Minggu, 30 September 2012

KTI KEBIDANAN SEPT 2012 : GAMBARAN MEKANISME KOPING STRES BIDAN DALAM MENANGANI PERSALINAN DI KECAMATAN ...

LEBIH LENGKAP HUB : 081225300100
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Setiap individu yang hidup di dunia ini tidak pernah terlepas dari stres. Semua tuntutan yang berlebihan dari orang lain terhadap diri kita, sering membuat ketegangan emosional.1 Stres mempengaruhi kondisi dan respon dari tubuh maupun pikiran. Respon dari tubuh maupun pikiran ini muncul karena adanya stressor. Stressor tersebut dapat muncul dalam bentuk fisik, sosioemosi, ekonomi, atau spiritual.2 Salah satu faktor yang menentukan seorang individu dipengaruhi oleh stres yang dirasakannya adalah dengan bagaimana dia menghadapi peristiwa yang dialaminya dengan mekanisme koping.1 Mekanisme koping yang baik dapat mengurangi dampak psikologis, gangguan fisik atau perilaku, individu dapat beradaptasi serta dapat mengubah stres menjadi suatu cara pandang yang positif terhadap diri dalam menguasai situasi, sehingga respon terhadap stressor dapat menghasilkan outcome yang lebih baik bagi individu.3 Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang merupakan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yang tidak efektif akan berakhir dengan mal adaptif. 4 Profesi pekerjaan yang bergerak dalam bidang pelayanan kemasyarakatan sering dihadapkan dengan ketegangan emosional yang terkait dengan pekerjaan yang dijalankan dimana sangat mungkin menimbulkan stres kerja. Salah satu profesi pekerjaan yang bergerak di bidang pelayanan kemasyarakatan adalah bidan. Hal yang paling mendatangkan stres sebagai bidan yaitu saat bidan dihadapkan dengan tanggung jawab dan resiko yang besar dalam proses persalinan karena bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan dua nyawa sekaligus yaitu nyawa ibu dan bayi. Reaksi stres yang muncul pada bidan dapat mempengaruhi perilaku, sikap dan emosi bidan terhadap pasien yang ditangani.5 Meskipun pada saat mengikuti pendidikan formal bidan sudah dibekali dengan ilmu psikologi, coping stres, kegawatdaruratan dalam persalinan tetapi tetap saja kondisi psikososial yang buruk dapat menjadi sumber stres bidan, dan mempengaruhi sikap, perilaku, dan emosi bidan pada saat menangani pasien. Profil kesehatan kota Semarang tahun 2009 menyebutkan terdapat 411 bidan di kota Semarang, yang terdiri dari 3 unit kerja, DKK terdapat 3 bidan, Puskesmas terdapat 135 bidan, dan RSU/RS terdapat 273 bidan, sedangkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang No.15 tahun 1999 terdapat 4 puskesmas di kecamatan Banyumanik yang terdiri dari 18 bidan. Menurut data BAPERMAS tahun 2010 terdapat 28 Bidan Praktek Swasta, termasuk 5 bidan Puskesmas di kecamatan Banyumanik . Sedangkan dari data IBI rating II tahun 2010 jumlah bidan sekecamatan Banyumanik terdapat 41 bidan. Keselamatan jiwa seorang ibu hamil dan bayi lebih banyak berada ditangan bidan, sekitar 80% persalinan ditangani bidan. Selain itu bidan juga memberikan pertolongan pertama ketika terjadi masalah dalam persalinan atau bayi yang mengalami gangguan kesehatan, serta mengidentifikasi apakah ibu hamil tersebut berisiko tinggi untuk melahirkan secara normal. Dalam hal ini maka profesionalisme seorang bidan merupakan salah satu kunci utama dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.6 Kasus kematian ibu dan bayi di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar 228/100.000 kelahiran hidup (KH). Penyebab kematian ibu tertinggi pertama adalah karena perdarahan (28%), tertinggi kedua adalah eklamsia (24%), dan tertinggi ketiga karena infeksi. Berdasarkan sasaran target pembangunan tahun 2009 pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang berkompetensi kebidanan sebesar 80%. Data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang menunjukan AKI tahun 2009 yaitu 112 /100.000 kelahiran hidup. AKI tahun 2010 di kota Semarang sebesar 73,79 / 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan survei pendahuluan dengan menggunakan wawancara pada 6 bidan didapatkan hasil 4 bidan mengalami stres dan 2 bidan tidak mengalami stres. Stres tersebut berkaitan dengan lingkungan psikososial yang kurang mendukung, rasa cemas saat menolong persalinan, perasaan untuk selalu waspada saat menolong persalinan, perasaan jenuh saat menunggu proses persalinan yang begitu lama, perasaan khawatir saat menolong persalinan, hingga memiliki pikiran kematian saat terjadi kegawatan dalam menolong persalinan. Dari 6 bidan tersebut menggunakan mekanisme koping adaptif, cara yang dilakukan bidan dalam mengatasi stres tersebut antara lain meminta bantuan teman , berkumpul mencurahkan perasaan dengan teman sejawat, dan berusaha meningkatkan potensi diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan. Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan ini. Peneliti ingin mengetahui gambaran mekanisme koping stres bidan dalam menangani persalinan di Kecamatan Banyumanik Semarang. B. Rumusan Masalah Profesi pekerjaan yang bergerak dalam bidang pelayanan kemasyarakatan sering dihadapkan dengan ketegangan emosional yang terkait dengan sifat pekerjaan yang dijalankan, di mana sangat mungkin menimbulkan stres kerja. Salah satu profesi pekerjaan yang bergerak di bidang pelayanan kemasyarakatan adalah bidan. Bidan selalu dihadapkan dengan tanggung jawab dan resiko yang besar dalam proses persalinan karena bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan dua nyawa sekaligus yaitu nyawa ibu dan bayi. Salah satu faktor yang menentukan seorang individu dipengaruhi oleh stres yang dirasakannya adalah dengan bagaimana dia menghadapi peristiwa yang dialaminya dengan mekanisme koping. Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti ”Bagaimana mekanisme koping stres bidan dalam menangani persalinan ? ” C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran mekanisme koping stres bidan dalam menangani persalinan. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik sosio demografi bidan meliputi : umur, pendidikan, dan lama bekerja. b. Mengetahui mekanisme koping stres bidan berdasarkan faktor sosio demografi. c. Mengetahui gambaran mekanisme koping bidan dalam menangani stres yang dialami. D. Manfaat 1. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman peneliti dalam melaksanakan penelitian. Hasil penelitian ini mengetahui tentang stres maupun stresor pada bidan sehingga bidan dapat melakukan mekanisme penyesuaian yang baik dalam menghadapi stres pada saat membantu proses persalinan. 2. Bagi Instansi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi institusi pendidikan yang menjalankan program kebidanan sebagai informasi dan bahan pustaka pembaca dalam pengembangan ilmu pengetahuan serta dapat berguna untuk memberikan kontribusi pembendaharaan penelitian tentang stres dan mekanisme koping bidan dalam menangani persalinan. 3. Bagi Bidan Hasil dari penelitian ini akan ditarik kesimpulannya dan diberikan pada Puskesmas di wilayah Kecamatan Banyumanik untuk disebarkan pada bidan di wilayah kerja Kecamatan Banyumanik. Sebagai informasi bagi para bidan tentang gambaran mekanisme koping stres bidan dalam membantu proses persalinan sehingga lebih siap psikis, mental dan dapat melakukan penyesuaian yang baik dalam menghadapi stres.   E. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah : Tabel 1.1 Tabel Keaslian Penelitian No Judul / Penyusun Tujuan Desain Penelitian Populasi Sampel Hasil Perbedaan Penelitian 1. Gambaran Mekanisme Koping Perawat dalam Menghadapi Stres Kerja di RSU Aisyah Dr.Soetomo Ponorogo Penyusun : Khrisna Indah M (NIM : 051229) Jenis : Skripsi Mengetahui gambaran mekanisme koping perawat dalam menghadapi stres kerja secara adaptif dan mal adaptif Deskriptif Populasi : seluruh perawat di RSU Aisyah Dr.Soetomo Ponorogo Sampel : 62 responden, dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. 62 responden yang mengalami stres kerja didapatkan hasil 38 responden (61, 29%) menggunakan koping adaptif dan 24 responden (38,71%) menggunakan koping mal adaptif Judul penelitian Mekanisme Koping Stres Bidan Dalam Menangani Persalinan di Kecamatan Banyumanik Semarang. Jumlah sampel 41 responden dengan teknik total sampling dan dilaksanakan th 2011 2. Coping stres kerja pada perawat di RSJ Menur Surabaya Penyusun : Rosyidah Alif Jenis : Skripsi Mengetahui gambaran stressor, stres kerja dan koping oleh perawat Deskriptif Populasi : seluruh perawat . Sampel : 55 responden dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Responden melakukan emotion focused coping (pada stressor konflik pada perawatan pasien , dan stressor faktor Judul penelitian Mekanisme Koping Stres Bidan Dalam Menangani Persalinan di Kecamatan Banyumanik Semarang. Jumlah sampel 41 responden, teknik total organisasi). Problem focused coping (konflik dengan keluarga pasien) sampling, Hasil dikategorikan menjadi koping adaptif dan mal adaptif dan dilaksanakan th 2011 3. Gambaran Stressor, Stress dan Coping Stres Terhadap Skripsi pada Mahasiswa Universitas Indonusa Esa Unggul Penyusun : Desy Puspita Sari Jenis: Skripsi Mengetahui gambaran coping stress terhadap skripsi pada mahasiswa Universitas Indonusa Esa Unggul Deskriptif Kualitatif Subjek penelitian : dua mahasiswi dan dua mahasiswa yang masih aktif menyusun skripsi. Metode purposive sampling. Pengumpulan data: wawancara terstruktur (in-dept interview) dan observasi. Keempat subjek mengalami kendala dan hambatan dalam menyusun skripsi yang disadari subjek menjadi stressor dan coping stress yang digunakan gabungan problem focused coping dan emotion focused coping sebagai usaha untuk mengurangi stres. Judul penelitian Mekanisme Koping Stres Bidan Dalam Menangani Persalinan di Kecamatan Banyumanik Semarang. Jumlah sampel 41 responden,teknik total sampling, jenis penelitian kuantitatif deskriptif, hasil dikategorikan menjadi koping adaptif dan mal adaptif dan dilaksnakan th 2011.   4. Tingkat Kecemasan dan Cara Koping Ibu Hamil Primigravida Trimester III Dalam Menghadapi Kecemasan Menjelang Persalinan di BPS Istimajid. Penyusun: Indah Fibriyanti (NIM. P174241061229) Jenis : KTI Mengetahui gambaran tingkat kecemasan dan cara koping ibu hamil dalam menghadapi kecemasan dalam menjelang persalinan. Deskriptif Populasi : seluruh pasien hamil di BPS Istimajid Sample : 30 responden. Teknik purposive sampling. Yang mengalami cemas ringan 16 responden, cemas sedang 7 responden, 7 responden tidak cemas. 26 responden (86,67%) menggunakan koping adaptif dan 4 responden (13,37%) menggunakan koping mal adaptif Judul : Mekanisme Koping Stres Bidan Dalam Menangani Persalinan di Kecamatan Banyumanik Semarang. Jumlah sampel 41 responden dengan teknik total sampling dan dilaksanakan th 2011 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Konsep Koping a. Pengertian Koping adalah proses yang dilalui individu dalam menyelesaikan situasi stressfull. Koping tersebut adalah merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik.4 Konsep koping yaitu bagaimana orang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya.2 Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respon terhadap situasi yang mengancam. Upaya individu dapat berupa perubahan cara berpikir (kognitif), perubahan perilaku atau perubahan lingkungan yang bertujuan untuk menyelesaikan stres yang dihadapi. Koping yang efektif akan menghasilkan adaptasi.7 Secara alamiah baik disadari atau tidak individu sesungguhnya telah menggunakan strategi koping dalam menghadapi stres. Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan / dihadapi.4 b. Sumber Individu dapat menanggulangi stres dengan menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang efektif.8 Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek yaitu : aspek fisiologis, dan aspek psikososial.7 1) Reaksi Fisiologis Tanda dan gejala fisiologis merupakan manifestasi tubuh terhadap stres, dimana pupil menebal, keringat meningkat, mulut kering, peristaltik menurun, pengeluaran urin menurun, kewaspadaan mental meningkat terhadap ancaman serius, ketegangan otot meningkat. Reaksi fisiologis merupakan indikasi klien dalam keadaan stres. 2) Reaksi Psikososial a) Reaksi yang berorientasi pada ego yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. b) Denial (menyangkal), menghindarkan realitas ketidaksetujuan dengan mengabaikan atau menolak untuk mengenalinya. c) Projeksi, mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek diluar diri atau melempar kekurangan diri sendiri pada orang lain. d) Menghindarkan stres terhadap karakteristik perilaku dari tahap perkembangan yang lebih awal. e) Displacement (mengisar), mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan pada orang atau benda tertentu kebenda atau orang yang netral atau tidak membahayakan. f) Mencari dukungan sosial, keluarga mencari dukungan atau bantuan dari keluarga, tetangga, teman atau keluarga jauh. g) Reframing, mengkaji ulang kejadian stres agar lebih dapat menanganinya dan menerimanya. h) Mencari dukungan spiritual, mencari dan berusaha secara spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah. i) Menggerakan keluarga untuk dapat menerima bantuan, keluarga berusaha mencari sumber-sumber komunitas dan menerima bantuan orang lain. j) Reaksi berorientasi pada tugas Menurut Keliat (1998), reaksi berorientasi pada tugas merupakan reaksi yang berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stres secara realitis, dapat berupa konstruktif destruktif, misalnya : (1) Perilaku menyerang (agresif), dimana reaksi yang ditampilkan individu dalam mengahadapi masalah dapat konstruktif atau destruktif. Tindakan konstruktif misalnya penyelesaian masalah dengan teknik asertif yaitu tindakan yang dilakukan secara terus terang tentang ketidaksukaan terhadap perlakuan yang dilakukan secara terus terang tentang ketidaksukaan terhadap perlakuan yang tidak menyenangkan baginya, sedangkan tindakan destruktif yaitu individu melakukan tindakan penyerangan terhadap stressor dapat juga merugikan dirinya sendiri, orang lain atau lingkungannya. (2) Perilaku menarik diri, dimana reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis. Reaksi fisik yaitu individu pergi atau menghindari stres, sedangkan reaksi psikologis berupa perilaku apatis, isolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut yang berlebihan. (3) Perilaku kompromi yaitu cara yang digunakan oleh individu dimana dalam menyelesaikan masalahnya individu tersebut melakukan pendekatan negosiasi atau bermusyawarah. Sumber koping adalah suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang.9 Sumber – sumber koping antara lain : 1) Kemampuan personal 2) Dukungan sosial 3) Aset Materi 4) Keyakinan Positif c. Faktor yang mempengaruhi strategi koping Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi kesehatan fisik/energi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial dan dukungan sosial dan materi.10 1) Kesehatan fisik Kesehatan fisik merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk dapat mengerahkan tenaga yang cukup besar. Usia juga merupakan unsur dari fisik seseorang dimana dalam rentang usia tertentu, individu mempunyai tugas perkembangan yang berbeda sehingga mempengaruhi cara berfikir dan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi disekelilingnya. Struktur psikologis individu yang kompleks dan sumber strategi koping yang berubah sesuai tingkat usianya akan menghasilkan reaksi yang berbeda dalam menghadapi situasi yang menekan. Sehingga dapat dipastikan kalau koping individu itu akan berbeda untuk setiap tingkat usia.11 2) Keyakinan atau pandangan positif Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib yang mengarahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan yang akan menurunkan kemampuan strategi koping. 3) Keterampilan Memecahkan Masalah Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat. Pengalaman menjadi faktor utama yang berkaitan dengan keterampilan pemecahan masalah. Pengalaman berhubungan dengan lama bekerja, semakin lama bekerja semakin banyak pengalaman yang diperoleh maka akan semakin banyak kasus yang ditangani sehingga semakin mahir dan terampil dalam penyelesaian suatu pekerjaan.12 4) Keterampilan Sosial Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat. 5) Dukungan Sosial Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya. 6) Materi Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang atau layanan termasuk diantaranya pendidikan. Individu yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan lebih tinggi pula perkembangan kognitifnya, sehingga akan mempunyai penilaian yang lebih realistis dan koping mereka akan lebih aktif dibandingkan mereka yang mempunyai pendidikan rendah.12 d. Macam – Macam Koping Macam – macam koping adalah sebagai berikut:4 1) Koping psikologis Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stres psikologis tergantung dari dua faktor : a) Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap stressor yang diterimanya. b) Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu artinya dalam menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baikdan mejadi suatu pola baru dalam kehidupan tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis. 2) Koping psikososial adalah reaksi psikososial terhadap adanya stimulus stres yang diterima atau dihadapi dala menghadapi stres dan kecemasan. e. Mekanisme Koping 1) Pengertian Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam. Koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu. Berdasarkan kedua definisi maka yang dimaksud mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku. 2) Penggolongan mekanisme koping Mekanisme koping berdasakan penggolongannya dibagi menjadi dua , yaitu :9 a) Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping adaptif yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah dengan orang lain , memecahkan masalah secara efektif , teknik relaksasi , latihan seimbang dan aktivitas konstruktif. b) Mekanisme koping mal adaptif Mekanisme koping mal adaptif menghambat fungsi integrasi , memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan , menghindar. Dimensi koping dapat diidentifikasi menjadi dua , yaitu:2 a) Koping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) mencakup bertindak secara langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan dengan solusi. b) Koping yang berfokus pada emosi (emotion focused coping) merujuk pada berbagai upaya untuk mengurangi berbagai reaksi emosional negatif terhadap stres, contohnya dengan mengalihkan perhatian dari masalah, melakukan relaksasi, atau mencari rasa nyaman dari orang lain 3) Jenis dan strategi koping a) Jenis Koping (1) Koping jangka panjang Cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara yang efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis untuk kurun waktu yang lama, contohnya : (a) Berbicara dengan orang lain “curhat” (curah pendapat dari hati ke hati) dengan teman, keluarga atau profesi tentang masalah yang sedang dihadapi. (b) Mencoba mencari informasi lebih banyak tentang masalah yang sedang dihadapi. (c) Menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan supranatural. (d) Melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan atau masalah. (e) Membuat berbagai alternatif tindakan untuk mengurangi situasi. (f) Mengambil pelajaran dari peristiwa atau pengalaman masa lalu (2) Koping jangka pendek Cara ini digunakan untuk mengurangi stres / ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektif jika digunakan dalam jangka panjang, contohnya adalah: (a) Menggunakan alkohol atau obat-obatan (b) Melamun atau fantasi (c) Mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyanangkan (d) Tidak ragu dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil (e) Banyak tidur (f) Banyak merokok (g) Menangis (h) Beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan masalah.



1 komentar: