial ekonomi, distribusi pendapatan (Sofyan, 2001).
Berdasarkan data di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan dan pendapatan dengan pemberian imunisasi anjuran (non program).

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah : Adakah ada HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDAPATAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI ANJURAN DI BPS NY.S. BATU-MALANG.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan pendapatan keluarga dengan pemberian imunisasi anjuran di BPS Ny.S. Batu-Malang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang imunisasi anjuran di BPS Ny.S.Batu-Malang
b. Untuk mengetahui gambaran pendapatan keluarga dengan pemberian imunisasi anjuran di BPS Ny.S. Batu-Malang.
c. Untuk mengetahui gambaran pemberian imunisasi anjuran di BPS Ny .S. Batu - Malang
d. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pendapatan keluarga dengan pemberian imunisasi anjuran di BPS Ny.S.Batu-Malang.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai masukan bagi tenaga Kesehatan khususnya bidan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan melalui penyuluhan pada keluarga.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan untuk menghasilkan calon tenaga kesehatan yang profesional.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk dilakukan penelitian selanjutnya.
4. Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang manfaat imunisasi pada umumnya.

E. Keaslian Penelitian
1. Kamidah (2003) dengan judul “Hubungan antara tingkat pengetahuan imunisasi dengan perilaku ibu terhadap imunisasi bayi di Puskesmas Gondokusuman II Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan non eksperimental dengan pendekatan cross sectional, dengan populasi semua ibu yang berkunjung di puskesmas Gondokusuman untuk imunisasi dengan sampel ibu yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan. Analisa data yang digunakan dengan analisa data statistik nonparametrik teknik bivariat dengan uji Malang Tau. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan imunisasi dengan perilaku ibu terhadap imunisasi bayi. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah tujuan yang dicapai yaitu mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan ketepatan pemberian imunisasi di Posyandu Desa Kuwu, Balerejo, Madiun, Jawa Timur. Perbedaan yang lain terletak pada variabel terikatnya yaitu dalam penelitian ini adalah ketepatan imunisasi yang sudah diberikan pada bayi.
2. Satrinawati.(2002) dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Ibu terhadap Imunisasi di Puskesmas Tegalrejo kota Yogyakarta”. Jenis penelitian ini adalah deskriptif correlation study, dengan subyek penelitiannya adalah ibu yang membawa bayinya untuk diimunisasi di Puskesmas Tegalrejo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu terhadap imunisasi bayinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Imunisasi Anjuran
a. pengertian
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit (Matondang, 2005).
Imunisasi anjuran (non program) adalah Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu .
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kekebalan di atas ambang perlindungan (Dinkes Prop Jateng, 2005).
b. Tujuan
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar (Matondang, 2005)
c. Manfaat Imunisasi Anjuran
1) Untuk anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan kecacatan atau kematian.
2) Untuk keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit, mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3) Untuk negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
(Ranuh, 2005)
d. Jenis Imunisasi
Ada 7 jenis imunisasi menurut Nakita (2007), yaitu imunisasi yang non PPI (Program Pengembangan Imunisasi) alias dianjurkan meski tak wajib antara lain :
1) Imunisasi HIB
a) Tujuan
Imunisasi HIB bertujuan untuk mencekal kuman HIB (haemophylus influenza type B).
b) Vaksin
HIB mengandung bagian dinding kuman yang telah dipisahkan dan sangat dimurnikan tetapi memakai konjugat berbeda.
c) Waktu pemberian
HIB diberikan pada umur 2 bulan sampai dengan 18 bulan.
d) Dosis pemberian
Diberikan 2 kali.
e) Kontraindikasi
(1) Pada anak yang sakit.
(2) Sedang menderita demam tinggi.
(3) Wanita hamil.
f) Efek samping
(1) Demam ringan kurang dari 380 C.
(2) Rewel.
(3) Mengantuk.
(4) Nafsu makan berkurang.
(5) Muntah.
(6) Diare.
g) Tempat dan cara penyuntikan
HIB disuntikkan secara IM.
2) Imunisasi PCV
a) Tujuan
Imunisasi PCV bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit IPD (Invansive Pneumoccocal Disease).
b) Vaksin
Vaksin yang diberikan pneumokokus.
c) Waktu pemberian
Diberikan usia 2 bulan kemudian di usia 4 bulan dan 6 bulan, sedangkan pemberian ke empat bisa dilakukan saat anak berusia 12 sampai 15 bulan atau ketika sudah 2 tahun.
d) Efek samping
(1) Muncul demam ringan.
(2) Rewel
(3) Mengantuk
(4) Nafsu makan berkurang.
(5) Muntah.
(6) Diare.
(7) Muncul kemerahan dalam kulit.
e) Tempat dan cara penyuntikan
PCV disuntikkan secara subkutan.
f) Dosis
PCV diberikan 3 kali dengan dosis 0,5 ml.
3) Imunisasi MMR (Meales Mumps Rubela)
a) Tujuan
Imunisasi MMR bertujuan memberikan kekebalan terhadap serangan MUMPS (gondongan atau parotitis), measles (campak), dan rubella (campak Jerman) terutama buat anak perempuan.
b) Vaksin
Vaksin merupakan vaksin kering yang mengandung virus hidup harus disimpan pada temperatur 2 – 80 C atau lebih dingin dan terlindung dari cahaya.
c) Waktu pemberian
MMR diberikan pada umur 15 bulan dan 6 tahun.
d) Dosis pemberian
Diberikan 2 kali dengan dosis 0,5 ml.

e) Kontraindikasi
(1) Anak dengan alergi berat.
(2) Anak dengan demam akut.
(3) Pembengkakan pada mulut dan tenggorokan.
(4) Sulit bernafas.
f) Tempat dan cara penyuntikan
MMR disuntikkan secara IM atau subkutan dalam.
g) Efek samping
(1) Timbul bercak merah.
(2) Demam.
(3) Pembengkakan di lokasi penyuntikan.
4) Influenza
a) Tujuan
Untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh kuman haemophylus influenza type B.
b) Vaksin
Mengandung virus yang tidak aktif (inactivated influenza virus).
c) Waktu pemberian
Diberikan pada umur kurang dari 8 tahun.
d) Kontraindikasi
(1) Rewel.
(2) Demam ringan.
(3) Muntah.
(4) Muncul kemerahan di kulit.
e) Efek samping
(1) Muncul demam ringan antara 6 – 24 jam setelah disuntikkan.
(2) Muncul reaksi kemerahan di lokasi bekas suntikan.
(3) Dan reaksi tersebut akan menghilang dengan sendirinya.
5) Imunisasi Typoid
a) Tujuan
Imunisasi Typoid bertujuan untuk memperoleh kekebalan aktif terhadap penyakit demam typoid, yang sering dikenal dengan sebagai penyakit typus.
b) Vaksin
Vaksin ini dibuat dari kuman sallmonella typhi galur non patogen yang telah dilemahkan. Kuman dalam vaksin ini hanya mengalami sedikit siklus pembelahan dalam usus dan dieliminasi dalam waktu 3 hari setelah pemakaian..
c) Waktu pemberian
Typoid diberikan pada umur 2 tahun.
d) Kontraindikasi
Sejauh ini vaksin aman diberikan pada anak yang sehat.
e) Efek samping
(1) Bengkak.
(2) Nyeri ruam kulit.
(3) Kemerahan di tempat penyuntikan.
(4) Demam.
(5) Pusing.
(6) Mual.
f) Tempat penyuntikan
Typoid disuntikan secara IM.
g) Dosis pemberian
0,5 ml.
6) Hepatitis A
a) Tujuan
Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis.
b) Vaksin
Dibuat dari virus yang dimatikan yaitu harvix yang mengandung virus hepatitis A.
c) Waktu pemberian
Hepatitis A diberikan pada umur kurang dari 2 tahun, 2 kali dengan interval 6 – 12 bulan.
d) Tempat
Hepatitis A disuntikkan pada daerah lengan atas secara subkutan.
e) Efek samping
(1) Muncul rasa sakit pada daerah subkutan.
(2) Gatal.
(3) Kemerahan.
(4) Demam ringan yang akan menghilang dalam waktu 2 hari.
f) Dosis pemberian
Diberikan 2 kali dengan dosis 0,5 ml.
7) Varisela
a) Tujuan
Memberikan kekebalan terhadap cacar air atau Chicken pax virus yang disebabkan virus varicella zooster.
b) Vaksin
Vaksin virus hidup varicella zooster (galur OKA) yang dilemahkan terdapat dalam bentuk bubuk kering (lyophilised).
c) Waktu pemberian
Vaksin varicella diberikan pada waktu usia 10 – 12 tahun.
d) Dosis pemberian
Diberikan 1 kali dengan dosis 0,5 ml.
e) Kontraindikasi
(1) Vaksin tidak dapat diberikan pada keadaan demam tinggi.
(2) Alergi.
f) Efek samping
Umumnya tidak terjadi reaksi hanya sekitar 1% yang mengalami demam.
g) Tempat penyuntikan
Varisela disuntikan secara IM.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar