Selasa, 07 Juli 2015

KTI - SKRIPSI KEBIDANAN : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BAYI DENGAN PELAKSANAAN PIJAT BAYI DI KELURAHAN

MURAH DAN LENGKAB Rp. 20.000 BAB 12345+ DAFTAR PUSTAKA MURAH HUB : Nurul Hp. 081225300100

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pijat bayi merupakan salah satu bentuk fisioterapi yang berpengaruh positif terhadap proses tumbuh kembang balita selain pemberian makanan tambahan (Roesli, 2001). Pengaruh positif pijat atau sentuhan pada proses tumbuh kembang bayi dan anak telah lama dikenal oleh manusia. Pijat bayi bisa dimulai setelah bayi dilahirkan, sudah barang tentu bayi yang masih merah ini tidak boleh dipijat seperti pada balita. Sentuhan dan pijatan pada bayi dilakukan dengan pelan dan lembut sehingga bayi merasa nyaman dan membuat nafsu makan menjadi besar (Gatot, 2005). Menurut Roesli (2001) dalam Prasetyono (2009) pijat bayi adalah terapi sentuh tertua yang dikenal manusia yang paling populer. Pijat bayi telah lama dilakukan hampir di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dan diwariskan secara turun temurun. Sentuhan dan pijat pada bayi setelah kelahiran dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman pada bayi. Menurut Sari (2004) dalam Prasetyo (2009) di Indonesia pelaksanaan pijat bayi di masyarakat desa masih dipegang oleh dukun bayi. Selama ini pemijatan tidak hanya dilakukan bila bayi sehat, tetapi juga pada bayi sakit atau rewel dan sudah menjadi rutinitas perawatan bayi setelah lahir. Pijat bayi merupakan usaha yang positif untuk memperoleh kondisi optimal pada masa bayi tersebut karena merangsang semua kerja sistem sensorik dan motorik. Manfaat dari pijat bayi adalah dapat meningkatkan berat badan, meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan konsentrasi, membuat bayi tidur lebih lelap, membina ikatan kasih sayang antara ibu dan anak, dan meningkatkan produksi ASI. Pijat bayi sebagai salah satu bentuk bahasa sentuhan ternyata memiliki efek yang positif untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Sentuhan bagi bayi merupakan sentuhan menyakitkan atau sentuhan negatif sehingga ia takut untuk disentuh. Padahal, sentuhan merupakan kebutuhan dasar manusia. Dengan demikian, sangat perlu memperkenalkan sentuhan yang positif, yaitu pijat bayi pada bayi sedini mungkin (Roesli, 2001). Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, para pakar telah membuktikan bahwa terapi sentuh dan pijat menghasilkan perubahan psikologi yang menguntungkan berupa peningkatan pertumbuhan, peningkatan daya tahan tubuh, dan kecerdasan emosi yang lebih baik (Roesli, 2001 dalam Prasetyo, 2009). Ilmu kesehatan modern telah membuktikan secara ilmiah bahwa terapi sentuh dan pijat pada bayi mempunyai banyak manfaat terutama bila dilakukan sendiri oleh orang tua bayi. (Dasuki, 2003, dalam Prasetyo, 2009). Namun Dalam ilmu kesehatan tentang pijat bayi ini masih belum banyak diketahui oleh masyarakat, dikarenakan masyarakat masih mempercayakan pijat bayi kepada dukun bayi dan kurangnya pengetahuan masyarakat untuk melakukan pijat bayi pada tenaga kesehatan terutama bidan. Faktor lain yang menyebabkan masyarakat lebih memilih pijat bayi kepada dukun bayi adalah faktor adat istiadat yang masih dipegang teguh dan berkembang secara turun temurun. Serta, adanya keyakinan bahwa dukun bayi dianggap lebih mengerti dan mahir dalam melakukan pijat bayi yang sudah dipraktikkan sejak berabad-abad silam (Roesli, 2010). Di Indonesia pelaksanaan pijat bayi banyak dilakukan oleh masyarakah pedesaan yang masih dipegang peranannya oleh dukun bayi. Selama ini, pemijatan hanya dilakukan bila bayi sedang sakit, namun bayi sehat juga bisa dipijat karena sudah menjadi rutinitas perawatan bayi setelah lahir (Sari, 2004). Di masyarakat, dukun bayi masih memegang peranan penting dalam pemijatan bayi. Seperti halnya di Dukuh Cemetuk, Lorog, Tawangsari, Sukoharjo kebiasaan memijatkan bayi pada dukun bayi masih dilaksanakan oleh hampir semua orang tua yang memiliki bayi dan balita. Informasi dari desa tersebut, terdapat 35 bayi dari 103 Kepala Keluarga dan 4 orang dukun bayi yang belum mendapatkan pelatihan. Dari data tersebut, hampir semua bayi dan balita yang ada pernah mendapat pemijatan oleh dukun bayi. Pijat bayi dapat meningkatkan tumbuh kembang, hal ini didukung oleh penelitian Florentina dan Aldy (dalam Subakti dan Deri, 2008) yang menemukan bahwa pijat bayi mempersingkat masa tinggal bayi di rumah sakit (setelah dilahirkan) dengan pengurangan tiga hingga enam hari lebih cepat pulang dibandingkan dengan bayi-bayi tanpa pemijatan. Pijatan lembut pada tubuh bayi memberikan pengalaman positif yang luar biasa antara bayi dengan orangtuanya, meningkatkan fungsi motorik (memperkuat jalinan otot bayi yang mengalami down syndrome atau gangguan perkembangan mental). Menurut penelitian Field dan Scafidi (Roesli, 2008) menunjukkan bahwa pada 20 bayi prematur (berat badan 1.280 g dan 1.176 g), yang dipijat tiga kali sehari selama 15 menit dalam waktu 10 hari, terjadi kenaikan berat badan 20%-47% lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak dipijat. Penelitian Dasuki (2007) tentang pengaruh pijat bayi terhadap kenaikan berat badan bayi memperoleh hasil bahwa pada kelompok kontrol, kenaikan berat badan sebesar 6,16%, sedangkan pada kelompok yang dipijat kenaikan berat badan 9,44%. Berdasarkan survei pendahuluan yang peneliti lakukan di Kelurahan Sawah Besar Kaligawe Xxx diperoleh hasil penelitian pendahuluan dengan mengajukan pertanyaan terbuka kepada 10 ibu balita, dari 10 ibu balita didapatkan fakta 5orang ibu balita mempunyai pengetahuan cukup tentang pijat bayi dan bersikap mendukung terhadap pelaksanaan pijat bayi, karena ibu balita merasakan manfaat nyata dari pelaksanaan pijat bayi tersebut, sedangkan 3 ibu balita mempunyai pengetahuan yang baik dan bersikap mendukung tentang pijat bayi. Sedangkan 2 ibu balita mempunyai pengetahuan kurang tentang pijat bayi dan tidak mendukung pelaksanaan pijat bayi dengan alasan bahwa bayinya masih terlalu kecil takut terjadi masalah yang serius dengan pijat bayi tersebut, disamping itu ibu bayi tersebut juga merasa tidak tega bila melihat bayinya menangis keras saat dipijat. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu bayi dengan pelaksanaan pijat bayi di Kelurahan Sawah Besar Kaligawe Xxx Kota Xxx tahun 2013. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan sebelumnya maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BAYI DENGAN PELAKSANAAN PIJAT BAYI DI KELURAHAN Sawah Besar Kaligawe Xxx Kota Xxx tahun 2013. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan pelaksanaan pijat bayi di Kelurahan Sawah Besar Kaligawe Xxx Kota Xxx tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik ibu bayi yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas di kelurahan Sawah Besar Kaligawe Xxx Kota Xxx. b. Mendeskripsikan pengetahuan ibu bayi tentang pijat bayi di kelurahan Sawah Besar Kaligawe Xxx Kota Xxx. c. Mendeskripsikan sikap ibu bayi tentang pijat bayi di kelurahan Sawah Besar Kaligawe Xxx Kota Xxx d. Mendeskripsikan pelaksanaan pijat bayi di kelurahan Sawah Besar Kaligawe Xxx Kota Xxx e. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu bayi dengan pelaksanaan pijat bayi di kelurahan Sawah Besar Kaligawe Xxx Kota Xxx. f. Menganalisis hubungan sikap ibu bayi dengan pelaksanaan pijat bayi di kelurahan Sawah Besar Kaligawe Xxx Kota Xxx D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengetahuan dan sikap dengan pelaksanaan pijat bayi di wilayah Sawah Besar kelurahan Kaligawe Xxx . 2. Manfaat Praktis a. Bagi Praktik Kebidanan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi kebidanan yang efektif untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu bayi dengan pelaksanaan pijat bayi. b. Bagi Pendidikan DIII Kebidanan Sebagai informasi bagi pendidikan kebidanan khususnya pada bayi bahwa ada hasil “evidence based” tentang salah satu intervensi kebidanan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pelaksanaan pijat bayi. c. Bagi Penelitian Kebidanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber data atau informasi bagi pengembangan penelitian kebidanan berikutnya terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan pijat bayi yang efektif. E. Keaslian Penelitian Hasil penelusuran penelitian, terdapat penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya : Tabel 1.1 keaslian penelitian No Nama Judul Variabel penelitian Hasil Perbedaan 1 Rini Astariningsih, (2007) Hubungan antara pijat bayi dengan tumbuh kembang pada anak usia 0 – 3 tahun di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal Variabel bebas pijat bayi variabel terikat tumbuh kembang anak 0 – 3 tahun Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan rancangan cross sectional dianalisis dengan rumus korelasi product moment (p. value) 0,006.. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan signifikan antara pijat bayi dengan tumbuh kembang pada anak usia 0 -3 tahun di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal Variabel penelitian pijat bayi sebagai variabel bebas dan dalam penelitian ini menjadi variabel terikat 2 Nurul Indah Sari (2010) Efektifitas pijat bayi terhadap peningkatan berat badan bayi premature di RSUD Kota Xxx Variabel bebas : pijat bayi Variabel terikat : Peningkatan berat badan bayi Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain cross sectional. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji chisquare dengan α = 0,005. Hasil penelitian ini adalah ada hubungan antara pijat bayi dengan peningkatan berat badan bayi di RSUD Kota Xxx Variabel penelitian yang diteliti pijat bayi dan peningkatan BB sedangkan dalam penelitian ini variabel yang dipakai pengetahuan dan sikap ibu dalam pelaksanaan \pijat bayi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan ini terjadi melalui pengindraan manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2005:39). b. Pentingnya pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakaan domaian yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari pengetahuaan akan lama dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi prilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni: 1) Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu terhadap stimulus. 2) Interest (tertarik),dimana orang mulai tertarik dengan stimulus. 3) Evaluation (mengevaluasi),menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik. 4) Trial (mencoba), dimana subyek milai mencoba melakukan sesuatudengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5) Adoption (penerimaan), subyek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapmya terhadap stimulus Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa mengadopsi prilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka prilaku tersebut akan bersifat lama, namun sebaliknya jika prilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo,2003:121-122). c. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan: 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2) Memahami (comprehention) Memahami artinya sebagai suatu komponen untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana menginterpretasikan secara benar. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi sebenarnya (riil). 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu obyekke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (syntesis) Sintesis menunjukan kepada suatu komponen untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk yang baru. 6) Evaliasi (evaliation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu obyek (Wawan dan Dewi M, 2010:12-14). d. Cara Memperoleh Pengetahuan Cara memperoleh pengetahuan menurut (Notoatmodjo,2003:11) adalah sebagai berikut : 1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan a) Cara coba salah (trial and error) Cara coba salah ini dilakuakan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka akan dicoba dengan kemungkina lain. b) Cara kekuasaan atau otoritas Prinsip dari cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasar fakta empiris maupun penalaran sendiri. c) Berdasarkan pengalaman sendiri Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman ynag pernah diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. 2) Cara modern Cara baru atau cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini di sebut metode penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2005:18). Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari obyek penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif di gambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berwujud angka-angka, hasil penghitungan atau pengukuran, dapat diproses dengan cara di jumlahkan, di bandingkan dengan jumlah yang di harapkan dan di peroleh prosentase, setelah di prosentasikan lalu di tafsirkan ke dalam kalimat yang bersifat kualitatif sebagai berikut (Arikunto,2006:344) 1) Kategori baik yaitu menjawab benar > 75% dari yang di harapkan. 2) Kategori cukup yaitu menjawab benar 60% - 75% dari yang di harapkan. 3) Kategori kurang yaitu menjawab benar < 60% dari yang di harapkan. e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Sukmadinata (2003:89) pengetahuan yang di miliki oleh seseorang di pengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : a. Faktor internal 1) Jasmani Faktor jasmani di antaranya adalah keadaan indra seseorang. 2) Rohani Faktor rohani di antaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor serta kondisi efektif dan kognitif individu. 3) Umur Mengingat seseorang salah satunya adalah dipengaruhi oleh umur. Bertambahnya umur seseorang dapat dipengaruhi pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan mengingaat pengetahuan akan semakin berkurang b. Faktor Eksternal 1) Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam member respon yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. 2) Paparan media massa Melalui berbagai media cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat di terima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (Tv, radio, majalah, dan lain-lain) akan memperoleh informasi media ini, berarti paparan media massa mempunyai tingkat pengetahuan yang di miliki seseorang. 3) Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi lebih baik mudah tercukupi di banding keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder. 4) Pengalaman Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal bisa di peroleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, missal sering mengikuti kegiatan yang mendidik, misalnya seminar. Organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang satu hal dapat di peroleh. 5) Budaya Tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputu sikap dan kepercayaan. 2. Sikap a. Pengertian Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi predisposisi tindakan suatu perilaku. (Notoatmodjo,2007:142) b. Komponen Sikap Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu : 1) Kognitif (cognitive). Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar