Jumat, 09 September 2011

KTI KEBIDANAN 2011 : PERBEDAAN PRAKTIK IBU DALAM PIJAT BAYI SEBELUM DAN SETELAH PENDIDIKAN KESEHATAN PIJAT BAYI DI BPS ....

BUtuh KTI INI HUB SEGERA Hp. 081 225 300 100 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pijat adalah terapi sentuh tertua yang dikenal manusia dan yang paling populer. Sebenarnya, pijat telah dipraktekkan hampir di seluruh dunia sejak dulu kala, termasuk Indonesia. Seni pijat diajarkan secara turun-temurun walaupun tidak diketahui dan sentuhan dapat berpengaruh demikian positif pada tubuh manusia. (1) Menurut Tiffany Fiel Pendiri They Touch Research Institute, Floride. USA, pijatan yang diberikan pada bayi setiap hari selama 20 menit selama sebulan ternyata tidak hanya membuatnya lebih relaks, tetapi juga dapat membantu menstimulasi saraf otaknya. Selain itu, bayi-bayi yang dipijat selama lima hari saja, daya tahan tubuhnya akan mengalami peningkatan sebesar 40% dibanding bayi-bayi yang tidak dipijat.(2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan menyebutkan bahwa bidan mempunyai kewenangan untuk melaksanakan pemantauan dan menstimulasi tumbuh kembang bayi dan anak.(3) Pijat bayi dapat digolongkan sebagai aplikasi stimulasi sentuhan. Ini karena dalam pijat bayi terdapat unsur sentuhan berupa kasih sayang, perhatian, suara atau gerakan, dan pijatan. Stimulasi ini akan merangsang perkembangan struktur maupun fungsi sel-sel otak.(4) Pijat bayi lebih baik dilakukan oleh orang tua, terutama dalam usia tiga tahun pertama. Sedangkan yang paling bermanfaat adalah pijatan yang pada enam atau tujuh bulan pertama usia bayi. Stimulus sentuhan yang diberikan melalui pijatan itu dapat mempererat ikatan emosi antara orang tua dengan bayinya, membantu orang tua memahami bahasa non verbal bayi dan menimbulkan rasa percaya diri dalam mengasuh anak. Lebih dari itu, pijat bayi juga dapat meningkatkan air susu ibu dan mengurangi kambuhnya penyakit kronis, seperti asma.(2) Untuk mendapatkan manfaat yang optimal, pemijatan bayi tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Pada bayi usia 3 bulan keatas seluruh gerakan dilakukan dengan tekanan dan waktu yang semakin meningkat.(2) Setelah gerak refleks menghilang dan gerak motorik mulai muncul, aktivitas bayi semakin bermacam-macam. Pada usia mulai 4 bulan bayi sudah bisa tengkurap dan terlentang, menumpu badan pada kaki, serta dada terangkat menumpu pada lengan. Pemberian stimulasi yang teratur dan terus menerus akan menciptakan anak yang cerdas, pertumbuhan dan perkembangannya menjadi optimal, mandiri, serta memiliki emosi yang stabil, dan mudah beradaptasi.(9) Dalam hal pemijatan bayi, peran bidan adalah sebagai motivator dan fasilitator dengan melakukan penyuluhan maupun konseling pada ibu tentang perawatan bayi khususnya pijat pada bayi. Seorang Ibu, mempunyai peran besar di dalam pertumbuhan dan perkembangan bayinya sehingga perawatan pada bayinya lebih diutamakan dilakukan dengan mandiri oleh ibu sehingga tujuan yang diharapkan akan dapat tercapai, termasuk melakukan pemijatan bayi. Dengan bekal ketrampilan pijat bayi oleh ibu disertai pemahaman konseptual tentang pentingnya pijat bayi dengan teknik penyuluhan diharapkan ibu akan tergerak untuk melakukan praktik pijat bayi mandiri. Penelitian ini dilakukan di Bidan Praktek Swasta (BPS) Ny. Ninik Suprapto, SSiT yang merupakan salah satu bidan praktek swasta yang terletak di kelurahan Gebang Kecamatan Surabaya Timur Kota Surabaya. BPS ini dipilih sebagai tempat untuk dilakukan penelitian karena pijat bayi belum menjadi bagian dari pelayanan BPS ini dan belum ada penyuluhan oleh bidan tentang pijat bayi. Pada observasi pendahuluan terdapat 10 responden yang diberi pertanyaan tentang praktik pijat bayi 20% dapat memijat bayinya sendiri dan 80% ibu tidak pernah memijatkan bayinya sendiri dan lebih sering memijatkan bayinya ke dukun bayi. Hal ini perlu dikaji lebih lanjut mengenai sejauh mana perbedaan praktik ibu dalam pijat bayi sebelum dan sesudah mendapat pendidikan kesehatan tentang pijat bayi. Penelitian ini menarik untuk diteliti guna mendapatkan gambaran nyata dari teori tersebut di atas. Maka penulis ingin meneliti sejauh mana pengaruh keduanya. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik mengambil judul "Perbedaan Praktik Ibu dalam Pijat Bayi Sebelum dan Setelah Pendidikan Kesehatan Pijat Bayi di BPS Ny. Ninik Suprapto, SSiT Gebang Raya Kota Surabaya”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu ”Apakah ada perbedaan praktik ibu dalam pijat bayi sebelum dan setelah Pendidikan Kesehatan di BPS Ny. Ninik Suprapto, SSiT di Gebang Raya Kota Surabaya”. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan ketrampilan Ibu dalam memijat bayi sebelum dan setelah mendapat pendidikan kesehatan tentang pijat bayi di BPS Ny. Ninik S Gebang Raya Kota Surabaya Tahun 2011. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui praktik ibu dalam pijat bayi sebelum mendapat pendidikan kesehatan pijat bayi di BPS Ny. Ninik Suprapto Gebang Raya, Kota Surabaya Tahun 2011. b. Mengetahui praktik Ibu dalam pijat bayi setelah mendapat pendidikan kesehatan pijat bayi di BPS Ny. Ninik Suprapto Gebang Raya Kota Surabaya Tahun 2011. c. Mengetahui perbedaan praktik Ibu dalam pijat bayi sebelum dan setelah mendapat pendidikan kesehatan tentang pijat bayi di BPS Ny. Ninik Suprapto Gebang Raya Kota Surabaya Tahun 2011. D. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Masyarakat Diharapkan dapat memberikan informasi tentang teknik pijat bayi yang benar dan dapat melaksanakan pijat bayi secara teratur kepada bayinya. 2. Bidan Diharapkan hasil penelitian ini memberikan informasi pada bidan mengenai ketrampilan ibu dalam memijat bayi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan pijat bayi serta untuk lebih meningkatkan Bidan dalam memberikan konseling atau penyuluhan tentang pijat bayi kepada ibu yang memiliki bayi untuk pijat bayi secara mandiri di rumah. 3. Insitusi Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Diah Sri Wulandari (2009) dengan judul “Motivasi Ibu dalam Melakukan Pijat Bayi sebelum dan sesudah penyuluhan di BPS Ny.Sunarti Kota Surabaya”. Penelitian Diah (2009) menggunakan desain penelitian eksperimen dengan rancangan prepost test design. Analisa data menggunakan kuesioner.(6) Perbedaan penelitian Diah (2009) dengan penelitian ini yaitu terletak pada variable bebas dan variable terikat. Pada penelitian ini menggunakan rancangan One Group Pretest-Postest, dan menggunakan instrument penelitan berupa checklist. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pijat Bayi a. Pengertian Pijat Bayi adalah terapi sentuhan tertua dan terpopuler yang dikenal manusia, yang juga merupakan seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang dipraktikan sejak berabad abad silam.(2) Pengaruh positif sentuhan pada proses tumbuh kembang anak telah lama dikenal manusia. Namun, penelitian ilmiah tentang hal ini masih belum banyak dilakukan. Kulit merupakan organ tubuh manusia yang berfungsi sebagai reseptor terluas yang dimiliki manusia. Sensasi sentuh atau raba adalah indera yang aktif berfungsi sejak dini. Oleh karena itu, sejak dalam kandungan, janin telah dapat merasakan belaian hangat cairan ketuban.(2) Pengalaman pijat pertama yang dialami setiap manusia terjadi saat berada dalam rahim ibu, didekap oleh air ketuban, dan dibelai oleh air ketuban. Proses kelahiran adalah suatu pengalaman traumatik bagi bayi karena bayi yang harus meninggalkan rahim yang hangat, aman, nyaman, dan dengan keterbatasan ruang gerak menuju ke suatu dunia dengan kebebasan gerak tanpa batas.(6) Itu sebabnya pada masa seperti ini seorang bayi membutuhkan sentuhan dan pijat setelah dilahirkan agar ibu tetap dapat memelihara kontak tubuh yang dibutuhkan bayi untuk mempertahankan rasa nyaman. Sentuhan merupakan bahasa pertama, komunikasi utama yang sangat berperan dalam membentuk hubungan awal antara orang tua dan bayinya. Pijat bayi dapat menjadi sarana untuk mengungkapkan kasih sayang dan memenuhi kontak fisik antara ibu dan bayi.(7) b. Mekanisme Dasar Pijat Bayi(1) Satu hal yang menarik pada penelitian tentang pemijatan adalah penelitian tentang mekanisme dasar pemijatan. Mekanisme dasar dari pijat bayi belum banyak diketahui. Walaupun demikian, saat ini para pakar sudah mempunyai beberapa teori tentang mekanisme ini serta mulai menemukan jawabannya. Diajukan beberapa mekanisme untuk menerangkan mekanisme dasar pijat bayi, antara lain : pengeluaran beta endorphin, aktivitas nervus vagus, dan produksi serotonin. 1) Beta Endorphin Mempengaruhi Mekanisme Pertumbuhan Pijatan akan meningkatkan pertumbuhan dari perkembangan anak. Pengurangan sensasi taktil akan meningkatkan pengeluaran suatu neurochemical beta-endorphine, yang akan mengurangi pembentukan hormon pertumbuhan karena menurunnya jumlah dan aktivitas ODC (Ornithine decarboxylase) jaringan. 2) Aktivitas Nervus Vagus Mempengaruhi Mekanisme Penyerapan Makanan Penelitian Field dan Schanberg (1986) menunjukkan bahwa pada bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak ke-10) yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin. Dengan demikian, penyerapan makanan akan menjadi lebih baik. Itu sebabnya mengapa berat badan bayi yang dipijat meningkat lebih banyak daripada yang tidak dipijat. 3) Aktivitas Nervus Vagus Meningkatkan Volume ASI Penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan aktivitas nervus vagus menyebabkan bayi cepat lapar sehingga akan lebih sering menyusui ibunya. Akibatnya, ASI akan lebih banyak diproduksi. Seperti diketahui, ASI akan semakin banyak diproduksi jika semakin banyak diminta. Selain itu, ibu yang memijat bayinya akan merasa lebih tenang dan hal ini berdampak positif pada peningkatan volume ASI. 4) Produksi Serotonin Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Pemijatan akan meningkatkan aktivitas neurotransmitter serotonin, yaitu meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat glucocorticoid (adrenalin, suatu hormone stres). Proses ini akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon stress ini akan meningkatkan daya tahan tubuh, terutama IgM dan IgG. 5) Pijatan dapat Mengubah Gelombang Otak. Pijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelap dan meningkatkan kesiagaan (alertness) atau konsentrasi. Hal ini disebabkan pijatan dapat mengubah gelombang otak. Pengubahan ini terjadi dengan cara menurunkan gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta serta tetha, yang dapat dibuktikan dengan penggunaan EEG (electro enchephalogram). c. Manfaat Pijat Bayi(1) Efek biokimia yang positif dari pijat, antara lain: 1) Menurunkan kadar hormon stress (catecholamine), dan 2) Meningkatkan kadar serotonin. Selain efek biokimia, pijatan memberikan efek fisik/klinis sebagai berikut. 1) Meningkatkan jumlah dan sitoksisitas dari system immunitas (sel pembunuh alami). 2) Mengubah gelombang otak secara positif. 3) Memperbaiki sirkulasi darah dan pernapasan. 4) Merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan. 5) Meningkatkan kenaikan berat badan. 6) Mengurangi depresi dan ketegangan. 7) Meningkatkan kesiagaan. 8) Membuat tidur lelap. 9) Mengurangi rasa sakit. 10) Mengurangi kembung atau kolik (sakit perut). 11) Meningkatkan hubungan batin antara orangtua dan bayinya (bonding). 12) Meningkatkan volume air susu ibu. d. Peran Ayah dan Ibu dalam Pijat Bayi(8) Ibu adalah orang yang paling dekat dengan bayi, oleh karenanya Ibu harus orang pertama yang mempelopori pemijatan terhadap bayi. Ikatan kasih sayang (bonding) antara Ibu dan bayinya sangat penting untuk diteruskan melalui aktivitas memijat yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan bayi. Pijatan Ibu kepada bayinya adalah sapuan lembut yang ditujukan untuk kesehatan pengikat jalinan kasih sayang. Kulit ibu adalah kulit yang paling dikenali oleh bayi, tangan ibu adalah tangan yang paling diinginkan oleh bayi. Jadi, Ibu harus dapat memahami keinginan bayinya bahwa ia sangat ingin disentuh oleh orang yang melahirkannya. Para Ayah yang pernah melakukan pemijatan pada bayinya akan mengingat hal tersebut sebagai pengalaman yang sangat menyenangkan dan membanggakannya. Penelitian di Australia membuktikan bahwa bayi yang dipijat oleh Ayahnya, mempunyai kecenderungan berat badannya naik dan hubungan Ayah menjadi lebih baik, apabila dibandingkan dengan bayi yang tidak dipijat. Bahkan bayi-bayi yang dipijat sejak usia 4 minggu, pada waktu mencapai usia 12 minggu akan lebih responsif, seperti lebih menyapa Ayahnya dengan kontak mata, lebih banyak tersenyu, lebih banyak bersuara, lebih banyak menggapai, lebih cepat mempelajari lingkungan dan lebih tanggap, apabila dibandingkan dengan bayi yang tidak dipijat. e. Pelaksanaan Pijat Bayi(1) Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan, sesuai keinginan orang tua. Dengan lebih cepat mengawali pemijatan, bayi akan mendapat keuntungan yang lebih besar. Apalagi jika pemijatan dilakukan setiap hari dari sejak kelahiran sampai bayi berusia 6-7 bulan. Sebelum melakukan pemijatan, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain : tangan harus bersih dan hangat, hindari agar kuku dan perhiasan tidak mengakibatkan goresan pada kulit bayi, ruang untuk memijat diupayakan hangat dan tidak pengap, bayi tidak selesai makan atau sedang tidak lapar, secara khusus menyediakan waktu untuk tidak diganggu minimum selama 15 menit guna melakukan seluruh tahap-tahap pemijatan, duduklah pada posisi yang nyaman dan tenang, baringkan bayi di atas permukaan kain yang lembut, rata, dan bersih, siapkanlah handuk, popok, baju ganti, dan minyak bayi (baby oil / lotion), serta minta izin pada bayi sebelum melakukan pemijatan dengan cara membelai wajah dan kepala bayi sambil mengajaknya bicara. Sedangkan selama melakukan pemijatan, dianjurkan untuk selalu melakukan hal-hal berikut ini : memandang mata bayi, disertai pancaran kasih sayang selama pemijatan berlangsung, bernyanyi atau putarkan lagu-lagu yang tenang atau lembut, guna membantu menciptakan suasana tenang selama pemijatan berlangsung; awali pemijatan dengan melakukan sentuhan ringan kemudian secara bertahap tambahkan tekanan pada sentuhan yang dilakukan, khususnya apabila sudah merasa yakin bahwa bayi mulai terbiasa dengan pijatan yang sedang dilakukan; sebelum melakukan pijatan, lumurkan baby oil atau lotion yang lembut sesering mungkin; sebaiknya, pemijatan dimulai dari kaki bayi karena umumnya bayi lebih menerima apabila dipijat pada daerah kaki. Dengan demikian, akan memberi kesempatan pada bayi untuk membiasakan dipijat sebelum bagian lain dari tubuhnya disentuh. Karenanya, urutan pemijatan bayi dianjurkan dimulai dari bagian kaki, perut, dada, tangan, muka, dan diakhiri pada bagian punggung; tanggaplah pada isyarat yang diberikan oleh bayi. Jika bayi menangis, cobalah untuk menenangkan sebelum melanjutkan pemijatan. Jika bayi menangis lebih keras, hentikan pemijatan karena mungkin bayi mengharapkan untuk digendong, disusui, atau sudah mengantuk dan sangat ingin tidur; mandikan bayi segera setelah terlumuri minyak bayi (baby oil). Namun, kalau pemijatan dilakukan pada malam hari, bayi cukup diseka dengan air hangat agar bersih dari minyak bayi; lakukan konsultasi pada dokter atau perawat untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut tentang pemijatan bayi, dan hindarkan mata bayi dari baby oil atau lotion.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar