Minggu, 31 Mei 2015

KTI KEBIDANAN 2015 BARU : PERSEPSI TENAGA KESEHATAN TERHADAP PELAYANAN PENDERITA HIV/AIDS DI PUSKESMAS

KTI LENGKAP BAB 12345 + Daftar Pustaka Murah Rp. 20.000 cocok untuk referensi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Prinsip pembangunan nasional Indonesia adalah peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan. Prinsip ini berarti membangun fisik dan psikis manusia serta sumber daya yang terkandung didalamnya. Jika setiap manusia secara individual memiliki kesempurnaan sebagai hasil pembangunan, maka masyarakat yang merupakan kumpulan manusia-manusia dengan sendirinya juga akan memiliki kesempurnaan (DKK Kota Salatiga, 2013). Prinsip pembangunan tersebut juga berarti upaya mencegah dan menanggulangi manusia dari berbagai faktor kendala yang menyebabkan ketidaktahuan manusia, baik fisik maupun psikis (DKK Kota Salatiga, 2013). Faktor kendala yang cukup potensial adalah penyalahgunaan narkotika dan psikotropika serta penularan HIV (Human Imunodefiency Virus)/AIDS (Acquired Imunodeficency Syndrome) (Sekretariat Penerangan Narkotika Direktorat Jenderal Penerangan Umum Departemen Penerangan RI, 2002). Sejak ditemukannya infeksi HIV pada tahun 1982, penelitian semakin banyak dilakukan dan ternyata hasilnya sangat mengejutkan dunia. Data epidemi AIDS di Indonesia menunjukkan kecenderungan persebaran dan jumlah kasus AIDS yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Secara kumulatif jumlah penderita HIV/AIDS dari 1 januari 1987 sampai dengan 30 juni 2013 terdapat 108.600 kasus HIV dan 43.667 kasus AIDS. Provinsi Jawa Tengah sampai dengan juni 2013 terdapat 5.406 kasus HIV dan 2.990 kasus AIDS (Ditjen PP & PL Kemens RI, 2013). Sedangkan di Kota Salatiga sampai dengan bulan Maret 2013 tercatat sebanyak 153 ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dengan rincian 64 orang penderita HIV dan 89 orang penderita AIDS (DKK Kota Salatiga, 2013) . Terdapat sekitar empat jenis HIV dengan bentuk infeksi terakhir disebut AIDS yaitu kondisi hilangnya kekebalan tubuh sehingga memberi kesempatan berkembangnya berbagai bentuk infeksi dan keganasan, kemunduran kemampuan intelektual dan penyakit lainnya. Dengan hilangnya semua kekebalan tubuh manusia pada AIDS, tubuh seolah-olah menjadi tempat pembenihan bakteri, protozoa, jamur, serta terjadi degenerasi ganas (Manuaba dkk, 2009). Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan penyakit parah bahkan kematian. Secara kumulatif dari tahun 2008 sampai dengan Maret 2013 di Kota Salatiga sebanyak 48 kasus HIV dan AIDS meninggal dunia (DKK Kota Salatiga, 2013). Hampir setengah dari penyebaran virus HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seksual. Berdasarkan faktor resiko tercatat sebanyak 78 kasus HIV/AIDS disebabkan perilaku heteroseksual dan sebanyak 10 kasus disebabkan perilaku homoseksual. Disamping itu resiko penularan memalui jarum suntik yang terjadi oleh pengguna narkoba, terdapat 60 kasus dari jumlah total kasus penderita yang ada (DKK Kota Salatiga, 2013). Upaya menghambat laju penyebaran dan peningkatan ODHA, berbagai usaha perlu ditempuh. Walaupun telah dimulai ditemukan obat yang dapat mengatasi penyakit ini, tetapi hasilnya belum seperti yang diharapkan. Belum pula didapati vaksin yang efektif sehingga untuk sementara upaya pencegahan menjadi tumpuan (Hanafiah & Amir, 2009). Upaya mempercepat penanggulangan AIDS yang selama ini dilakukan baik oleh pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) masih berputar pada persoalan pencegahan dan penanggulangan secara medis terhadap kasus-kasus HIV dan AIDS yang terjadi. Yang ada dan muncul dalam setiap penggalian masalah HIV dan AIDS tidak lepas dari persoalan medis kurang menyentuh faktor-faktor sosial kemasyarakatan yang ada sehingga berakibat pada kurang terlibatnya masyarakat secara sistemik dan terencana. Maka sangatlah wajar jika kemudian stigma yang muncul di masyarakat sangat menghambat upaya mencegah dan menanggulangi masalah HIV dan AIDS di Indonesia (KPA Nasional, 2008). Menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No 36 tahun 2009 Bab 2 Pasal 3 disebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya dibidang kesehatan dan dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Untuk mewujudkan derajat kesehatan setinggi-tingginya pada setiap orang sesuai dengan UU No 36 tahun 2009 muncullah gagasan Komitmen Sentani untuk pengurangan stigma dan diskriminasi terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) (KPA Nasional, 2008). Sejauh ini kenyataannya stigma dan diskriminasi masih dijumpai terutama dari kalangan medis sendiri. Hal ini yang kemudian memberatkan posisi ODHA di masyarakat. Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA masih tetap merupakan tantangan yang bila tidak teratasi, potensial untuk menjadi penghambat upaya penanggulangan HIV dan AIDS. Pencegahan dan penghapusan diskriminasi yang dialami ODHA baik pada unit pelayanan kesehatan, tempat kerja, di tempat pelayanan publik seperti hotel, lingkungan keluarga maupun di masyarakat umum haruslah tetap menjadi prioritas dan menjadi bagian intregral dari upaya penanggulangan HIV dan AIDS (KPA Nasional, 2008). Keterlibatan berbagai pihak diharapkan untuk mengatasi masalah sosial ini. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan konseling dan pendampingan (tidak hanya psikoterapi tetapi juga psikoreligi), edukasi yang benar tentang HIV/AIDS baik pada penderita, keluarga dan masyarakat. Adanya dukungan dari berbagai pihak dapat menghilangkan berbagai stresor dan dapat membantu penderita meningkatkan kualitas hidupnya sehingga dapat terhindar dari stress, depresi, kecemasan serta perasaan dikucilkan (Susiloningsih, 2008). Peran tenaga kesehatan dalam mengurangi beban psikis penderita AIDS sangatlah besar. Pendampingan dan mempertahankan hubungan dengan pasien sehinggan pasien tidak merasa sendiri dan ditelantarkan. Menunjukkan rasa menghargai dan menerima. Tenaga kesehatan juga dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan memberi rujukan untuk konseling psikiatri. Konseling yang dapat diberikan adalah konseling pra-nikah, konseling pre dan pascates HIV, konseling KB dan perubahan prilaku. Konseling sebelum tes HIV penting untuk mengurangi beban psikis (Susiloningsih, 2008). Puskesmas Sidorejo Lor Salatiga merupakan satu-satunya pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar di Kota Salatiga yang melayani pelayanan kesehatan terhadap HIV/AIDS. Pelayanan kesehatan meliputi tes dan konseling HIV terintregasi atau Provider Initiated HIV Testing and Counseling (PITC). Dari total 153 kasus HIV/AIDS yang ditemukan di Salatiga sebanyak rata-rata 10 orang (6,5 %) per bulan penderita yang aktif melakukan kunjungan pemeriksaan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada seorang informan pada tanggal 25 Juli 2013 di Puskesmas Sidorejo Lor Salatiga mengatakan bahwa apabila ada pasien ingin melakukan pemeriksaan tes dan PITC dengan keluhan yang menjurus ke HIV/AIDS walaupun secara pemeriksaan belum dinyatakan positif HIV/AIDS mereka dalam hal ini tenaga kesehatan terlihat merasa khawatir dan takut melakukan kontak langsung dalam waktu lama karena takut tertular, mereka dengan cepat-cepat melayani untuk menyudahi kontak. Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “PERSEPSI TENAGA KESEHATAN TERHADAP PELAYANAN PENDERITA HIV/AIDS DI PUSKESMAS”. B. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada penggalian persepsi tenaga kesehatan tentang pengertian HIV/AIDS, gejala mayor dan minor HIV/AIDS, cara penularan HIV/AIDS, dan cara melindungi diri saat melakukan kontak langsung dengan ODHA. C. Perumusan Masalah “Bagaimana Persepsi Tenaga Kesehatan terhadap Pelayanan Penderita HIV/AIDS di Puskesmas Sidorejo Lor Kota Salatiga?” D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Persepsi Tenaga Kesehatan terhadap Pelayanan Penderita HIV/AIDS di Puskesmas Sidorejo Lor Kota Salatiga. 2. Tujuan Khusus a. Mengeksplorasi persepsi tenaga kesehatan tentang pengertian HIV/AIDS. b. Mengeksplorasi persepsi tenaga kesehatan tentang gejala mayor dan minor HIV/AIDS. c. Mengeksplorasi persepsi tenaga kesehatan tentang cara penularan HIV/AIDS d. Mengeksplorasi persepsi tenaga kesehatan tentang cara melindungi diri pada saat melakukan kontak dengan ODHA. E. Manfaat Penelitian 1. Lembaga Pendidikan Sumber informasi aplikatif yang dapat dipergunakan sebagai ilmu pengetahuan dan dipergunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis a. Bagi tenaga kesehatan Memberikan sumber informasi tentang persepsi tenaga kesehatan terhadap apa yang dilakukan pada saat melakukan kontak dengan ODHA dalam pelayanan kesehatan sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalm memberikan pelayanan kesehatan terhadap ODHA. b. Bagi Peneliti Menambah keilmuan, pengetahuan dan pengalaman penelitian tentang cara, kegiatan dalam melakukan penelitian serta mengaplikasikan berbagai konsep dan teori. F. Originalitas Penelitian Penelitian sejenis yang mendukung penelitian ini yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitia Sekarang Nama Peneliti /Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan 1. Suhesti, Windi Tahun 2012 Persepsi terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan bagi Pengidap HIV dan AIDS di RSU Tangerang. Walaupun secara umum pelayanan kesehatan di RSUD Tangerang telah berjalan baik namun beberapa hal terkait pelayanan masih perlu diperbaiki. Informasi yang tepat dan benar menjadi kunci dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS. Bahwa perlindungan terhadap resiko pekerjaan kepada petugas belum mendapat perhatian sehingga wajib menjadi prioritas. a. Variabel penelitian : Penelitian terdahulu menggunakan variable Persepsi terhadap kualitas pelayanan kesehatan bagi pengidap HIV/AIDS. Sedangkan variabel penelitian sekarang adalah persepsi tenaga kesehatan terhadap pelayanan penderita HIV/AIDS b. Rancangan Penelitian : penelitian terdahulu menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan survei dengan melakukan penggalian informasi dan mendiskripsikan semua data yang ditemukan di wilayah penelitian. Sedangkan peneitian sekarang menggunakan metode menggunakan deskriptif kualitatif. c. Populasi dan Sampel : penelitian terdahulu populasi seluruh petugas kesehatan yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus menangani pasien dengan HIV dan AIDS, pasien HIV dan AIDS dewasa yang menggunakan fasilitas layanan di Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang sejumlah 788 pasien dengan sampel sejumlah 200 orang yang diambil menggunakan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Sedangkan populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan yang memberikan yang memberikan pelayanan terhadap pasien di Puskesmas Sidorejo Lor Kota Salatiga 24 orang dengan teknik sampling purposive sampling. d. Instrument penelitian : penelitan terdahulu menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam sebagai instrument penelitian, sedangkan penelitian sekarang menggunakan instrumen peneliti sendiri dengan wawancara. 2. Rostini, Tahun 2010 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap Petugas Puskesmas Terhadap ODHA Dalam Pelayanan Kesehatan HIV-AIDS Di Kota Bandung Hasil penelitian didapatkan hasil 59,6 % petugas puskesmas bersikap positif terhadap ODHA. Faktor yang berhubungan dengan sikap petugas puskesmas terhadap ODHA adalah pengalaman menolong ODHA dengan nilia p = 0.016 a. Variable penelitian : faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap petugas puskesmas terhadap ODHA dalam pelayanan kesehatn HIV/AIDS b. Rancangan penelitian : jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan melakukan penggalian informasi dan mendiskripsikan semua data yang ditemukan di wilayah penelitian. c. Popuasi dan sampel : Pada pendekatan kuantitatif : populasi yang merupakan menjasi sampel adalah semua petugas kesehatan 4 puskesmas di Kota Bandung merupakan tim pelayanan kesehatan HIV/AIDS sebanyak 55 orang. Metode sampling yang digunakan adalah total sampling. Analisis data univariat mendeskripsika masing-masing variable penelitian, analisis bivariat menggunakan uji chi square dan analisis multivariate menggunakan regresi logistik ganda. Pada pendekatan kualitatif : sampel penelitian adalah petugas puskesmas dalam pelayanan kesehatan HIV/AIDS sebanyak 7 orang. Teknik pengambilan sampel dengan pusposive sampling didasarkan prinsip kesesuaian dan kecukupan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar