Kamis, 21 Juni 2012

KTI KEBIDANAN 2012 : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DAN PERILAKU IBU DALAM MENGATASI TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS

MAU LEBIH LENGKAP MURAH HUB : Hp. 081225300100
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu Negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal mortality). Menurut definisi WHO ( World Health Organization) “kematian ibu ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Angka Kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu diperhitungkan terhadap 100.000 kelahiran hidup (Prawirohardjo, 2009; h. 7). Departemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun Rencana Strategi (Renstra) jangka panjang upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan kematian bayi baru lahir. Dalam renstra ini difokuskan pada kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap untuk menjamin pelaksanaan dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah yang dikenal dengan sebutan “Making Pregnancy Safer (MPS)” melalui tiga pesan kunci yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapatkan pelayanan yang adekuat dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Luhulima. 2007; h. 267-268). Angka kematian yang tinggi umumnya mempunyai tiga sebab pokok yaitu masih kurangnya pengetahuan mengenai sebab akibat dan penanggulangan komplikasi-komplikasi penting dalam kehamilan, persalinan, serta nifas, kurangnya pengertian dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, kurang meratanya pelayanan kebidanan yang baik bagi semua ibu hamil (Prawirohardjo, 2009; h. 7). Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya sebuah perilaku. Pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan sangat membantu menurunkan AKI, karena dengan mengetahui tanda bahaya pada kehamilan seorang ibu hamil akan lebih cepat mencari tempat pelayanan kesehatan sehingga risiko pada kehamilan akan dapat terdeteksi dan tertangani lebih dini. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007; h. 140). Bentuk penyebab langsung kematian ibu disebut dengan trias klasik berupa perdarahan, infeksi, dan gestosis atau keracunan kehamilan. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu seperti kehamilan dengan anemia, tindakan yang tidak aman dan tidak bersih pada abortus dan kekurangan gizi pada ibu hamil (Manuaba, 2007; h.6). Di Indonesia, berdasarkan perhitungan oleh Departemen Kesehatan RI diperoleh AKI tahun 2007 sebesar 248/100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan AKI tahun 2002 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup, AKI tersebut sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 (102/100.000 kelahiran hidup) (Efendy, 2009; h. 205). Angka kematian ibu hamil di Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 berjumlah 114 kematian per 100 ribu kelahiran hidup, sedangkan pada 2009 naik menjadi 117 kematian per 100 ribu kelahiran hidup (Nugroho, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, diperoleh data AKI pada tahun 2009 adalah 191,61 per 100.000 kelahiran hidup. Dan dari 46 kematian ibu disebabkan karena perdarahan sebanyak 8 orang (17,4%), pre eklamsi berat dan eklamsi 11 orang (23,9%), infeksi 3 orang (6,5%), solusio plasenta 4 orang (8,7%), hipertensi 1 orang (2,2%), dan lain-lain termasuk penyebab tak langsung 19 orang (41,3%). Dimana kasus ini lebih meningkat dibanding tahun 2008 sebesar 86,87 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini menjadikan kabupaten Grobogan peringkat ke-2 setelah kabupaten Pemalang dari seluruh provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, deteksi resiko di Puskesmas Brati tahun 2010 terdapat 315 orang (34,5%) dari 911 ibu hamil. Berdasarkan data laporan ibu hamil Puskesmas Brati terdapat 16 ibu hamil yang termasuk beresiko dari 45 ibu hamil yang periksa di Puskesmas pada bulan Desember, yaitu perdarahan sebanyak 2 orang (12,5%), hiperemesis gravidarum 3 (18,75%), hipertensi 3 (18,75%), pre eklamsi 1 (6,25%), anemia 3 (18,75%), primigravida muda 2 (12,5%),grande multigravida 2 (12,5%). Oleh karena itu saya ingin melakukan penelitian mengenai GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DAN PERILAKU IBU DALAM MENGATASI TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Tanda Bahaya Kehamilan dan Perilaku Ibu dalam Mengatasinya?”. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dan perilaku ibu dalam mengatasinya di Puskesmas .. Tujuan Khusus Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan di Puskesmas .. Mengetahui gambaran perilaku ibu hamil dalam mengatasi tanda bahaya kehamilan di Puskesmas .. Manfaat Penelitian Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bacaan dan refrensi bagi mahasiswa di institusi pendidikan tentang tanda bahaya kehamilan. Bagi Profesi (bidan) Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan bagi tenaga kesehatan khusunya bidan yang ada di wilayah tersebut mengenai tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan sehingga dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Bagi Peneliti Menerapkan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah serta mampu mengetahui lebih dalam mengenai tanda bahaya kehamilan. Bagi Masyarakat Memberikan pengetahuan khususnya pada ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya kehamilan. Sehingga kemungkinan terjadinya resiko dan komplikasi dapat terdeteksi lebih dini dan segera mendapatkan penatalaksanaan awal. Keaslian Penelitian Shinta Kusumaning Pribadi (2008) melakukan penelitian tentang “Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dengan kepatuhan melakukan ANC di Puskesmas Ponjong II Gunung Kidul Yogyakarta”. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dan kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC di puskesmas Ponjong II Gunung Kidul Yogyakarta. Berdasarkan penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dengan kepatuhan melakukan ANC di Puskesmas Ponjong II Gunung Kidul Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang akan dilakukan ini jenis penelitiannya deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Dengan variabel penelitiannya tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dan perilaku ibu dalam mengatasinya di Puskesmas .. Ayu Rasita Mayasari (2010) melakukan penelitian tentang “Perbedaan tingkat pengetahuan antara primigravida dan multigravida tentang tanda bahaya kehamilan di Puskesmas Sibela Surakarta”. Jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Dan variabel dalam penelitian adalah tingkat pengetahuan antara primigravida dan multigravida tentang tanda bahaya kehamilan di Puskesmas Sibela Surakarta. Hasil analisis statistik menunjukkan ada perbedaan tingkat pengetahuan antara primigravida dan multigravida tentang tanda bahaya kehamilan di Puskesmas Sibela Surakarta. Multigravida memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dari pada primigravida tentang tanda bahaya kehamilan. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Dengan variabel penelitian tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dan perilaku ibu dalam mengatasinya di Puskesmas .. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Telaah Pustaka Kehamilan Pengertian Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai dengan lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2006; h. 89). Kehamilan adalah sebuah proses yang diawali dengan keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu membentuk sel yang akan bertumbuh (BKKBN, 2004). Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi dalam 3 bagian, masing-masing kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu), triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu), triwulan terakhir (antara 28 sampai 40 minggu) (Prawirohardjo, 2006; h. 124). Untuk melakukan asuhan kehamilan yang baik, diperlukan pengetahuan dan kemampuan untuk mengenali perubahan fisiologik yang terkait dengan proses kehamilan. Pengenalan dan pemahaman tentang perubahan fisiologik tersebut menjadi modal dasar dalam mengenali kondisi patologik yang dapat mengganggu status kesehatan ibu ataupun bayi yang dikandungnya (Prawirohardjo, 2009; h. 213). Perubahan Anatomi dan Fisiologi Ibu Hamil Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil sebagian besar sudah terjadi segera setelah pembuahan dan terus berlanjut selama kehamilan. Untuk dapat mengerti proses penyakit yang terjadi selama kehamilan dan masa nifas maka harus disertai pemahaman mengenai perubahan anatomi dan fisiologi ini (Prawiroharjo, 2008; h. 174). Perubahan anatomi dan fisiologi yang terjadi pada ibu hamil adalah sebagai berikut: Sistem Reproduksi Uterus Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada minggu-minggu pertama kehamilan, uterus masih seperti bentuk aslinya seperti buah avokad. Panjang uterus akan bertambah lebih cepat dibandingkan lebarnya sehingga akan berbentuk oval (Prawiroharjo, 2008; h. 175). Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir bulan. Pada permulaan kehamilan posisi rahim antefleksi atau retrofleksi. Pada 4 bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga pelvis. Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati. Pada ibu hamil, rahim biasanya mobile, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri. Serviks uteri bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak. Klenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan mukus. Oleh karena bertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livid, dan ini disebut dengan tanda Chadwik (Sulistyawati, 2009; h. 60-61). Ovarium Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron (Sulistyawati, 2009; h. 60-61). Vagina dan vulva Oleh karena pengaruh estrogen, terjadi hipervaskularisasi pada vagina dan vulva, sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih merah atau kebiruan, kondisi ini disebut dengan tanda chadwik (Sulistyawati, 2009; h. 60-61). Sistem Kardiovaskular Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya atau biasa disebut sebagai curah jantung meningkat sampai 30-50%. Peningkatan mulai terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 16-28 minggu. Oleh karena curah jantung meningkat, maka denyut jantung pada saat istirahat juga meningkat (dalam keadaan normal 70 kali/menit menjadi 80-90 kali/menit). Setelah mencapai usia kehamilan 30 minggu, curah jantung agak menurun karena pembesaran rahim menekan vena yang membawa darah dari tungkai ke jantung. Janin yang terus tumbuh menyebabkan darah lebih banyak dikirim ke rahim ibu, sehingga curah jantung meningkat (Sulistyawati, 2009; h. 61-62). Sistem Urinaria Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat sebelum persalinan. Pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang membesar. Peningkatan aktivitas ginjal yang lebih besar terjadi saat wanita hamil tidur miring sehingga menyebabkan ibu hamil sering merasa ingin berkemih ketika berbaring (Sulistyawati, 2009; h. 62-63). Sistem Gastrointestinal Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan usus bagian bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi. Sembelit semakin berat karena gerakan otot di dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesteron (Sulistyawati, 2009; h. 63). Sistem Metabolisme Janin membutuhkan kalsium rata-rata 1,5 gram sehari dan 30-40 gram kalsium untuk pembentukan tulang terutama di trimester akhir. Asupan kalsium sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan yang mencapai 70% dari diet biasanya. Fosfor dibutuhkan rata-rata 2gr/hr. Dan pada wanita hamil cenderung mengalami retensi air sehingga kebutuhan cairan meningkat (Sulistyawati, 2009; h. 63-64). Sistem Muskuloskeletal Adanya sakit punggung pada wanita hamil disebabkan oleh meningkatnya pergerakan pelvis akibat pembesaran uterus. Bentuk tubuh selalu berubah menyesuaikan dengan pembesaran uterus ke depan karena tidak adanya otot abdomen. Bagi wanita yang kurus lekukan lumbalnya lebih dari normal dan menyebabkan lordosis dan gaya beratnya berpusat pada kaki bagian belakang yang menyebabkan rasa sakit yang berulang terutama di bagian punggung (Sulistyawati, 2009; h. 64-65). Kulit Topeng kehamilan (chloasma gravidarum) adalah bintik-bintik pigmen kecoklatan yang tampak dikulit kening dan pipi. Peningkatan pigmentasi juga terjadi disekeliling putting susu. Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya serabut elastik di bawah kulit, sehingga menimbulkan striae gravidarum. Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya yang disebut sebagai linea nigra (Sulistyawati, 2009; h. 65). Payudara Untuk proses laktasi, payudara mengalami banyak perubahan. Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang dan berat. Dapat teraba nodul-nodul akibat hipertrofi kelenjar alveoli. Bayangan vena-vena lebih membiru. Areola mamae menghitam. Kalau diperas akan keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna kuning (Sulistyawati, 2009; h. 65). Sistem Endokrin Progesteron dan estrogen merangsang prolifelasi dari desidua (bagian dalam uterus) dalam upaya mempersiapkan implantasi jika kehamilan terjadi. Plasenta yang terbentuk secara sempurna dan berfungsi 10 minggu setelah pembuahan terjadi, akan mengambil alih tugas korpus luteum untuk memproduksi estrogen dan progesteron (Sulistyawati, 2009; h. 66). Sistem Pernafasan Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya ruang rahim dan pembentukan hormon progesteron menyebabkan paru-paru berfungsi sedikit berbeda dari biasanya. Wanita hamil bernafas lebih capat dan dalam karena memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan dirinya (Sulistyawati, 2009; h. 69). Tanda Bahaya Kehamilan Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes, 2003). Tanda-tanda bahaya pada kehamilan adalah tanda-tanda yang terjadi pada seorang Ibu hamil yang merupakan suatu pertanda telah terjadinya suatu masalah yang serius pada Ibu atau janin yang dikandungnya (Ziaetraelmart, 2009). Tanda bahaya kehamilan tersebut adalah sebagai berikut Perdarahan Adalah salah satu komplikasi kehamilan terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan dapat terjadi disetiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, miscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan antepartum (Prawirohardjo, 2009; h. 459). Perdarahan pada kehamilan tersebut dibagi menjadi 2, meliputi : Perdarahan pada hamil muda Ada beberapa hal yang memungkinkan adanya perdarahan pada kehamilan muda,yaitu Implantasi embrio Perdarahan dalam jumlah yang sangat sedikit / bintik-bintik pada awal kehamilan bisa merupakan hal normal yang disebut implantasi embrio pada dinding rahim yang menyebabkan dinding rahim melepaskan sejumlah kecil darah yang biasanya terjadi sekitar kehamilan minggu ke 7-9 dan hanya terjadi satu atau dua hari saja (Melda, 2009; h. 46). Abortus Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin dari 500 gram (Prawirohardjo, 2009; h. 460). Kehamilan Mola Disebut juga dengan kehamilan anggur, yaitu adanya jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai anggur atau mata ikan. Pada kehamilan jenis ini diantaranya memiliki tanda dan gejala seperti mual muntah yang berlebihan, kadang kala ada toksemia gravidarum (pusing, gangguan penglihatan, tekanan darah tinggi), terdapat perdarahan sedikit atau banyak, pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan (Sulistyawati, 2009; h. 150). Kehamilan Ektopik Kehamilan ektopik atau hamil diluar kandungan terjadi akibat sel telur yang sudah dibuahi tidak masuk dan tertanam dalam rahim, tetapi justru di saluran indung telur atau leher rahim. Gejala-gejala yang biasa ditemui adanya perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba diperut seperti diiris-iris dengan pisau disertai dengan muntah dan bisa sampai jatuh pingsan (Indiarti, 2007; h. 80). Perdarahan pada hamil tua Plasenta Previa Suatu keadaan dimana plasenta berimplantasi atau menempel pada tempat yang abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Perdarahan kadang terjadi pada bangun tidur di pagi hari, tanpa disadari. Jumlah darah yang keluar biasanya akan bertambah banyak dari jumlah darah yang keluar sebelumnya (Sulistyawati, 2009; h. 155-157). Solusio Plasenta Terlepasnya plasenta yang letaknya normal di fundus/korpus uteri sebelum janin lahir dan biasanya dihitung sejak usia kehamilan lebih dari 28 minggu (Sujiyatini, 2009; h. 51-52). Gejala yang dimunculkan darah yang keluar berwarna merah tua, nyeri perut dan uterus tegang terus-menerus seperti kontraksi (Prawirohardjo, 2009; h. 507) Hiperemesis gravidarum Menurut Huliana (2001) yang dikutip oleh Mayasari (2010), menjelaskan keluhan muntah pada ibu hamil adalah gejala yang wajar dan sering ditemukan pada kehamilan 1-3 bulan. Mual biasanya terjadi pagi hari, gejala ini akan hilang sedikit demi sedikit di akhir trimester pertama. Akan tetapi ada kalanya keluhan ini bertambah berat sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk, keluhan ini disebut hyperemesis gravidarum. Keadaan mual muntah terus-menerus merupakan keadaan yang berbahaya dalam kehamilan, karena akan mengganggu pertumbuhan janin dan memperburuk keadaan ibu dan janin. Penanganan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah usia kehamilan 4 bulan, menganjurkan makan dalam jumlah porsi kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin (Prawiroharjo, 2006; h. 278). Sakit Kepala Hal ini bisa merupakan indikasi kehamilan yang berbahaya. Biasanya ini terjadi akibat kekurangan darah (anemia) dan hipertensi (Solihah,2008;h.43) Sakit kepala yang menunjukkan masalah serius adalah sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre eklamsi (Sulistyawati, 2009; h. 161). Penglihatan Kabur Oleh karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah selama proses kehamilan. Masalah penglihatan yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan penglihatan yang mendadak, misalnya pandangan yang kabur atau berbayang secara mendadak. Perubahan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat dan mungkin merupakan gejala dari pre eklamsi (Sulistyawati, 2009; h. 161).. Bengkak di Wajah dan Tangan Hampir separuh ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat dengan meninggikan kaki. Bengkak biasanya menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Bengkak diwajah dan tangan dapat merupakan pertanda gagal jantung atau pre-eklamsi (Sulistyawati, 2009; h. 161). Air Ketuban Keluar Sebelum Waktunya Air ketuban keluar sebelum waktunya atau ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan. Air yang keluar berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak / ngepyok. Hati-hati akan adanya persalinan preterm/belum cukup bulan dan komplikasi infeksi (Mansjoer, 2000; h. 310-313). Gerakan Janin Kesejahteraan janin dapat diketahui dari keaktifan gerakannya. Minimal 10 kali dalam 12 jam. Gerakan bayi akan lebih terasa jika ibu dalam kondisi berbaring atau beristirahat. Jika kurang dari 10 kali dalam 12 jam, maka waspada akan adanya gangguan janin dalam rahim sampai kematian janin (Sulistyawati,2009;h.161). Nyeri Perut yang hebat Sebelumnya harus dibedakan nyeri yang dirasakan adalah bukan his atau kontraksi seperti pada persalinan. Pada kehamilan lanjut, jika ibu nyeri yang hebat, tidak berhenti setelah beristirahat, disertai dengan tanda-tanda syok yang membuat keadaan umum ibu makin lama makin memburuk dan disertai perdarahan yang tidak sesuai dengan beratnya syok, maka harus waspada akan kemungkinan terjadinya solusio plasenta (Sulistyawati, 2009; h. 162). Demam Tinggi Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ÂșC dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan (Prawirohardjo, 2008; h. 248). Pengetahuan Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviuor) (Notoatmodjo,2007;h. 139-140). Proses Adopsi Perilaku Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pada pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berututan, yakni : Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus Evaluation (menimbang-menimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru Adoption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaiknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007; h. 40). Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu diri merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cyclel) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan anlisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2007; h. 140-142). Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Wawan (2010; h. 14-15). Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip adalah sebagai berikut : Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan Cara coba salah (Trial and Error) Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan sebagainya. Prinsip inilah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulangi pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah : Faktor Internal Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Dikutip dari Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Umur Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur undividu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. Faktor Eksternal Faktor Lingkungan Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (3 lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok). Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan, 2010; h. 16-18). Kriteria Tingkat Pengetahuan Menurut Arikunto (2006) yang dikutip (Wawan, 2010; h. 18) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu : Baik : Hasil presentase 76%-100% Cukup : Hasil presentase 56%-75% Kurang : Hasil presentase < 56% Perilaku Pengertian Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007; h. 133). Menurut Notoatmodjo (2007; h. 133) dikutip dari Skiner (1938) seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua : Perilaku tertutup (covert behaviour) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2007; h. 134). Perilaku Kesehatan Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007; h. 136), maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance) Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk menyembuhkan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu: Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseoramg, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri (Notoatmodjo, 2007; h. 136). Perilaku kesehatan lingkungan Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini. (Notoatmodjo, 2007; h. 138). Perilaku hidup sehat Adalah perilaku-perilaku yang barkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain : Menu seimbang Olahraga teratur Tidak merokok Tidak minum-minuman keras dan narkoba Istirahat yang cukup Mengendalian stress Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan Perilaku sakit (illness behavior) Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar