MAU KTI LENGKAP BAB 12345+Daftar Pustaka HUb : 081225300100 Pin :527B6FC1
BAB I
Mbr>PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pubertas merupakan periode kehidupan saat organ reproduksi berkembang pesat dan mencapai maturitas. Tanda-tanda awal pubertas adalah tumbuhnya payudara dan rambut pubis. Tubuh tumbuh dengan pesat dan memberi bentuk tubuh wanita. Pubertas mencapai puncak pada awitan menstruasi, periode menstruasi pertama disebut menarche (Fraser, 2009).
Siklus menstruasi merupakan bagian dari proses regular yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulanya untuk kehamilan. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid), (Saryono, 2009).
Siklus menstruasi biasanya dimulai pada wanita muda umur 12-15 tahun (menarche) yang terus berlanjut sampai umur 40-50 tahun (menopause) tergantung pada berbagai factor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat badan tubuh relative terhadap tinggi tubuh. Pada umumnya siklus menstruasi berlangsung 28 hari, siklus normal 21-35 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita. Selama siklus menstruasi, ovarium menghasilkan hormone estrogen dan progesterone (Saryono, 2009). Siklus menstruasi meliputi perubahan siklus didalam endokrin, ovarium, dan uterus. Baik factor fisiologis individu maupun lingkungan dapat mempengaruhi perubahan siklus ini (Walsh, 2008).
Hipotalamus adalah sumber utama kontrol hipotalamus dan mengatur kelenjer hipofisis anterior melelui jalur hormonal. Sebaliknya, kelanjar hipofisis anterior mengatur ovarium dengan hormon. Akhirnya, ovarium menghasilkan hormone yang mengendalikan perubahan yang terjadi simultan dan selaras. Mood wanita dapat berubah sejalan dengan siklus tersebut karena adanya hubungan yang erat antara hipotalamus dan korteks serebri (Franser, 2009).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan pola menstruasi dalam Hestiantoro (2009) adalah: Fungsi hormon terganggu, kelainan sistemik, cemas, kelenjar gondok, hormon prolactin berlebihan, kelainan fisik (alat reproduksi) seperti: gangguan kesuburan, abortus berulang, dan keganasan pada organ reproduksi.
Gejala kecemasan sangat mempengaruhi pola menstruasi pada wanita, karena pesan sepanjang saraf di dalam otak, tulang belakang dan seluruh tubuh (Saryono, 2009). Adanya rangsangan stressor psikososial mengakibatkan jaringan neuro di otak ikut serta dalam memberikan sinyal bahaya. Otak dapat secara konstan mengirimi pesan bahwa ada sesuatu yang salah dan memerlukan perhatian segera (Nevid, 2005).
Berdasarkan data National Institute of Mental Healt (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut. Di Indonesia jumlah remaja putri yang mengalami gangguan emosional sebesar 20% (Putri, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Desi nur isnaeni (2010), menunjukan bahwa sebagian besar mahasiswa mengalami siklus menstruasi normal (58,90%) dan mengalami stress ringan (84,93%). Uji utami (2009), menunjukan bahwa mahasiswa semester VI A Akbid Mitra Husada Karanganyar mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi (66,7%), tidak cemas saat menghadapi ujian OSCA (57,8%).
Sesuai dengan teori kecemasan Mansjoer (2005), mengatakan kecemasan yaitu perasaan tidak nyaman yang biasanya berupa perasaan gelisah, takut, khawatir yang merupakan manifestasi dari factor psikologi dan fisiologi.
Dampak dari kecemasan antara lain : berdebar dengan diiringi dengan detak jantung yang cepat, rasa sakit atau nyeri pada dada, sesak nafas, berkeringat berlebihan, kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap aktivitas seksual, gangguan tidur, tubuh gemetar, anggota tubuh dingin, ingin bunuh diri, dan Migrain (Putri, 2007).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 10 mahasiswa D3 kebidanan tingkat 3 di universitas xxx xxx, didapatkan 6 mahasiswa atau 60% diantaranya menyatakan pola menstruasinya tidak teratur (mundur lebih dari dua minggu dari pola atau menstruasinya lebih awal satu minggu) disebabkan kecemsaan Karena kegiatan perkuliahan yang padat, persiapan menghadapi serangkaian ujian serta kegiatan penyusuna KTI, sedangkan 4 mahasiswa atau 40% mahasiswa lainya menyatakan pola menstruasinya normal pada saat mahasiswa ada kegiatan yang padat.
Hal tersebut terkait dengan cemas yang dialami mahasiswa karena aktivitas padat yang banyak menyita waktu, tenaga dan biaya serta permasalahan yang sedang dihadapinya. Hal ini berakibat akan mempengaruhi kondisi fisik dan mental emosional misalnya mudah lelah, daya tahan tubuh menurun, daya konsentrasi dan daya ingat menurun serta menjadi pemarah, pemurung, dan merasa cemas. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang “Hubungan Antara Tingkat kecemasan dengan Pola Menstruasi Pada Mahasisw D3 Kebidanan Tingkat 3 Universitas Xxx Xxx Tahun 2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas permasalahan yang dapat dirumuskan adalah “Adakah hubungan antara tingkat kecemasan dengan pola menstruasi pada mahasiswa D3 kebidanan Tingkat 3 Universitas Xxx Xxx Tahun 2012”?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan pola menstruasi pada mahasiswa D3 kebidanan Tingka 3 Universitas Muhammadiya Xxx tahun 2012.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan Tingkat Kecemasan pada Mahasiswa D3 kebidanan Tingkat 3 universitas Xxx Xxx Tahun 2012.
b. Mendeskripsikan Pola Menstruasi pada mahasiswa D3 tingkat 3 universitas Xxx Xxx Tahun 2012.
c. Menganalisa hubungan Antara Tingkat kecemasan dengan Pola Menstruasi pada Mahasiswa D3 Kebidanan tingkat 3 Universitas Xxx Xxx Tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai masukan dan pengetahuan bagi mahasiswa tentang tingkat kecemasan dan pola menstruasi.
2. Bagi institusi
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran dan menganalisa mengenai tingkat kecemasan dan pola menstruasi sehingga dapat digunakan sebagai refrensi bagi penelitian selanjutnya.
3. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam penelitian terutama metodologi penelitian tentang hubungan antara tingkat kecemasan dengan pola menstruasi pada mahasiswa.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1.Keaslian Penelitian
No Pengarang Judul Metode Hasil
1 Desty nur isnaeni, Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) fakultas kedokteran Tahun 2010 Hubungan Antara Stres dengan Pola Menstruasi Pada Mahasiswa Kebidanan jalur Reguler Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2010 Penelitian Observasional analitik, pendekatan Crosscetional, Metode total Sampling: Cara Pengumpulan Data : Kuesioner DASS 42, Analisa dengan menggunakan uji sperman rank correlation dengan taraf signifikan (α) 0,05 atau tingkat kepercayaan 95% Nilai korelasi spearman = 0,282 dan nilai p= 0,016. Hal ini menunjukan ada hubungan antara sters dengan pola menstruasi, semakin berat tingkat stersnya maka semakin berpengaruh terhadap pola menstruasi.
2 Uji Utami Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Fakultas Kedokteran Tahun 2009 Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Obyektif Structural Clinical Assesment pada Mahasiswa Semester VI A Akademi Kebidanan Mitra Husada Karanganyar Penelitian analitik observasional secara cross sectional Metode Sampling : Total Sampling cara pengumpulan Data : Kuesioner, Analisa dengan Uji chi square pada taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (d.k) P value = X2 lebih besar dari Xtabel (30,789 > 3,844) dapat dambil kesimpulan ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kecemasan menghadapi ujian OSCA pada mahasiswa semester VI A Akbid Mitra Husada Karanganyar
3 Tri Suwarni
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Fakultas kedokteran Tahun 2009 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Haid Pada Remaja Putri Kelas 2 SMA Negeri 1 Karanganyar Observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional,pengambilan data menggunakan kuesioner kemudian dilakukan pengolahan data dengan uji statistic chi square. Hasil penelitianmenunjukkan X2 hitung = 15,267 ( > X2 tabel = 5,991), nilai probabilitas 0,000 (< 0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan yang sangat signifikan.
Dalam penelitian ini penulis mengambil judul “ Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Pola Menstruasi Pada Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat 3 Universitas Xxx Xxx Tahun 2012. Yang membedakan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah dari judul, sampel yang diteliti dari penelitian Desi nur isnaeni berjumlah 73 orang dan tempat penelitian di Universitas Sebelas Maret Surakarta, Uji utami berjumlah 45 orang dan tempat penelitian di Akademi Kebidanan Mitra Husada karanganyar.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Pola Menstruasi
a. Pengertian Menstruasi
Haid atau menstruasi adalah salah satu proses alami seorang perempuan yaitu proses dekuamasi atau meluruhnya dinding Rahim bagian dalam (endometrium) yang keluar melalui vagina (Prawirohardjo, 2008).
Pada umumnya siklus menstruasi berlangsung 28 hari.Siklus normal berlangsung 21-35 hari. Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hamper 90% wnita memiliki siklus 25-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur. Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai (Saryono, 2009).
Pola menstruasi merupakan serangkaian proses menstruasi yang meliputi siklus menstruasi, lama perdarahan menstruasi dan dismenorea.
Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara 21-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama menstruasi 3-5 hari, ada yang 7-8 hari.
Setiap hari ganti pembalut 2-5 kali. Panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat badan, aktivitas fisik, tingkat stres, genetik dan gizi (Wiknjosastro;2005, Octaria;2009).
b. Pola Menstruasi
Pola menstruasi normal yaitu siklusnya berlangsung selama 21-35 hari, lamanya adalah 2-8 hari dan jumlah darah yang dikeluarkan kira-kira 20-80 ml per hari. Pola menstruasi yang tidak normal atau disebut juga gangguan menstruasi yaitu apabila menstruasi yang siklus, lama dan jumlah darahnya kurang atau lebih dari yang diuraikan diatas (Anonim,2009).
Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, pada umumnya lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen kelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium. Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun (Heffner; 2008).
c. Gambaran Klinis
Franser (2009) mengatakan terdapat tiga fase utama yang mempengaruhi struktur jaringan endometrium dan dikendalikan oleh hormone ovarium. Fase tersebut antara lain :
1) Fase menstruasi
Fase ini ditandai dengan perdarahan vagina, selama 3-5 hari.Fase ini adalah fase akhir siklus menstruasi, yaitu saat endometrium luruh ke lapisan basal bersama darah dari kapiler dan ovum yang tidak mengalami fertilisasi.
2) Fase proliferative.
Fase ini terjadi setelah menstruasi dan berlangsung ovulasi.Terkadang beberapa hari pertama saraf endometrium dibentuk kembali disebut fase regenerative. Fase ini dikendalikan oleh estrogen dan terdiri atas pertumbuhan kembali dan penebalan endometrium. Pada fase ini endometrium terdiri atas tiga lapisan:
a) Lapisan basal terletak tepat diatas myometrium, memiliki ketebalan sekitar 1 mm. lapisan ini tidak pernah mengalami perubahan selama siklus menstruasi. Lapisan basal ini terdiri atas struktur rudimenter yang penting bagi pembentukan endometrium baru.
b) Lapisan fungsional yang terdiri atas kelenjar tubular dan memiliki ketebalan 2,5 mm. lapisan ini terus mengalami perubahan sesuai pengaruh hormonal ovarium.
c) Lapisan epitelium kuboid bersilia menutupi lapisan fungsional. Lapisan ini masuk ke dalam untuk melapisi kelenjar tubular.
3) Fase sekretori.
Fase ini terjadi setelah ovulasi di bawah pengaruh progesteron dan estrogen dari korpus luteum. Lapisan fungsional menebal sampai 3,5 mm dan menjadi tampak berongga Karena kelenjar ini lebih berliku-liku.
d. Gangguan atau Kelainan Siklus Haid.
Gangguan siklus haid disebabkan ketidakseimbangan FSH atau LH sehingga kadar estrogen dan progesteron tidak normal. Biasanya gangguan menstruasi yang sering terjadi adalah siklus menstruasi tidak teratur atau jarang dan perdarahan yang lama atau abnormal, termasuk akibat sampingan yang ditimbulkannya, seperti nyeri perut, pusing, mual atau muntah (Prawirohardjo, 2008).
1) Menurut Jumlah Perdarahan
a) Hipomenorea
Perdarahan menstruasi yang lebih pendek atau lebih sedikit dari biasanya.
b) Hipermenorea
Perdarahan menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya (lebih dari 8 hari).
2) Menurut Siklus atau Durasi Perdarahan.
a) Polimenore
Siklus menstruasi tidak normal, lebih pendek dari biasanya atau kurang dari 21 hari.
b) Oligomenorea
Siklus menstruasi lebih panjang atau lebih dari 35 hari.
c) Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak ada menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
3) Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi, diantaranya:
a) Premenstrual tension
Gangguan ini berupa ketegangan emosional sebelum haid, seperti gangguan tidur, mudah tersinggung, gelisah, sakit kepala.
b) Mastadinia.
Nyeri pada payudara dan pembesaran payudara sebelum menstruasi.
c) Mittelschmerz
Rasa nyeri saat ovulasi, akibat pecahnya folikel de Graff dapat juga disertai dengan perdarahan/ bercak.
d) Dismenorea.
Rasa nyeri saat menstruasi yang berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan pola menstruasi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan pola menstruasi dalam Hestiantoro (2009) adalah:
1) Fungsi hormon terganggu.
Menstruasi terkait erat dengan system hormone yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar hipofisis. System hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu otomatis siklus menstruasi pun akan terganggu.
2) Kelainan sistemik.
Wanita yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus bisa mempengaruhi siklus menstruasinya karena sistem metabolism didalam tubuh tidak bekerja dengan baik. Wanita penderita penyakit diabetes juga akan mempengaruhi sistem metabolismenya sehingga siklus menstruasinya tidak teratur.
3) Cemas.
Cemas juga dapat mengganggu sistem metabolisme didalam tubuh, bisa saja karena stress/ cemas wanita jadi mulai lelah, berat badan turun drastis, sakit-sakitan, sehingga metabolismenya terganggu. Bila metabolismenya terganggu, siklus menstruasinya pun ikut terganggu.
4) Kelenjar gondok.
Terganggu fungsi kelenjar gondok/ tiroid juga bisa menjadi penyebab tidak teraturnya siklus mentruasi. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid), pasalnya sistem hormonal tubuh terganggu.
5) Hormon prolaktin berlebihan.
Pada wanita menyusui produksi hormon prolaktin cukup tinggi. Hormon prolaktin ini sering kali membuat wanita tak kunjung menstruasi karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada kasus ini tidak masalah, justru sangat baik untuk memberikan kesempatan guna memelihara organ reproduksinya. Sebaliknya, tidak sedang menyusui, hormon prolaktin juga bisa tinggi. Biasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala.
6) Kelainan fisik (alat reproduksi)
Kelainan fisik yang dapat menyebabkan tidak mengalami menstruasi (aminorea primer) pada wanita adalah:
a) Selaput dara tertutup sehingga perlu operasi untuk membuka selaput dara.
b) Indung telur tidak memproduksi ovum.
c) Tidak mempunyai ovarium.
f. Dampak gangguan menstruasi
Gangguan siklus menstrusi dapat mengakibatkan :
1) Gangguan kesuburan
2) Abortus berulang
3) Keganasan pada organ reproduksi
2. Kecemasan
a. Pengertian kecemasan atau ansietas
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk mengatasi bahaya (Nanda, 2005).
Kecemasan atau ansietas adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Nevid, 2005).
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman yang biasanya berupa perasaan gelisah, takut, khawatir yang merupakan manifestasi dari faktor psikologi dan fisiologi (Mansjoer, 2005).
Kecemasan atau ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2007).
b. Gambaran Klinis Kecemasan (ansietas)
Seseorang yang mengalami gangguan hidup tiap hari dalam ketegangan yang tinggal secara samar-samar merasa takut atau cemas pada hampir sebagian besar waktunya dan cenderung bereaksi secara berlebihan terhadap stress yang ringan pun. Tidak mampu santai, mengalami gangguan tidur, kelelahan, nyeri kepala, pening, dan jantung berdebar-debar adalah keluahn fisik yang paling sering ditemukan (Zuyina, 2010).
Aspek-aspek biologis dari gangguan obsesif-komplusif dapat melibatkan keterangsangan yang meninggi dari apa yang disebut sebagai sirkuit cemas yaitu suatu jaringan neuro diotak yang ikut serta dalam memberikan sinyal bahaya. Otak dapat secara konstan mengirim pesan bahwa ada sesuatu yang salah dan memerlukan perhatian segera, hal ini membawa kepada pikiran-pikiran kecemasan obsessional dan tingkah laku komplusif representative. Sirkuit cemas ini menginkorporsi bagian-bagian dari sistem limbik yang memegang peranan dalam respons emosional (Nevid, 2005).
c. Faktor-faktor Penyebab / Pencetus Kecamasan (ansietas)
Berdasarkan Stuart (2007), kecemasan dapat dieskspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan kecemasan. Faktor-faktor penyebabnya yaitu:
1) Psikoanalitis
Kecemasan yang timbul id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan implus primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan.
2) Interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu.
3) Perilaku
Adanya hubungan timbal balik antara konflik dan kecemasan : konflik menimbulkan kecemasan, dan kecemasan menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan.
4) Keluarga
Gangguan kecemasaan biasanya terjadi dalam keluarga.Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara gangguan kecemasan dengan depresi.
5) Biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan pebting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan.Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi kecemasan.Kecemasan disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stresor.
d. Tingkat kecemasan(Anxiety)
Stuart (2007), mengatakan bahwa tingkat kecemasan dibagi menjadi :
1) Ansietas ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehiduan sehari-hari. Ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
2) Ansietas sedang, memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
3) Ansietas berat, sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
4) Tingkat panic dari ansientas, berhubungandengan terpengaruh, ketakutan, dan treor. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panic tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panic mencakup kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motoric, menurunya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsungterus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.
e. Penatalaksanaan Kecemasan.
Nevid (2005) mengatakan, untuk mengatasi konflik-konflik atau gangguan-gangguan kecemasan antara lain :
1) Pendekatan psikodinamika yang modern yaitu lebih berfokus pada gangguan-gangguan relasi yang ada dalam kehidupan klien saat ini dan mendorong klien untuk lebih mengembangkan pola tingkah laku yang lebih adaptif.
2) Terapi humanistika yaitu berfokus pada membantu klien mengidentifikasi dan menerima dirinya yang sejati dan bukan dengan bereaksi pada kecemasan setiap kali perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhannya yang sejati mulai muncul ke permukaan.
3) Terapi obat atau farmakoterapi yaitu berfokus pada penggunaan benzodiazepine dan obat-obat antidepresan.
4) Pendekatan-pendekatan dengan dasar belajar dalam menangani kecemasan melibatkan berbagai teknikbehavioral, termasuk teori pemaparan dan pencegahan responden, serta pelatihan ketrampilan relaksasi.
5) Psikoterapi : lamanya terapi minimal dilakukan adalah selama 12 minggu, biasanya dipilih group terapi dengan kondisi anggota group adalah sama dengan pasien dianggap lebih efektif dalam penyembuhan. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi ketika menghadapi kecemasan, dalam terapi ini terapis berusaha membantu pasien menemukan ketenangan dengan menciptakan rileks dalam diri individu, bersamaan dengan itu pasien juga diberikan sugesti bahwa kecemasan-kecemasan yang muncul itu tidak realitis.
6) Pendekatan agama.
Pendekatan agam akan memberikan rasa nyaman terhadap pikiran, kedekatan terhadap tuhan dan doa-doa yang disampaikan akan memberikan harapan-harapan positif.
7) Pendekatan keluarga
Dukungan (supportif) keluarga efektif mengurangi kecemasan.
8) Olahraga
Olahraga tidak hanya baikuntuk kesehatan. Olahraga akan menyalurkan tumpukan stres secara positif. Lakukan olahraga yang tidak memberatkan, dan memberikan rasa nyaman.
f. Upaya Mencegah Kemunculan Gangguan Kecemasan.
1) Kontrol pernafasan yang baik.
2) Melakukan relaksasi.
3) Olahraga.
4) Bermain dengan benda kesayangan.
5) Dekat air atau menyentuh air.
6) Mengkonsumsi makanan dan minuman kesukaan.
7) Berdoa.
8) Senyum.
9) Makan coklat.
10) Hindari kopi.
11) Curhat ke orang-orang yang dipercaya.
12) Tuliskan pikiran-pikiran pada catatan harian.
13) Membaca.
14) Melakukan kegiatan amal.
15) Aromaterapi.
16) Jalan-jalan.
17) Dipijat.
18) Bersyukur.
19) Merendam kaki dengan air hangat.
20) Nonton film komedi.
21) Mendengarkan music.
22) Minum teh hijau.
(Putri, 2007).
g. Dampak Kecemasan
Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap cemas tergantung pada kondisi masing-masing individu, beberapa simtom yang muncul tidaklah sama. Kadang beberapa diantara simtom tersebut tidak berpengaruh berat pada beberapa individu, lainnya sangat menggangu.
Diantaranya yaitu:
1) Berdebar dengan diiringi dengan detak jantung yang cepat. Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara berlebihan pada pembuluh darah yang menyebabkan detak jantung semakin cepat dan memunculkan rasa berdebar. Namun dalam beberapa kasus yang ditemukan individu yang mengalami gangguan kecemasan kotinum detak jantung semakin lambat dibandingkan pada orang normal.
2) Rasa sakit atau nyeri pada dada
Kecemasan meningkat tekanan otot pada rongga dada. Beberapa individu dapat merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini sering diartikan sebagai tanda serangan rasa panik yang justru memperburuk kondisi sebelumnya.
3) Rasa sesak napas
Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan yang menimbulkan sensasi dan sesak pernafasan, tarikan nafas menjadi pendek seperti kesulitan bernafas karena kehilangan udara.
4) Berkeringat secara berlebihan
Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi. Keringat yang muncul disebabkan oleh otak mempersiapkan perencanaan fight or flight terhadap stressor.
5) Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap aktivitas seksual.
6) Gangguan tidur
7) Tubuh gemetar
Gemetar adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang normal pada situasi yang menakutkan atau membuatnya gugup, akan tetapi pada individu yang mengalami gangguan kecemasan rasa takut dan gugup tersebut terekspresikan secara berlebihan, rasa gemetar pada kaki, atau lengan maupun pada bagian anggota tubuh yang lain.
8) Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan berkeringat
9) Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk bunuh diri
10) Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala (migrain)
(Putri, 2007).
h. Cara Mengukur Kecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat, tau berat sekali orang menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala dengan masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-3 dengan penilaian sebagai berikut :
Nilai 0 : tidak ada gejala (tidak ada gejala sama sekali).
Nilai 1 : gejala ringan (satu gejala dari pilihan yang ada).
Nilai 2 : gejala sedang (separuh dari gejala yang ada).
Nilai 3 : gejala berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada).
Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan, dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu angka (score) < 6 = tidak ada kecemasan, 7-14 = kecemasan ringan, 15-27 =kecemasan sedang, ≥ 27 = kecemasan berat. (Nursalam, 2008).
3. Hubungan Kecemasan Dengan Pola Menstruasi.
Fraser (2009) mengatakan hipotalamus adalah sumber utama control hipotalamus dan mengatur kelenjar hipofisis anterior melalui jalur hormonal.
Sebaliknya, kelenjar hipofisis anterior mengatur ovarium dengan hormon.Akhirnya, ovarium menghasilkan hormone yang mengendalikan perubahan yang terjadi simultan dan selaras.Mood wanita dapat berubah sejalan dengan siklus tersebut karena adanya hubungan yang erat antara hipotalamus dan korteks serebri.
Saryono (2009) mengatakan gejala kecemasan sangat mempengaruhi pola menstruasi pada wanita, karena pesan sepanjang saraf di dalam otak, tulang belakang dan seluruh tubuh. Nevid (2005) mengatakan adanya rangsangan stressor psikososial mengakibatkan jaringan neuron di otak ikut serta dalam memberikan sinyal bahaya.Otak dapat secara konstan mengirim pesan bahwa ada sesuatu yang salah dan memerlukan perhatian segera, hal ini membawa kepada pikiran-pikiran kecemasan obsessional dan tingkah laku komplusif representative yang kemudian menginkorpusi bagian-bagian dari system limbik yang memegang peranan dalam respons emosional.
Prawirohardjo (2008) mengatakan gangguan emosiaonal sebagai rangsangan melalui system saraf diteruskan ke susunan saraf pusat yaitu bagian otak yang disebut limbic system melalui tranmisi saraf, selanjutnya melalui saraf autonomy (simpatis atau parasimpatis) akan diteruskan ke kelenjar-kelenjar hormonal (endokrin) hingga mengeluarkan secret (cairan) neurohormonal menuju hipofisis melalui system prontal guna mengeluarkan gonadotropin dalam bentuk FSH (Follikel Stimulazing hormone) dan LH (Leutinizing Hormone).
Produksi kedua hormon ini adalah dibawah pengaruh RH (Realizing Hormone) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Pengeluaran Rh sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus juga pengaruh luar cahaya, bau-bauan dan hal-hal psikologik hingga selanjutnya mempengaruhi terjadinya proses menstruasi atau haid.
B. Kerangka Teori
Mengacu pada tinjauan teori yang telah dipaparkan pada kerangka teoti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar. 2.1. Kerangka Teori
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
Sumber : Nursalam (2008), Saryono (2010)
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui proses penelitian yang akan dilakukan.(Notoatmodjo, 2005)
Dalam penelitian ini konsep-konsep yang ingin diamati adalah : tingkat kecemasan dengan pola menstruasi mahasiswa.
Variable independen variable dependen
Gambar 2.1 : Kerangka konsep
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul, Arikunto (2006) :
“Ada Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Pola Menstruasi Pada Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat 3 Universitas Xxx Xxx Tahun 2012” .
Minggu, 31 Mei 2015
KTI KEBIDANAN BARU 2015 : HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN POLA MENSTRUASI PADA MAHASISW D3 KEBIDANAN TINGKAT 3
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar