Jumat, 25 Mei 2012

KTI KEBIDANAN 2012 : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI BPS

MAU LEBIH LENGKAP HUB : 081225300100 Murah
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Perkiraan prevalensi anemia secara global sekitar 50%. Bandingkan dengan prevalensi untuk anak balita sekitar 43%, anak usia sekolah 37%, lelaki dewasa hanya 18% dan wanita tidak hamil meningkat sampai sebesar 55%. Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat dan atau vitamin B12 yang kesemuanya berakar pada asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah (buruk) dan kecacingan masih tinggi. (Arisman, 2004 : 144) Jika ibu kekurangan zat besi selama hamil, maka persediaan zat besi pada bayi saat dilahirkan pun tidak akan memadai, padahal zat besi sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak bayi diawal kelahirannya. Kekurangan zat besi sejak sebelum hamil bila tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita anemia. Kekurangan zat besi juga mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb) dimana zat besi sebagai salah satu unsur pembentukannya. (Arifin, 2010) Menurut Prawiroharjo (2002) Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu negara. Kematian ibu dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya karena anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu. Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi Hal ini juga diungkapkan oleh Simanjuntak tahun 1992, bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia gizi. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Dengan frekuensi yang masih cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20%. (Amiruddin, 2007) Di Jawa Tengah ibu hamil pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi anemia adalah 57,7%. Masih lebih tinggi dari angka nasional yakni 50,9% (BPS, 2007 Profil Kesehatan Jawa Tengah). Pada tahun 2008 jumlah ibu hamil di kota Semarang berjumlah 29.261 orang. Ibu hamil yang diukur kadar Hb kurang dari 10 gr% ada 20,79%. (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2008) Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk menurunkan angka anemia pada balita, bumil, bufas, remaja putri, dan WUS (Wanita Usia Subur). Hasil survey anemi ibu hamil pada 15 kabupaten/ kota pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi anemia di Jawa Tengah adalah 57,7%, angka ini masih lebih tinggi dari angka nasional yakni 50,9%. (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2008) Penanggulangan anemia pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar 87,06%, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2007 sebesar 85,91%. Meskipun mengalami peningkatan, angka tersebut masih di bawah target SPM 2010 sebesar 90%. Cakupan tertinggi adalah di Kabupaten Pekalongan yaitu sebesar 98,95% dan yang terendah adalah di Kabupaten Kebumen sebesar 41,89%. (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2008) Pada tahun 2008 pemberian tablet (Fe)1 28.440 bumil (101,56) dan cakupan (Fe)3 25.801 bumil (92,14). Hal ini menunjukan bahwa penjaringan pertama pada ibu hamil sudah dapat dilaksanakan sesuai target namun untuk penjaringan selanjutnya (Fe)3 90 tablet tidak dapat mencakup jumlah tersebut. Secara keseluruhan angka tersebut telah memenuhi target yang telah ditentukan yaitu untuk (Fe)1 90% dan untuk Fe2 82%. Keberhasilan pencapaian target dikarenakan persediaan tablet Fe yang mencukupi dan juga pelaksaan kegiataan melalui koordinasi dan kerjasama dengan lintas program dan sektoral yang terkait. (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2008) Di semarang, Ibu hamil yang mempunyai tingkat konsumsi Fe kurang yaitu 57,9%, Ibu hamil yang minum tablet besi dengan menggunakan air teh ada 56,9% dan sisanya dengan air putih, air sirup, dan pisang. Jumlah rata-rata tablet besi yang diperoleh responden selama hamil 159,47 tablet. Konsumsi tablet besi yang diperoleh ibu hamil rata-rata 61,11 tablet dengan jumlah terendah 15 tablet dan tertinggi 96 tablet. Presentase tablet besi yang diminum ibu hamil dibandingkan dengan tablet besi yang diperoleh 38,32%. Proporsi kadar Hb ibu hamil Trimester III diperoleh hasil 63,2% memiliki kadar Hb<11 gr%. Melihat tingginya proporsi anemia maka disarankan pada ibu hamil untuk meningkatkan konsumsi protein hewani terutama golongan Meat factor, menghindari konsumsi tablet besi dengan air teh, perlunya sistim pantau konsumsi tablet besi dari pihak puskesmas dan peningkatan konsumsi vitamin C pada ibu hamil terutama dari makanan sehari-hari. (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2008) Menurut hasil penelitian dari Amatullah (2009) kurangnya pemanfaatan ANC pada ibu hamil sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia karena ibu hamil tidak terpantau dengan baik status gizinya dan kadar Hbnya. Berdasarkan data DINKES (Dinas Kesehatan) Kabupaten Blora diketahui bahwa ibu hamil yang mengalami anemia tahun 2007 berkisar 29,5% dengan menetapkan HB 11 gr % sebagai dasarnya. Pada tahun 2008 angka kejadian anemia pada ibu hamil meningkat yaitu menjadi 33,5% dengan penetapan Hb 11 gr % sebagai dasarnya. (Dinkes Kabupaten Blora, 2009) Dari hasil survey di dapatkan ibu hamil di BPS Ny. Fitri pada tahun 2009 berjumlah 514 orang, dimana ibu hamil yang menderita anemia sebanyak 124 orang (24%) sedangkan pada tahun 2010 berjumlah 483 orang dengan ibu hamil yang menderita anemia sebanyak 130 orang (27%). Dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikan ibu hamil yang menderita anemia dari tahun 2009 ke tahun 2010 sebanyak 3%. Termasuk masih banyak ibu hamil yang menderita anemia setiap tahunnya. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa ibu hamil yang menderita anemia dikarenakan cara mengkonsumsi tablet besi yang salah, seperti waktu dan cara minum tablet besi. Banyak diantara mereka yg tidak rutin mengkonsumsi tablet besi pada malam hari, dan bahkan mengkonsumsi dengan menggunakan air teh. Hal tersebut diatas menggambarkan kurangnya pengetahuan pada ibu hamil. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu“ dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Dimana pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Berdasarkan dari data diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Kejadian Anemia Di BPS xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx“. B. Rumusan Masalah “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Kejadian Anemia Di BPS xxxxxxxxxxxx2011?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap kejadian anemia di BPS Xxxxxtahun 2011. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap kejadian anemia di BPS Xxxxxtahun 2011 b. Mendeskripsikan kejadian anemia ibu hamil di BPS Xxxxxtahun 2011 c. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap kejadian anemia di BPS Xxxxxtahun 2011. D. Manfaat Penelitian 1. Untuk Instansi Kesehatan Diharapkan dapat memberikan acuhan dan informasi dalam peningkatan program pencapaian target penurunan angka kejadian anemia pada ibu hamil 2. Untuk Instansi Pendidikan Diharapkan dapat sebagai masukan bagi pengembangan pendidikan kebidanan terutama tentang pengetahuan ibu hamil tentang tablet besi 3. Untuk Masyarakat Diharapkan dapat sebagai bahan informasi bagi masyarakat agar mereka lebih memahami tentang kesehatan terutama anemia ibu hamil dan manfaat tablet besi 4. Untuk Peneliti Diharapkan dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh dengan mengidentifikasi dan menganalisa suatu permasalahan di lapangan serta memperluas penelitian tentang hal-hal yang berkaitan dengan tablet besi. E. Keaslian Penelitian No Nama Peneliti/ Judul Variabel yang diteliti Responden Analisa Hasil 1. 2. Sumiyarni (2010) “Hubungan Antara Konsumsi Tablet Besi Dengan Anemia Ibu Hamil Di Puskesmas Karanganyar II Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak Tahun 2010” Masudah (2010) “Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Anemia Ibu Hamil Di Desa Gemiring Kidul Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara” Konsumsi tablet besi dengan anemia ibu hamil Pengetahuan ibu hamil dengan anemia ibu hamil Ibu hamil di Puskesmas Karanganyar II Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak Ibu hamil di Desa Gemiring Kidul Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara Analisis data menggunakan univariat dan bivariat Analisa data dengan menggunakan uji statistik Chi-Square Hubungan antara konsumsi tablet besi dengan anemia ibu hamil dengan kategori hasil : 1. 70 responden (55,6%) mengkonsumsi tablet besi minimal 90 tablet dan 56 responden (44,4%) mengkonsumsi tablet besi kurang dari 90 tablet 2. 73 responden ( 57,9%) mengalami anemia sedang 3. Ada hubungan antara “Konsumsi Tablet Besi Dengan Anemia Ibu Hamil Di Puskesmas Karanganyar II Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak Tahun 2010”, dengan nilai X² hitung = 13,372 > X² tabel = 5,991 dan p value hitung = 0,001 < α = 0,05. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Anemia Ibu Hamil dengan kategori hasil: 1. Terdapat 60% pada kasus dan 0% pada control dengan kategori pengetahuan kurang baik tentang anemia di Desa Gemiring Kidul Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara 2. Ibu hamil dengan anemia di Desa Gemiring Kidul Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara sebanyak 15 orang 3. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu hamil dengan kwjadian anemia pada ibu hamil di Desa Gemiring Kidul Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Anemia Pada Ibu Hamil a. Pengertian Anemia Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan pada trimester 1 dan ke-3 dan kurang dari 10 g/dl selama masa post partum dan trimester 2. Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. (Proverawati, 2009 : 76) Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin. Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum. Bila anemia terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur. (Proverawati, 2009 : 76) b. Etiologi Menurut Proverawati (2009 : 76) anemia dalam kehamilan sama seperti yang terjadi pada wanita yang tidak hamil. Semua anemia yang terdapat pada wanita usia reproduktif dapat menjadi hormon penyulit dalam kehamilan. Penyebabnya antara lain : 1) Makanan yang kurang bergizi 2) Gangguan pencernaan dan malabsorpsi 3) Kurangnya zat besi dalam makanan (kurang zat besi dalam diit) 4) Kebutuhan zat besi yang meningkat 5) Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain 6) Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain. Sedangkan faktor predisposisi terbesar terjadinya anemia adalah status gizi yang buruk dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini masih banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. c. Klasifikasi Anemia Kehamilan Menurut Proverawati (2009 : 76) secara umum anemia dalam kehamilan diklasifikasikan menjadi : 1) Anemia Defisiensi Besi sebanyak 62,3% Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya adalah pemberian tablet besi yaitu keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan. Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut : a) Hb 11 gr% : Tidak anemia b) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan c) Hb 7-8 gr% : Anemia sedang d) Hb <7 gr% : Anemia berat 2) Anemia Megaloblastik sebanyak 29% Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pterylglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang. 3) Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak 8% Anemia disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. 4) Anemia Hemolitik sebanyak 0,7% Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pada pembuatannya. Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan vitamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, vitamin B12. (Proverawati, 2009 : 76) d. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala ibu hamil dengan anemia adalah sebagai berikut : keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, sementara tensi masih dalam batas normal (perlu dicurigai anemia defisiensi), mengalami malnutrisi, cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda (Proverawati, 2009 : 76). e. Akibat Anemia Kehamilan Menurut Proverawati (2009 : 76) akibat yang akan terjadi pada anemia kehamilan adalah : 1) Hamil muda (trimester pertama) : abortus, missed abortus, dan kelainan kongenital 2) Trimester kedua : persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asphixia intrauterin sampai kematian, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah, dekompensatio kordis-kematian ibu 3) Saat inpartu : gangguan his primer dan sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan tinggi, ibu cepat lelah, gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif 4) Pascapartus : ormon uteri menyebabkan perdarahan, retensio ormone (plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta), perlukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris peurperalis, gangguan involusi uteri, kematian ibu tinggi (perdarahan, infeksi peurperalis, gestosis). f. Prinsip Diet Untuk Ibu Dengan Anemia Diet yang dianjurkan adalah diet yang mengandung besi heme sebagai hemoglobin dan mioglobin, banyak ditemukan dalam daging, unggas dan ikan, ataupun diet yang mengandung besi non-heme, garam besi ferro atau ferri, seperti yang ditemukan dalam sumber-sumber non-hewani seperti makanan nabati, suplemen dan fortikan. Diet yang mengandung pemacu penyerapan zat besi seperti asam askorbat, dan hindari diet yang mengandung penghambat penyerapan zat besi seperti phitat, polyphenol. Selain itu juga harus kaya dengan protein yang cukup (bahan pangan hewani : daging, ikan, telur, kacang-kacangan) dan sayuran berwarna hijau yang mengandung mineral dan vitamin. (Proverawati, 2009 : 78-79) Wanita hamil dikatakan mengalami anemia jika kadar Hb kurang dari 10gr%. Pengawasan terhadap ibu hamil harus sudah mulai dilaksanakan pada trimester I dan III, karena pengenceran mencapai puncaknya. (Proverawati, 2009 : 78-79) g. Pengobatan Menurut Proverawati (2009 : 79-80) pengobatan dilakukan sesuai dengan jenis anemianya. Kebanyakan ibu hamil menderita anemia defisiensi besi. Hal ini bisa diatasi dengan pemberian tablet besi yang dilakukan dengan berbagai cara yaitu : 1) Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat, atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Pemberian terapi zat besi oral tidak boleh dihentikan setelah Hemoglobin mencapai nilai normal, tetapi harus dilanjutkan selama 2-3 bulan lagi untuk memperbaiki cadangan besi. Sebelum dilakukan pengobatan harus dikalkulasikan terlebih dahulu jumlah zat besi yang dibutuhkan. Misalnya Hemoglobin sebelumnya adalah 6 gr/ dl, maka kekurangan Hemoglobin adalah 12 - 6 = 6 gr/ dl, sehingga kebutuhan zat besi adalah : 6 x 200 mg. Kebutuhan besi untuk mengisi cadangan adalah 500 fig, maka dosis Fe secara keseluruhan adalah 1200 + 500 = 1700 mg. Fero sulfat : 3 tablet/ hari, a 300 mg mengandung 60 mg Fe Fero glukonat : 5 tablet/ hari, a 300 mg mengandung 37 Fe Fero fumarat : 3 tablet/ hari, a 200 mg mengandung 67 mg Fe. Efek samping : konstipasi, berak hitam, mual dan muntah. Respon : hasil yang dicapai adalah Hb meningkat 0,3 – 1 gr per-minggu, biasanya dalam 4 – 6 minggu perawatan hematokrit meningkat sampai nilai yang diharapkan, perawatan biasanya dimulai pada minggu ke-2. Peningkatan retikulosit 5- 10 hari setelah pemberian terapi besi bisa memberikan bukti awal untuk peningkatan produksi sel darah merah. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia. 2) Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua. Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20mg) intravena atau 2 x 10 ml/IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr%. Metode sederhana 250 mg besi elemental sebanding dengan 1 gram Hb. Dosis pemberian zat besi parenteral dapat dihitung dengan mudah dengan memakai rumus : Zat besi yang diperlukan (mg) = (15-Hb) x BB x 3. Indikasi : anemia defisiensi berat mempunyai efek samping pada pemberian oral, gangguan absorbsi. Pemberian dapat diberikan secara intra-muskular maupun intra-vena yaitu preparat : iron dextran (imferon), iron sorbitek (jectofer) berisi 50 mg/ml, dosis maksimum 100 mg/ hari. Efek samping : nyeri, inflamasi, ple bitis, demam, atralgia, hipotensi, dan reaksi anafilaktit anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kukurangan vitamin B12. Pengobatannya : asam folik 15-30 mg per hari, vitamin B12 3 x 1 tablet per hari, sulfas ferosus 3 x 1 tablet per hari. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah. 2. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu“ dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003 : 121) Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena dari



Tidak ada komentar:

Posting Komentar