Sabtu, 31 Oktober 2009

ANEMIA DALAM KEHAMILAN

1. Definisi
Definisi Anemia adalah Seseorang baik pria maupun wanita dinyatakan menderita Anemia apabila kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12 gr / 100 ml ( Sarwono, 2006 ).
2. Definisi Anemia Dalam Kehamilan
Definisi Anemia dalam Kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr % pada trimester 1 dan 3 atrau kadar < 10,5 gr % pada trimester 2 ( Sarwono,2006 )
3. Macam – macam Anemia Dalam Kehamilan
a. Anemia Definisi Besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering di jumpai ialah Anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan dan karena terlampaui banyaknya besi keluar dari badan, misalnya perdarahan. Keperluan akan besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya besi tidak ditambah pada kehamilan, maka mudah terjadi Anemia defisiensi besi, lebih – lebih pada kehamilan kembar.

b. Anemia Megaloblastik.
Anemia Megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folik (Pteroyglutamic acid) jarang sekali karena defisiensi Vitamin B1 (Cyonocobalamin).
c. Anemia Hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru dinamakan hipoplastik dalam kehamilan. Biasanya Anemia Hipoplastik dalam kehamilan apabila wanita dengan selamat mencapai masa nifas akan sembuh dengan sendirinya
4. Penyebab Anemia.
a. Kurang gizi ( mal nutrisi )
b. Kurang zat besi dalam darah
c. Mal Absorpsi
d. Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid dan lain – lain
e. Penyakit – penyakit kronik: TBC, paru – paru, cacing usus, malaria
(Saifuddin, 2002)
5. Tanda dan Gejala Anemia
a. Letih
b. Lemah badan
c. Cepat lelah
d. Lunglai
(Saifuddin, 2002)
6. Klasifikasi Anemia
a. Tidak Anemia : 11 gr%
b. Anemia Ringan : 9 – 10 gr %
c. Anemia Sedang : 7 – 8 gr %
d. Anemia Berat : < 7 gr %
(Manuaba, 1998)
7. Pengaruh Anemia Dalam Kehamilan
a. Abortus
b. Partus Prematurus
c. Partus lama karena Inersia Uteri
d. Perdarahan Post Partum karena Atonia Uteri
e. Syok
f. Infeksi, baik Intra partum maupun Post partum
b. Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 gr / 100 ml dapat menyebabkan dekompensasi kordis
(Saifuddin, 2002).
8. Penanganan Anemia
a. Pemeriksaan kadar Hb setiap 3 bulan untuk mengenal anemia sedini mungkin
b. Pemberian tablet Fe ( Sulfas Ferosus 200 mg )
c. Dianjurkan makan makanan yang mengandung banyak protein dan sayuran hijau.
d. Dalam Keadaan mendesak, kadang – kadang perlu pemberian transfuse
(Saifuddin, 2002).


B. Konsep Asuhan Kebidanan pada Keluarga
1. Keluarga
a. Definisi keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang terkumpul yng tinggal disatu atap dalam keadaan yang saling ketergantungan (Depkes RI, 1998).
Keluarga adalah dua individu atau lebih yang saling tergantung karena hidup dalam saru rumah tangga satu sama lain dalam perannya masing-masing dan mempertahankan kebudayaan. (Siswanto, 2006).
b. Tipe atau bentuk keluarga
1) Keluarga inti / nuclear family adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
2) Keluarga besar / expended family adalah keluarga inti yang ditambah dengan sanak saudara, misal nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dsb.
3) Keluarga berantai / serial family adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4) Keluarga duda atau janda / single family adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
5) Keluarga komposisi / composite adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
6) Keluarga kabikas / cohabitation adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
(Effendy, 2002).
c. Struktur Keluarga
1) Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2) Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3) Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
4) Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suazi/istri.
(Effendy, 2002).
d. Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga
1) Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ayah.
2) Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ibu.
3) Ekualitarian, yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu.
(Effendy, 2002).
e. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat dan kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peran individu dalam keluarga disadari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :
1) Peranan ayah yaitu sebagai suami dari istri dan bapak dari anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.
2) Peranan ibu yaitu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peran sosialnya serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam kelarga.
3) Peranan anak yaitu anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial, sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, social, spiritual.
(Effendi, 2002)
f. Gambaran keluarga sehat antara lain :
1) Anggota keluarga dalam keadaan sehat fisik, mental, sosial.
2) Cepat meminta bantuan tenaga kesehatan / unit pelayanan kesehatan bila timbul masalah pada salah satu anggota keluarga.
3) Tinggal di rumah dengan lingkungan sehat.
4) Selalu memperhatikan perkembangan kesehatan keluarga dan masyarakat.
(Siswanto, 2006)

2. Tujuan asuhan keluarga
Meningkatkan kesehatan ibu, bayi dan anak balita dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat dan sejahtera.
3. Sasaran
Pelayanan kebidanan khususnya mencakup pelayanan kunjungan rumah, pelayanan KIA, masalah posyandu sasarannya adalah ibu, bayi dan balita.

4. Langkah dari Asuhan Kebidanan Keluarga
Pengambilan data dari asuhan kebidanan keluarga meliputi :
a. Pengkajian
Pada pengkajian yang dilakukan terdiri dari data subyektif dan data obyektif. Dari data subyektif terdiri dari informasi yang diterima dari masyarakat, pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara. Pada data subyektif meliputi biodata seluruh anggota keluarga, pola kebutuhan sehari-hari, situasi lingkungan, riwayat kesehatan, dll.
Data obyektif diperoleh dari hasil observasi, pemeriksaan dan pengelolaan masyarakat dan lingkungan.
b. Implementasi data
Berisi tentang diagnosa yang memungkinkan bisa berakibat pada analisa yang telah ditetapkan.
c. Diagnosa masalah potensial
Berisi tentang diagnosa yang memungkinkan bisa berakibat pada analisa yang telah ditetapkan.
d. Identifkasi tindakan kebutuhan segara
Kegiatan dilakukan untuk penanganan masalah segera
e. Perencanaan
Perencanaan untuk memecahkan masalah
f. Evaluasi
Untuk mengetahui ketepatan untuk kesempurnaan antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan.
(Castro, 2004)
5. Pelayanan Asuhan Kebidanan Keluarga
a. Menggunakan metode pendekatan menangani kebidanan yang meliputi identifikasi data dan analisa masalah, perencanaan dan tindakan evaluasi.
b. Pelayanan kebidanan keluarga melalui upaya promotif dan preventif
(Castro, 2004)
Selengkapnya...

Rubella

1. Pengertian
Adalah suatu infeksi yang utama menyerang anak-anak dan dewasa yang khas dengan adanya rasti demam dan lymphadenopaly. infeksi pada anak dan dewasa sebagian besar berjalan sub klinis. Jika rubella terjadi pada kehamilan ibu hamil bisa menyebabkan infeksi pada janin dan resiko terjadinya kelainan kongenital (Congenital Rubella Syndrome, CRS). (http://spesialis-torch.com)
2. Etiologi
Rubella virus merupakan suatu toga virus yang dalam penyababnya tidak membutuhkan vector.
3. Epidemiologi
Rubella paling sering terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi dan biasanya menyerang kelompok usia sekolah, pada orang dewasa 80 – 90 telah imun. Epidemi besar terjadisetiap 6 – 9 th. Penularan biasanya lewat kontak eratmisalnya lewat sekolah / tempat kerja.
4. Patofisiologi
Periode inkubasi rata-rata 18 hari (12-23 hari). Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari saluran pernafasan inilah virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Rubella baik yang bersifat klinis maupun sub klinis akan bersifat sangat menular terhadap sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan dari faring selama fase prodromal yang berlanjut sampai satu minggu sesudah muncul gejala klinis. pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi dirumah sakit dan dirumah untuk mencegah terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik berupa antibody maupun kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya infeksi ulangan.
5. Pengaruh Rubella Terhadap Kehamilan
Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan, maka resiko terjadinya kelaianan adalah 50%, sedanggkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi 25% (menurut America College Obstrician and gynecologis, 1981). Rubella dapat menimbulkan abortfus, anomaly congenital dan infeksi pada neonates (Konjungtivitis, engefalibis, vesikulutis, kutis, ikterus dan konvuisi)
6. Pengaruh rubella pada janin
Rubella dapat meningkatkan angka kematian perinatal dan sering menyebabkan cacat bawaan pada janin. sering dijumpai apabila infeksi dijumpai pada kehamilan trimester I (30 – 50%). Anggota tubuh anak yang bisa menderita karena rubella :
a. Mata (katarak, glaucoma, mikroftalmia)
b. Jantung (duktus arteriosus persisten, stenosis fulmonalis, septum terbuka)
c. Alat pendengaran (tuli)
d. Susunan syaraf pusat (meningoesefalitis, kebodohan)
Dapat pula terjadihambatan pertumbuhan intra uterin. kelainan hematologgik (termasuk trombositopenia dan anemia), hepotosplenomegalia dan ikterus, pneumonitis interfisialis kronika difusa dan kelainan kromosom. Selain itu bayi dengan rubella bawaan selama beberapa bulan merupakan sumber infeksi bagi anak-anak dan orang dewasa lain.

7. Diagnosis
Diagnosis rubella tidak selalu mudah karena gejala-gejala kliniknya hampir sama dengan penyakit lain. Kadang tidak jelas atau tidak ada sama sekali. Virus pada rubella sering mencapai dan merujuk embrio dan fetus. virus pada rubella sering mencapai dan merujuk embrio dan fetus. Diagnosis pasti dapat dibuat dengan isolasi virus atau ditemukannya kenaikan tetes anti rubella dalam serum. Lebih dari 50% kasus infeksi rubella pada ibu hamil bersifat subklinis/tanpa gejala sehingga sering tidak disadari. Karena dapat berdampak negatif bagi janin yang dikandungnya
8. Pencagahan
a. Untuk perlindungan terhadap serangan virus rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps Mrasies Rubella). vaksin rubella dapat diberikan kepada anak yang sistem kekebalan tubuhnya sudah berkembang yaitu pada usia 12 – 18 bulan. Bila pada usia tersebut belum diberikan, vaksinasi dapat dilakukan pada usia 6 tahun. sedangkan vaksinasi dapat dilakukan pada usia 6 tahun. Sedangkan vaksinasi ulangan di anjurkan pada usia 10 – 12 tahun atau 12 – 18 tahun (sebelum pubertas). Infeksi rubella, pada umumnya merupakan penyakit ringan.
b. vaksin rubella tidak boleh diberikan pada ibu hamil, terutama pada awal kehamilan, dapat mendatangkan petaka bagi janin yang dikandungnya. Dapat terjadi abortus (keguguran), bayi meninggal pada saat lahir, atau mengalami sindron rubella kongenital. oleh karena itu, sebelum hamil pastikan bahwa anda telah memiliki kekebalan terhadap virus rubella dengan melakukan pemeriksaan anti – rubella IgG dan anti – rubella Ig M.
1) Jika hasil keduanya nagatif, sebaiknya anda ke dokter untuk melakukan vaksinasi, namun anda baru diperbolehkan hamil 3 bulan setelah vaksinasi.
2) Jika anti – rubella IgG saja yang positif, atau anti rubella IgM dan anti rubella- IgG positif, dokter akan menyarankan anda untuk menunda kehamilan.
3) Jika anti – rubella IgG saja yang positif, berarti anda pernah terinfeksi dan anti bodi yang terdapat dalam tubuh anda dapat melindungi dari serangan virus rubella. Bila Anda hamil , bayi anda pun akan terhindar dari Sindroma Rubella Kongenital. bila anda sedanghamil dan belum mengetahui apakah tubuh anda telah terlindungi dari infeksi Rubella, maka anda di anjurkan melakukan pemeriksaan anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgG : jika anda telah memiliki kekebalan( Anti- Rubella IgG ), berarti janin adapun terlindungi dari ancaman virus rubella.
Jika belum memiliki kekebalan (Anti – Rubella IgG dan Anti – Rubella IgG positif),, maka :
- Sebaiknya anda rutin kontrol ke dokter
- Tetap menjaga kesehatan dan tingkatan daya tubuh
- Menghindari orang yang dicurigai terinfeksi rubellamaka deteksi infeksi rubella pada ibu hamil yang belum memiliki kekebalan terhadap infeksi rubella sngat penting. ada beberapa pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi rubella, yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan anti Rubella IgM dan anti rubella IgG pada contoh darah dari ibu hamil. Sedangkan untuk memastikan apakah janin terinfeksi / tidak maka dilakukan pendeteksian virus rubella dengan teknik PCR (Polymerose Chain reaction).
- Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban ( cairan amnion) / darah janin. Pengambilan ampel air ketuban atau pun darah janin harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan dan kebidanan dan hanya dapat dilakukan setelah usia kehamilan diatas 22 minggu.
- Apabila wanita hamil dalam trimester I menderita viremia, maka abortus buatan perlu dipertimbangkan. setelah trimester I, kemungkinan cacat bawaan menjadi kurang yaitu 6,8% dalam trimester II dan 5,3% dalam trimester III.
9. Tanda dan gejala klinis
- Demam ringan
- Merasa mengantuk
- Sakit tenggorok
- Kemerahan sampai merah terang /pucat, menyebar secara cepat dari wajah keseluruh tubuh, kemudian menghilang secara cepat.
- Kelenjar leher membengkak
- durasi 3 – 5 hari
10. Penatalaksanaan
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi. pemberian vaksinasi rubella secara subkutan dengan virus hidup rubella yang dilemahkan dapat memberikan kekebalan yang lama dan bahkan bisa seumur hidup.
Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin. hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang.
Tidak ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia pada orang-orang yang tidak kebal dan terpapar rubella.
Bila didapatkan infeksi rubella dalam uterus sebaiknya ibu diterangkan tentang resiko dari infeksi rubella kongenital. Dengan adanya kemungkinan terjadi defek yang berat dari infeksi pada trimester I, pasien dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan, bila diagnosis dibuat secara tepat.
B. Herpes Genitalis
1. Definisi
Adalah suatu penyakit menular seksual didaerah kelamin, kulit disekeliling rectum /daerah disekitarnya disebabkan oleh virus Herpes Simplek.
2. Etiologi
Penyebab herpes genetalis adalah herpes simplek (HSV) dan sebagian hasil HSV (dimukosa mulut).
3. Patofisiologi
Pada saat virus masuk kedalam tubuh belum memiliki antibody maka infeksinya bisa bersifat luas dengan gejala-gejala konstitusionil berat. Ini disebut infeksi primer. Virus kemudian akan menjalar melalui serabut saraf sensoris ke ganglian saraf regional (ganglian sakralis) dan berdiam disana secara laten. kalau pada saat virus masuk pertama kali tidak terjadi gejala-gejala primer, maka tubuh akan membuat antibody sehingga pada serangan berikutnya gejala tidaklah seberat infeksi primer. Bila sewaktu-waktu ada faktor pencetus, virus akan mengalami aktifasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadi infeksi reklien. karena pada saat ini tubuh sudah mempunyai antibody maka gejalanya tidak seberat infeksi primer. Faktor-faktor pencetus, virus akan mengalami aktivasi dan multiplikasi kembali sehiangga terajadi infeksi neklien. karena pada saat ini tubuh sudah mempunyai antibody maka gejalanya tidak seberat infeksi primer. faktor pencetus tersebut bsia berupa trauma. parts berlebihan, demam, gangguan pencernaan, stress emosi, makanan yang merangsang, alkohol, obat-obatan (imunosupresif, kortikosteroid) dan kadang-kadang tidak ditemukan faktor pencetusnya.

4. Klasifikasi
Terdapat 2 tipe serologis yang berbeda pada HSV, yaitu :
a. HSV – 1
Asimtomatik dan hampir berada dimana-mana, bagian yang paling disukai adalah lendir mukosa dimata dan mulut, hidung dan telinga. Berupa vesikel-visekel kecil terbesar. Virus ini ditularkan melalui infeksi primer pada saluran perbafasan.
b. HSV – 2
Bagian yang paling disukai adalah pada alat kelamin dan perinatal, berupa bercak vesikel tebal, besar dan berpusat.
5. Gambaran Umum
a. Timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal pada kulit region genitalis.
b. Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah2 – 3 hari bintik kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel disertai rasa nyeri.
6. Dampak pada kehamilan dan persalinan
Sembilan puluh persen wanita dengan infeksi HSV – 2 genital primer melepaskan virus dari serviks selama infeksi akut dan 50% wanita hamil dengan HSV genital primer akan menularkan infeksi pada neonates (Gangguan pada reproduksi manusia, hal 101).
a. Penularan pada janin dapat terjadi hematogen melalui plasenta
b. Penularan pada janin dapat terjadi akibat perjalanan dari vagina ke janin apabila ketuban pecah.
c. Penularan pada bayi dapat terjadi melalui kontak langsung pada waktu bayi lahir.
Seksio cesaria dianjurkan pada wanita yang pada saat persalinan menunjukkan gejala-gejala akut pada genetalia untuk menghindari akibat dari kontak langsung bila persalinana berlangsung pervaginam 50% bayi akan mengalami infeksi sedangkan dengan seksio cesaria resiko dapat menurun sampai 70% pasca persalinan ibu yang menderita herpes aktif harus di isolasi. bayi dapat diberikan untuk menyusu bila ibu telah cuci tangan dana mengganti baju bersih (Ilmu kebidanan, hal : 556)
7. Penatalaksanaan
Herpes genetalis merupakan infeksi virus yang senantiasa bersifat kronik, rekuren dan dapat dikatakan sulit diobati. Hingga kini hanya dikenal satu cara pengobatan herpes yang cukup efektif, yaitu antivirus yang disebut Acyclovir. Obat-obat genetalia dipakai untuk mengurangi rasa nyeri di daerah vulva. selain itu pengobatan dapat ditunjang dengan obat-obat topical ataupun site baths air hangat.
Acyclovir dalam kehamilan tidak dianjurkan kecuali bila infeksi yang terjadi merupakan keadaan yang mengancam jiwa ibu, seperti adanya ensefalitis, pneumanitis dan atau hepatitis, dimana acyclovir dapat diberikan secara intra vena (Ilmu Kebidanan, hal : 556).
a. Wanita hamil
Kalau wanita hamil menderita herpes genetalis primer dalam 6 minggu terakhir dari kehamilannya dianjurkan Sc sebelum atau dalam 4 jam sesudah pecah ketuban. sedang untuk herpes genitalis sekunder SC tidak dikerjakan secara rutin, hanya yang masih menularkan saat persalinan dianjurkan untuk SC.
b. Bayi baru lahir
Dilakukan untuk pemeriksaan adanya herpes konginetal dan kalau perlu kultus virus. kalau ibu aktif menderita herpes genitalis maka bayinya diberi acyclovir 3 dd 10 mg/kg B selama 5 – 7 hari. infeksi herpes simpleks pada bayi kalau tidak diobati prognosisnya jelak.
8. Deteksi Dini
Infeksi HSV – 2 yang terjadi pada ibu hamil dapat membahayakn janin yang dikandungnya. Pada infeksi ini, gejala klinis yang ad sering sulit dibedakan dari penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik. walaupun ada yang member gejala ini tidak muncul, sehingga menyulitkan dokter dapat memberaikan penanganan atau terapi yang tepat.
Pemeriksaan laboratorium, yaitu anti HSV II IgG dan IgM sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan pencegahan bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan. akan tetapi diagnosis tidak sulit apabila terdapat gelembung-gelembung di daerah alat kelamin. ditemukannya benda-benda inklusi intra nuklier yang khas di dalam sel-sel epital vulva. vagina dan serviks setelah dipulas menurut papanicolau, member kepastian pada diagnosis. Dewasa ini diagnosis secara serologic banyak digunakan pula disamping pembiakkan.
Selengkapnya...

1. Bayi Baru Lahir Normal
a. Pengertian
1) Bayi baru Lahir Normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram.
2) Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin.
3) Neonatus adalah periode neonatal yang berlangsung sejak lahir sampai usia 28 hari.(9)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram dan mampu menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin yang berlangsung sejak bayi lahir sampai usia 28 hari.


b. Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir normal memiliki karakteristik sebagai berikut : ( 1,9 )
1) Berat badan lahir 2500-4000 gram
2) Panjang badan lahir 48-52 cm
3) Lingkar dada 30-38 cm
4) Lingkar kepala 33-35 cm
5) Bunyi jantung dalam menit-menit pertama cepat kira-kira 180 x/ menit kemudian menurun sampai 120-140 x/ menit
6) Pernapasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 40 menit x/ menit
7) Kulit kemerahan dan licin
8) Rambut kepala telah sempurna dan rambut lanugo sudah tidak terlihat
9) Kuku agak panjang dan lemas
10) Genetalia : pada bayi perempuan labiya mayora sudah menutup labiya minora, pada bayi laki-laki testis sudah turun
11) Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12) Reflek moro sudah terbentuk dengan baik
13) Reflek graps sudah terbentuk dengan baik.
14) Eliminasi (buangan besar dan kecil) akan keluar pada 24 jam pertama.
Semua bayi lahir, selalu dilakukan penilaian keadaan umum dengan penggunaan nilai agar yang disebut APGAR SCORE. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak, yang dinilai adalah frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot, warna kulit dan reaksi terhadap rangsang atau 5 aspek yaitu kepanjangan dari APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration). Penilaian dilakukan dengan 3 tahap, yaitu pada 1 menit pertama, 5 menit pertama dan 10 menit pertama. (9,10)
Selengkapnya...

Kamis, 29 Oktober 2009

DEPO MEDROXYPROGESTERON ASETAT (DMPA)

a) Definisi
Kontrasepsi suntik yang hanya berisi hormon progesterone dan tidak mengandung estrogen. Daya kerja kontrasepsi DMPA adalah 150 mg setiap 3 bulan dan merupakan dosis yang tinggi. Setelah suntikan 150 mg DMPA, ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal 14 minggu. Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA) diberikan dengan cara disuntikkan secara intra muskuler (Hartanto, 2003).
b) Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja pada pemakaian DMPA yaitu mencegah ovulasi dengan cara lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa, membuat endometrium menjadi kurang baik atau layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi dan mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopii (Hartanto, 2003).
c) Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi dalam pemakaian suntik DMPA diantaranya adalah menginginkan penjarangan kehamilan untuk paling sedikitnya satu tahun, kontrasepsi kerja lama yang sangat efektif dan tidak terkait dengan sanggama, menyusui, penyakit sel sabit atau thalasemia dan gangguan kejang. Adapun kontra indikasi dalam pemakaian suntik DMPA yaitu kehamilan, perdarahan, penyakit hati, kanker payudara, penyakit kardiovaskuler yang berat, menginginkan kembalinya kesuburan dengan cepat dan depresi berat (Speroff & Philip, 2005).
d) Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan dari suntik DMPA yaitu sangat efektif (99,6%), tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak dibutuhkan pemeriksaan awal, tidak mempengaruhi produksi ASI, dapat digunakan oleh wanita tua ( di atas 35 tahun), mencegah kehamilan ektopik, dapat digunakan untuk jangka panjang dan sangat berguna untuk klien yang tidak ingin hamil lagi tetapi belum bersedia untuk mengikuti sterilisasi (Depkes RI, 2009).
Kerugian suntik DMPA yaitu terlambatnya pemulihan kesuburan setelah berhenti pemakaian, tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan berikutnya, tidak menjamin perlindungan terhadap penularan penyakit menular seksual dan hepatitis B atau infeksi HIV (Depkes RI, 2001).
Angka kegagalan yang pernah dilaporkan di berbagai komunitas yang memakai suntik DMPA yaitu di bawah 0,5 per 100 wanita (Glasier, 2006).

e) Tanda – tanda yang harus diwaspadai
Tanda – tanda yang harus diwaspadai dalam pemakaian DMPA adalah perdarahan berat yang dua kali lebih panjang dari masa haid atau dua kali lebih banyak dalam satu periode masa haid, sakit kepala yang berulang dan berat atau kaburnya penglihatan, nyeri abdomen sebelah bawah yang berat dan buang air kecil yang berulang kali (Depkes RI, 2001). Abses atau perdarahan tempat injeksi dan kanker merupakan komplikasi yang mungkin terjadi pada akseptor KB suntik DMPA (Varney, 2007).
f) Waktu Pemberian Suntikan DMPA
Waktu pemberian suntik DMPA dibagi menjadi empat, yaitu setelah menstruasi dalam lima hari atau setiap waktu selama siklus wanita, setelah aborsi dalam waktu lima hari setelah dilakukan aborsi, setelah melahirkan (tidak menyusui) dilakukan setelah melahirkan atau tiga minggu pasca partum kecuali pada wanita yang memiliki riwayat pasca partum, setelah melahirkan (menyusui) dilakukan segera atau setelah melahirkan atau enam minggu pasca persalinan (Varney, 2007).


g) Efek Samping
Efek samping suntik DMPA adalah sebagai berikut :
(1) Gangguan Haid
Gejala dan keluhan dalam gangguan pola haid yaitu Amenorrea adalah tidak datangnya haid selama akseptor mengikuti suntikan KB selama tiga bulan bertutut – turut, Spotting adalah bercak – bercak perdarahan di luar haid yang terjadi selama akseptor mengikuti KB suntik, Metroraghia adalah perdarahan yang berlebihan di luar siklus haid, Menorraghia adalah datangnya darah haid yang berlebihan jumlahnya tetapi masih dalam siklus haid (Suratun, 2008).
Gangguan pola haid amenorrea disebabkan karena terjadinya atrofi endometrium yaitu kadar estrogen turun dan progesteron meningkat sehingga tidak menimbulkan efek yang berlekuk – lekuk di endometrium (Wiknjosastro, 2005), gangguan pola haid spotting disebabkan karena menurunnya hormon estrogen dan kelainan atau terjadinya gangguan hormon (Hartanto, 2003), gangguan pola haid metroraghia disebabkan oleh kadar hormon estrogen dan progesteron yang tidak sesuai dengan kondisi dinding uterus (endometrium) untuk mengatur volume darah menstruasi dan dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genetalia atau kelainan fungsional (Depkes RI, 1999), gangguan pola haid menorragia disebabkan karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron sehingga menimbulkan endometrium menghasilkan volume yang lebih banyak (Depkes RI, 1999).
Penanggulangan dalam gangguan pola haid dapat dilakukan dengan cara :
(a) Pelayanan Konseling
Memberikan penjelasan kepada calon akseptor suntik bahwa pemakaian suntikan dapat menyebabkan gejala – gejala di atas. Biasanya gejala – gejala perdarahan tidak berlangsung lama.
(b) Bila terjadi perdarahan, dapat pula diberikan preparat estrogen misalnya Lynoral 2X1 sehari sampai perdarahan berhenti. Setelah perdarahan berhenti, dapat dilakukan ”tapering off” (1X1 tablet) selama beberapa hari (Suratun, 2008).
(2) Perubahan Berat Badan (BB)
Gejala dan keluhan dalam perubahan BB yaitu BB bertambah dengan kenaikan rata-rata untuk setiap tahun antara 2,3 – 2,9 Kg. BB berkurang dengan penurunan rata-rata setiap tahun antara 1,6 – 1,9 Kg (Depkes, 1999).
Perubahan BB kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak banyak yang bertumpuk di bawah kulit dan bukan merupakan karena retensi (penimbunan) cairan tubuh, selain itu juga DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang dapat menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya. Akibatnya pemakaian suntikan dapat menyebabkan berat badan bertambah (Hanafi, 2003).
Penanggulangan dalam mengatasi perubahan BB yaitu dengan cara :
(a) Jelaskan pada akseptor suntik bahwa kenaikan dan penurunan berat badan adalah salah satu efek samping dari pemakaian suntikan, akan tetapi tidak selalu perubahan berat badan tersebut diakibatkan dari pemakaian suntik KB. Kenaikan dapat disebabkan oleh hal – hal lain, namun dapat pula terjadi penurunan berat badan. Hal inipun tidak selalu disebabkan oleh suntik KB.
(b) Pengaturan diet merupakan pilihan yang utama. Dianjurkan untuk melaksanakan diet rendah kalori disertai olahraga teratur dan sebagainya. Bila terlalu kurus dianjurkan untuk diet tinggi kalori, bila berhasil dianjurkan untuk ganti cara ke kontrasepsi non hormonal (Suratun, 2008).
(3) Sakit kepala
Gejala dan keluhan dalam sakit kepala yaitu rasa berputar atau sakit di kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi atau kedua sisi atau seluruh bagian kepala. Biasanya bersifat sementara.
Pusing dan sakit kepala disebabkan karena reaksi tubuh terhadap progestreon sehingga hormon estrogen fluktuatif (mengalami penekanan) dan progesteron dapat mengikat air sehingga sel – sel di dalam tubuh mengalami perubahan sehingga terjadi penekanan pada syaraf otak ( Depkes, 1999).
Penanggulangan yang dilakukan dalam menghadapi sakit kepala yaitu :
(a) Jelaskan secara jujur kepada calon akseptor bahwa kemungkinan tersebut mungkin ada, tetapi jarang terjadi dan biasanya bersifat sementara.
(b) Pemberian anti prostaglandin atau obat mengurangi keluhan, misalnya asetosal 500mg 3 X 1 tablet/hari atau paracetamol 3 X 1 tablet/hari (Suratun, 2008).


(4) Keputihan
Gejala dan keluhan dalam keputihan yaitu adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari liang sanggama dan terasa mengganggu. Keputihan disebabkan karena adanya infeksi, jamur atau kandida (Suratun, 2008).
Penanggulangan yang dilakukan dalam menghadapi keputihan, yaitu :
(a) Jelaskanlah bahwa peserta suntik jarang terjadi keputihan. Apabila hal ini terjadi juga harus dicari penyebabnya dan diberikan pengobatannya. Konseling sebaiknya dilakukan sebelum peserta ikut KB suntik.
(b) Anjurkan untuk menjaga kebersihan alat genetalia dan pakaian dalam agar tetap bersih dan kering.
(c) Bila keputihan sangat mengganggu sebaiknya dirujuk untuk mendapatkan pengobatan yang tepat (Suratun, 2008).
(5) Jerawat
Gejala dan keluhan dalam timbulnya jerawat yaitu timbulnya jerawat di wajah atau badan yang dapat disertai infeksi atau tidak (Suratun, 2008).
Penanggulangan yang dilakukan dalam menghadapi timbulnya jerawat yaitu pemberian vitamin A dn vitamin E dosis tinggi. Bila disertai infeksi dapat diberikan preparat tetracycline 250mg 2 X 1 kapsul selama 1 atau 2 minggu (Suratun, 2008)
Selengkapnya...

AKSEPTOR KB

1. Akseptor KB
Akseptor KB yaitu pasangan usia subur yang telah memilih dan menggunakan suatu metode kontrasepsi tertentu. Akseptor KB merupakan Pasangan Usia Subur (PUS) karena mempunyai kesempatan lebih banyak untuk reproduksi (Hartanto, 2003).
2. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanent. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2005). Metode kontrasepsi yang ada di Indonesia diantaranya adalah Metode Kontrasepsi Sederhana (Kondom, Coitus interuptus, KB alami, Diafragma, Kontrasepsi kimiawi), Metode Kontrasepsi Efektif (Pil KB, Suntikan KB, AKBK, AKDR), Metode Kontrasepsi Mantap (MOP dan MOW) (Suratun, 2008).
Pelayanan kontrasepsi diupayakan untuk menurunkan angka kelahiran. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan menjadi tiga fase sasaran yaitu fase menunda kehamilan, fase menjarangkan kehamilan dan fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan (Hartanto, 2003).
Daya guna kontrasepsi dapat dinilai dari daya guna teoritis yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan daya guna pemakaian yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor – faktor seperti pemakai tidak hati – hati atau kurang taat pada peraturan (Roslaini, 2007)
Syarat kontrasepsi yang ideal adalah dapat dipercaya, tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan coitus, mudah pelaksanaannya, murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, dapat diterima penggunaanya oleh pasangan yang bersangkutan (Roslaini, 2007).

3. Kontrasepsi Suntik
a. Pengertian
Kontrasepsi suntik merupakan suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja lama dan tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan bersenggama tetapi tetap bersifat reversibel (Hartanto, 2003).
b. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja kontrasepsi suntik yaitu mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga menghambat spermatozoa masuk ke dalam rahim dan menipiskan endometrium sehingga tidak siap untuk kehamilan (Suratun, 2008).
c. Jenis Kontrasepsi Suntik
1) Cycloprovera
Cycloprovera adalah kontrasepsi suntikan sekali dalam sebulan dengan nama dagang cyclofem, dalam kemasan 0,5 ml suspensi aqueous steril yang berisi 25 mg Medroxyprogesteron Asetat dan 5 mg Estrandiol cypionate (Varney, 2007).
Kontrasepsi suntik Cycloprovera memiliki banyak kelebihan diantaranya yaitu menimbulkan perdarahan teratur setiap bulan, kurang menimbulkan perdarahan bercak atau perdarahan ireguler lainnya dan efek samping lebih cepat menghilang setelah suntikan dihilangkan. Adapun kerugian dari kontrasepsi Cycloprovera yaitu penyuntikan lebih sering, biaya keseluruhan lebih tinggi dan kemungkinan terjadi efek samping karena estrogennya (Hartanto, 2003).
Efek samping dari Cycloprovera adalah nyeri tekan pada payudara, timbulnya jerawat dan peningkatan berat badan (Hartanto, 2003).
2) Noristerat
Noristerat adalah kontrasepsi suntikan yang diberikan setiap 2 bulan sekali dengan dosis 200mg, berisi progestin yang berasal dari testosterone (Varney, 2007).
Efek samping dari Noristerat adalah gangguan haid, peningkatan berat badan dan sakit kepala (Hartanto, 2003)
Selengkapnya...

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

A. Definisi Ilmu Kesehatan Masyarakat
1. Ilmu Kesehatan Masyarakat menurut Winslow, yang mana disebutkan bahwa diharapkan masyarakat itu berusaha untuk dapat menanggulangi kesehatannya sendiri, Seterusnya disebutkan pula bahwa terciptanya kesehatan yang optimal bagi masyarakat ialah dengan adanya peran serta dari masyarakat secara teratur dan kesinambungan (Sumber:”Library, Usu. 2008)
2. Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah Upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. (Sumber:”Notoatmodjo, Soekidjo. 2002)
3. Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah Kesehatan perorangan, keluarga, sekolah maupun masyarakat, dan riwayat penyakit dan pencegahannya masalah pertolongan pertama P3K, P4, masalah wabah dan sebagainya (Sumber:”Unila. 2007)
4. Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah Ilmu dan Seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan control infeksi dimasyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan. (Sumber:”Wikipedia. 2008)

B. Sejarah Kesehatan
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (Surgical procedure) dengan baik.
Hegeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai istrinya juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/penanganan masalah kesehatan adalah, Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. Sedangkan Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui “hidup seimbang”. Menghindari makanan/ minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik) cukup istirahat dan melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik, daripada dengan pengobatan/pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul dua aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesahatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuraktif (pengobatan). Kelompok ini umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial . sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meninkatkan kesehatan (promosi)sebelum terjadinya penyakit kedalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang.
Dalam perkembangan selanjutnya maka seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care), dan pelayanan pencegahan atau proventif (preventive health care. Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut. Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg. Dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh. Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang terjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat (sasaran) lebih bersifat kemitraan, tidak seperti antara doktera pasin
Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok lnl pada umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokyr yang menunggu pasien datamg di pukesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien yang datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah penykit. Sedangkan kelompok preventif lebih menggunakan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah, tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentivikasi masalah yang ada dimasyarakat, dan melakukan tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menagani klien atau pasien lebih kepada system bioogis manusia atau pasien hanyadi lihat secara partial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-spikologis dan social, yang terlihat antara aspeksatu dengan yang lainnya. Sedangkan pendekatan previntif mrlihat kien sebagai mahluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya system biologi, individual, tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, spikologis dan sosial. Dengan demikian pendekatan pun tidak individual dan partial, tetapi harus secara menyeluruh atau holistic (Sumber:” Notoatmodjo, Soekidjo, 2002)

C. I. Faktor Utama Yang Mempengarui Kesehatan
Air merupakan zat yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tubuh manusia saja hampir 80% terdiri dari air. Tentu saja tubuh kita memerlukan asupan air yang bersih dan sehat untuk menjaga agar semua organ berfungsi dengan baik. Air yang kotor dan tercemar akan mengakibatkan menurunnya kualitas kesehatan kita. Pastikan air yang kita konsumsi dalam kehidupan sehari-hari terbebas dari polusi dan bakteri udara.
Pencemaran udara sudah tidak bisa dipungkiri lagi sebagai faktor yang mempengaruhi kesehatan. Udara yang kita hirup setiap hari dapat dipastikan dalam kondisi tercemar. Polusi kendaraan bermotor, asap pabrik dan asap rokok menjadi faktor dominan pencemaran udara. Alangkah baiknya jika kita melakukan preventif untuk meminimalisir risiko dari pncemaran udara. Hal ini dapat dilakukan dengan cara maenghijaukan pekarangan rumah kita dengan menanam pepohonan di sekitar rumah untuk menjaga agar lingkungan kita tetap segar, sebisa mungkin kurangi kegiatan (Sumber:”InfoGue. 2008)

II. 6 Faktor kesehatan Mempengaruhi Kesehatan Manusia
”Kesehatan Adalah Harta Yang Sanagat Berharga Tanpa Kesehatan Tidak Akan Ada Arti Apa-apa, Raihlah Kesehatan optimal untuk anda dan keluarga”
Kita mengetahui bahwa banyak sekali faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia, bahkan ada sebuah statistik dari WHO yang menggambarkan bahwa di dunia hanya 15% orang yang benar-benar sakit dan harus diriwat di rumah sakit, 15% lagi adalah orang yang benar-benar sehat, dan 60% selebihnya adalah orang yang sehat tetapi gampang terserang penyakit, yaitu contohnya seperti saya dan anda yang mudah terkena flu, masuk angin, pusing dan lain sebagainya.
Kesehatan manusia dipengaruhi oleh 6 faktor yaitu:
1. Udara
2. Air
3. Makanan dan Minuman
4. Keseimbangan Emosi
5. Olahraga Teratur
6. Istirahat Cukup
Apabila ke enam faktor tersebut terganggu atau bermasalah maka tidak otomatis kesehatan kita juga akan terganggu, mau atau tidak mau, sadar atau tidak kita hidup dizaman penuh polusi dari zat kimia baik itu air, udara maupun makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari (Sumber:” Untung Rahardjo. 2008)

III. Hal/Yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Manusia, Internal Dan Eksternal Psikologi
Mental sehat manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan external. Keduanya saling mempengaruhi dan dapat menyebabkan mental yang sakit sehingga bisa menyebabkan gangguan jiwa dan penyakit jiwa.
A. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat, bakat, keturunan dan sebagainya. Contoh sifat yaitu seperti sifat jahat, baik, pemarah, dengki, iri, pemalu,pemberani,dan lain sebagainya. Contoh bakat yakni misalnya bakat melukis, bermain musik, menciptakan lagu, akting, dan lain-lain. Sedangkan aspek keturunan seperti turunan emosi, lntelektualitas, potensi diri, dan sebagainya.
B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di laur diri seseorang yang dapat mempengaruhi mental sseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan seorang manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik, kakek-nenek, dan masih banyak lagi lainnya.
Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum, politik, sosial budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat, dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik dapat menjaga mental seseorang, namun faktor external yang buruk/tidak baik dapat berpotensi menimbulkan mental tidak sehat (Sumber:”Untung Rahardjo. 2008)
Selengkapnya...

PORTOGRAF

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik ( JNPK-KR, 2007 ).
b. Tujuan
Adapun tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam
2) Mendeteksi apakah proses persalinan bejalan secara normal. Dengan demikian dapat pula mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk :
a) Mencatat kemajuan persalinan
b) Mencatat kondisi ibu dan janinnya
c) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
d) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
e) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
( JNPK-KR, 2007)



c. Penggunaan Partograf
Partograf harus digunakan :
1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit
2) Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll)
3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahirn bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa Kedokteran)
(JNPK-KR,2007).
d. Pengisian Partograf
Pengisian partograf antara lain :
1) Pencatatan selama Fase Laten Kala I Persalinan
Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dilakukan secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga harus dicatatkan.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu :
a) Denyut jantung janin : setiap 30 menit
b) Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit
c) Nadi : setiap 30 menit
d) Pembukaan serviks : setiap 4 jam
e) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
f) Tekanan darah dan temperature tubuh : setiap 4 jam
g) Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 – 4 jam
2) Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan
Halaman depan partograf menginstruksikan observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, yaitu :
a) Informasi tentang ibu
(1) nama, umur
(2) gravida, para, abortus (keguguran)
(3) nomor catatan medik/nomer puskesmas
(4) tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu)
(5) waktu pecahnya selaput ketuban
b) Kondisi janin
(1) DJJ
(2) Warna dan adanya air ketuban
(3) Penyusupan (molase) kepala janin
c) Kemajuan persalinan
(1) Pembukaan serviks
(2) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
(3) Garis waspada dan garis bertindak
d) Jam dan waktu
(1) Waktunya mulai fase aktif persalinan
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
e) Kontraksi Uterus
(1) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
(2) Lama kontraksi (dalam detik)
f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
(1) Oksitosin
(2) obat-obatan lainnya dan cairan IV yg diberikan
g) Kondisi ibu
(1) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
(2) Urin (volume,aseton atau protein)
(JNPK-KR,2007).


e. Mencatat temuan pada partograf
Adapun temuan-temuan yang harus dicatat adalah :
1) Informasi Tentang Ibu
Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan ( tertulis sebagai : ‘jam atau pukul’ pada partograf ) dan perhatikan kemungkinan ibu datang pada fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
2) Kondisi Janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin ( DJJ ), air ketuban dan penyusupan kepala janin
a) Denyut jantung janin
Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit ( lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas bersambung (ada ganbar).
b) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat semua temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
U : Selaput ketuban masih utuh ( belum pecah )
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi ( kering )
c) Penyusupan ( Molase ) Tulang Kepala janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupannya atau tumpang tindih antara tulang kepala semakin menunjukan risiko disporposi kepala panggul ( CPD ). Ketidak mampuan untuk berakomodasi atau disporposi ditunjukan melalui derajat penyusupan atau tumpang tindih ( molase ) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disporposi kepala panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada dikotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
0 : Tulang-tulang kepala janin terpish, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
(JNPK-KR,2007).
f. Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan sentimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka 1-5 yang sesaui dengan metode perlimaan. Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukan waktu 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan, DJJ, kontraksi uterus dan frekwensi nadi ibu.

1) Pembukaan Serviks
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda ‘X’ harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
Perhatikan :
a) Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besarnya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dalam
b) Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks dari hasil pemeriksaan dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks ( hasil periksa dalam ) dan cantumkan tanda ‘X’ pada ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada
c) Hubungkan tanda ‘X’ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh ( tidak terputus)
2) Penurunan bagian terbawah janin
Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukan seberapa jauh bagian terendah bagian janin telah memasuki rongga panggul. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm.
Berikan tanda ‘O’ yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil palpasi kepala diatas simfisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda “O” di garis angka 4. Hubungkan tanda ‘O’ dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
3) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit .Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan (JNPK-KR,2007).
g. Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan “ kontraksi per 10 menit “ di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi. Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi (JNPK-KR,2007).
Selengkapnya...

PERSALINAN

Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan placenta dri rahim ibu (Depkes, 2004). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar (Prawirohardjo, 2002). Persalianan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 mingu), lahir tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Arfian, 2008).
a) Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan :
1.) Teori penurunan hormon
Penurunan kadar hormone estrogen dan progesterone. Seperti diketahui progesterone merupakan penenang bagi otot-otot uterus. Menurunnya kadar kedua hormone ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai. Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm meningkat, lebih sewaktu partus.



2.) Teori penuaan placenta
Placenta menjadi tua dengan tuanya kehamilan, villi korialess mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar estrogen dan progfesteron turun.
3.) Teori berkurangnya nutrisi
Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
4.) Tekanan pada ganglion servikale
Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus hauser yang terletak dibelakang servik. Bila ganglion ini terteka, kontraksi uterus dapat dibangkitkan.
5.) Dengan berbagai tindakan :
(a) Merangsang fleksus Franken hauser dengan memasukkan beberapa gagang laminaria dalam kanalis servikalis.
(b) Pemecahan ketuban.
(c) Penyuntikan oksitosin (sebaiknya dengan jalan infuse intravena).
(d) Pemakaian prostaglandin.
(Prawirohardjo, 2002)
b) Tanda-tanda persalinan
1) Tanda-tanda persalinan yang mungkin terjadi :
(a) Lender darah vagina bercampur dengan sedikit darah (bloody show)
(b) Nyeri pungung bawah yang yang datang dan pergi.
(c) Kram diperut bagian bawah (seperti kram saat haid).
(d) Buang air besar agak cair seperti diare.
(e) Ledakan energi secara mendadak yang terfokus pada persiapan kelahiran bayi (nesting urge).
2) Tanda-tanda positif persalinan :
Tanda-tanda yang paling jelas bahwa persalinan telah dimulai :
(1) Kontraksi yang makin panjang, kuat, dan berdekatan waktunya (kontraksi maju atau progessing contraction).
(2) Keluarnya air ketuban dari vagina akibat pecahnya kantung ketuban.
(Prawirohardjo, 2002)
c) Faktor-faktor penting yang memegang peranan pada persalinan, ialah :
1) Kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengedan
2) Keadaan jalan lahir
3) Janinnya sendiri
(Prawirohardjo, 2002)
d) Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu :
1) Kala I :Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.
2) Kala II :Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
3) Kala III :Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya placenta, yang berlangsung tida lebih dari 30 menit.
4) Kala IV :Dimulai dari saat lahirnya placenta sampai 2 jam pertama postpartum.
(Prawirohardjo, 2002)
Selengkapnya...

FISIOLOGI JANIN DAN PERNAFASAN JANIN

Sesudah kehamilan 16 minggu, sumsum tulang yang menjadi penghasil utama sel-sel darah. Sel-sel darah yang dihasilkan oleh yolk sac sebagian besar terdiri dari megalobelas yang dihasilkan di hepar adalah megalobelas disamping mengalosit dan makrosit. Normosit mulai ada stela sumsum tulang ikut serta dalam hemopoesis. Maa dari itu, pada permulaan kehamilan sel-sel darah merah janin berhenti, pada kelanjutan kehamilan jumlah nurmosit berkurang sehingga pada akhir kehamilan hanya ditemukan 5-10 normosit per 100 eritrosit.
Hemoglobin yang dibuat oleh janin adalah hemoglobin fetal (tipe f) dan hemoglobin orang dewasa atau (tipe A). pembuatan hemoglobin tipe A ini makin lama makin banyak. Perbedaan antara 2 tipe hemoglobin ini ialah eritosit yang mengandung hemoglobin F mempunyai daya penarik lebih tinggi O2 dari pada eritosit yang mengandung hemoglobin A dalam keadaan Po2 dan Ph darah yang sama.
Pada kehamilan 8 -10 minggu pembuluh darah janin mulai terbentuk umumnya denyut jantung dapat di catat pada minggu ke – 12. Pada kehamilan volume darah ibu bertambah, untuk memenuhi kebutuhan adanya sirkulasi ke plasenta, uterus dan mammae yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darahnya memebesar. Volume tersebut mulai bertambah jelas pada minggu ke-16 dan mencapai puncaknya pada minggu ke-32 ± 25% dan mulai menurun sedikit pada aterm. Janin mempunyai basal metabolikrate (BMR) yang tinggi sehingga lebih banyak membutuhkan oksigen dibandingkan dengan bayi yang telah lahir, hal ini dapat diatasi dengan fetus in utero yang lebihtinggi dibandingkan dengan konsentrasi hemoglobin bayi yang telah lahir. Umumnya kadar gemoglobin fetus lebih kurang 15,5 gram/ml, dan dengan bentuk eritrosit yang makrositik dan hiperkromik.
Pada bayi lahir dapat ditemukan polimorfonukleus leukositosis dengan jumlah leukosit sampai 450.000 per mm3, meskipun pada umumnya ditemukan rata-rata 20.000. pada bayi premature jumlah leukosit lebih rendah.

PERNAPASAN
Janin dalam kandungan sudah mengadakan gerakan-gerakan pernafasan, namun air ketuban tidak masuk ke dalam alveoli paru-parunya. Pusat pernapasan ini di pengaruhi oleh kadar O2 dan CO2 di dalam tubub janin. Keadaan inidipengaruhi oleh sirkulasi plasenter (pengaliran darah antara uterus dan plasenta). Apabila terdapat gangguan pada sirkulasi utero-plasenter sehingga satu rasi oksigen lebih menurun, misalnya pada kontraksi uterus yang tidak sempurna, eklampsia dan sebagainya, maka dapatlah gangguan dalam keseimbangan asam dan basa pada janin tersebut, dengan akibat dapat melumpuhkan pusat pernafasan janin. Pada permukaan paru-paru yang telah matur ditemukan lipoprotein yang berfungsi untuk mengurangi tahanan pada permukaan alveoli dan memudahkan paru-paru berkembang pada penarikan nafas pertama pada janin.
Ketika partus, uterus berkontraksi dalam keadaan ini darah didalam sirkulasi utero plasenter seolah-olah diperas ke dalam vena umbilicus dan sirkulasi janin sehingga jantung janin terutama serambi kanan berdilatasi. Akibatnya apabila diperhatikan bunyi jantung janin segera setelah kontraksi uterus hilang akan terdengar terlambat. Dalam keadaan ini fisiologi bukan patologi. Timbulnta bradikardia pada his disebabkan adanya aspiksia janin yang sementara. Bradikardia ini terjadi pada permulaan his dan menghilang beberapa detik sesudah his berhenti. Bradikardia tidak disebabkan oleh hifoksia janin, akan tetapi karena tekanan kepalajanin oleh jalan lahir aktu ada his.
Untuk klinik penting diperhatikan frekuensi denyut jantung ini untuk mengetahui apakah ada gawat janin. Dalam ekadaan normal frekuensi deniyut jantung janin berkisar antara 120 – 140 denyutan permenit. Cara menghitung denyut bunyi jantung adalah hitung denyut jantung janin 5 detik pertama kemudian 5 detik ketiga, kelima, ketujuh sampaim mencapai satu menit. Dengan cara ini diperoleh apakah denyut jantung janin tersebut teratur apa tidak. Tiap menit mempunyai jumlah tertentu. Jika jumlah permenit berbeda lebih dari 8, maka denyutan jantung itu umumnya tidak teratur. Jika jumlah denyutan jantung lebih dari 160 per menit, disebut ada takikardia, sedangkan jika kurang dari 120 permenit, disebut ada bradikardia. Dengan mengadakan pencatatan denyut jantung janin yang dikaitkan dengan pencatatan his, dapat diketahui ada tidaknya hipoksia pada janin. Takikardia kadang-kadang dapat ditemukan pada ibu yang menderita panas. Pemantauan janin dilaksanakan dengan alat kardiotokograf.

SIRKULASI

Pada janin masih terdapat fungsi: 1) foramen ovale, 2) ductus arterosus, 3) arteri umbilicales leterals, 4) ductus venesus arantii

Mula-mula darah yang kaya oksigen dan nutrisi yanjg berasal dari plasenta, melalui vena umbilicalis, masuk kedalam tubuh janin. Sebagian besar darah melalui ductus venosus arantii akan mengalir ke vena cava inferior. Dalam atrium dekstra sebagian besar darah akan mengalir secara fisiologik ke atrium sinistra, melalui voramen oval yang terletak diantara atrium dekstra dan atrium sinistra. Dariatrium sinistra darah mengalir ke ventricle kiri kemudian dipompakan ke aorta. Hanya sebagian kecil darah dari atrium kanan mengalir ke ventricle kanan bersama-sama dengan darah yang berasal dari vena cava superior. Karena tekanan dari paru-paru yang belum berkembang, sebagian darah dari ventricle kanana yang seharusnya mengalir melalui arteri pulmonalis ke paru-paru, akan mengalir melalui ductus Botalii ke aorta. Sebagianh kecil akan mengalir ke paru-paru dan selanjutnya keatrium sinistra melalui vena pulmonalis. Darah dari sel-sel tubuh yang miskin oksigen penuh dengan sisa pembakaran dan sebagiannya akan dialirkan keplasenta melalui dua ateriol umbikalis. Seterusnya akan diedarkan ke pembuluh darah di kotiledon dan jonjot-jonjot dan kembali melalui vena umbilikalis kajanin. Demikian seterusnya, sirkulasi janin Ini berlangsung ketika berada dalam uterus. Ketika janin dilahirkan segera bayi menghisap udara dan menangis kuat, dengan demikian paru-parunya berkembang.


Tractus Digestivus
Pada kehamilan 4 bulan, alat pencernaan cukup terbentuk dan zat janin dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga demikian janin membantu dalam perputaran air katuban. Absorbs air katuban terjadi melalui mukosa selurh fractus digestivus. Pada umunya janin menelan rata-rata 450 ml air ketuban setiap harinya. Hefar janin pada kehamilan 4 bulan berperan dalam hemopoesis, dalam metabolisme hidrat orang mulai berperan glikogen mulai disimpan dalam hari, pada akhir triwulan makin meningkat, sesudah melahirkan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga disimpan dalam hati

Tractus Urinarius
Glomenolus diginjal mulai terbentuk dalam korteks renalis pada janin umur 8 minggu. Jumlhnya pada kehamilan 20 minggu diperkirakan3500.000 pada akhir kahamilan 820.000. ginjal janin berfungsi pada kehamilan 3 bulan. Pada kandung kencing janin ditemukan air kencing yang dikeluarkan ke likuoramni. Pada bayi umur 33 hari ginjalnya tidak dipengaruhi oleh pemberian air. Baru sesudah 5 hari ginjal bayi cukup bulan maupun premature dipengaruhi pemberian air

Kelenjar-kelenjar endokrin
Pada kehamilan 10 minggu kontikotoprin ditemukan dalam hipofisis janin. Hormone ini diperlukan untuk mempertahnkan glandula suprarendiis janin. Hormone sommatotropin ditemukan ditali pusat dengan kadar yang tinggi, dibentuk plasenta gonadrotropin oleh hipofisis janin, hany sedikit sekali. Berbeda dengan tirotropin yang dapat ditemukan pada kehamilan 10 minggu. Pada kehamilan 10-14 minggu kelenjar gondok janin telah berfungsi menyimpan iodium dan menghasilkan tiroksin.

Testis janin dapat menadakan sintesis androgin. Testosterone dan menghasilkan tiroksin. Testis janin dapat mengadakan sintesis endogren, tesrosteron dan androstenaeton dapat di temukan ditestis janin yang imeratur. Mengenai ovarii dapat menghasilkanh seteroid belum banyak diketahui

Urat Saraf
Janin pada kehamilan 10 minggu, dilahirkan hidup maka dapat mengadakan gerakan-gerakan spontan. Dalam triwulan terakhir hubungan antara urat saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih sempurna. Sehingga janin yang diluar kandungan, pada kehamilan 7 bulan mata janin amat sensitip terhadap cahaya

IMUNOLOGIS
Kahmilan 8 minggu terjadi kekebalan adanya limfosit disekitar tempat timus. Tuanya kehamilan jumlah limfosit didalam darah perifer meningakt dan mulai terbentuk folikel limpe. Jumlah folikel limfe terbanyak pada akhir kehamilan, misalnya di limfa memperlihatkan jaringan warna merah. Tuanya kehamilan juga ditemukan sarang selimfoit yang makin lama makin besar
Penangkis humoral dibentuk oleh sel limfoit, terdiri dari pasangan polipeptin simetrik. Gama-G ditemukan pada orang dewasa, sedikit pada janin akhir kehamilan dan dibentuk pada bulan kedua sesudah bayi lahir. Gama-Glabulin berasal dari ibu yang disalurkan melalui palsenta dengan cara pinositosis disebut kekebalan fasik. Pembentukan benda penangkis ditemukan pada kehamilan 5 bulan. Produksi gama-M imunoglobin meningkat setelah bayi lahir.
Kelemahan bayi baru lahir adalah hanya dilindungi oleh gama-G imunoglobin ibu hingga terbatas kadarnya dan kurang gama-A imunoglobin dipermalukan alat pencernaan alat pencernaan. Oleh sebab ibu, neonates tidak dapat mengatasi infeksi dan mengalami sepsis besar.
Bayi mendapatkan kekebalan sampai dengan 6 bulan. Benda penangkis ditemukan didalam ASI pertama atau kolostrum sebagai gama-A imunoglobin. Ini menambah perlindungan bayi terhadap infeksi terhadap entero-basil. Penyaluran gama-G imunoglobin dari ibu ke janin tidak selalu menguntungkan bagi janin, pada Rh resus isoimunisasi. Gama-G imunoglobin ibu melintasi plasenta dan merusak eritrosit janin mengasilkan eritroblastosis retails. Janin mengandung unsur ayahnya dan tempat implantasi plasenta. Dikenal sebagai allograft rejection.
Banyak teori mengemukakan mengenai mengapa plasenta tidak mengikuti hokum imunologi :
1. Uterus, sebagai tempat untuk plasenta
2. Perubahan hormonal pada kehamilan, wanita hamil lebih dapat menerima plasenta
3. Janin membuat histamin yang dapat mencegah iskemia pada graft rejection.
4. Menurut Currie dan Bagshawai bahwa troplobast diliputi lapisan sialomusin.
5. Swimburne mengemukakan adanya rangsangan anti gen selama kehamilan dan mengakibatkan kebocoran.

FISIOLOGI JANIN
TRIMESTER PERTAMA
Minggu pertama
Disebut sebagai masa germinal. Karakteristik utama masa germinal ini adalah pembelahan sel.
Minggu ke-2
Sel-sel telur yang berada didalam rahim, berbentuk seperti lingkaran sinar yang mengelilingi matahari sel ini akan bertemu dengan sel-sel sperma dan memulai proses pembuahan. 5 juta sel sperma sekaligus berenang menuju tujuan akhir mereka yaitu menuju sel telur yang bersembunyi pada saluran sel telur. Walaupun pasukan sel sperma ini sangat banyak, tapi pada akhirnya hanya 1 sel saja yang bisa menembus indung telur. Pada saat ini kepala sel sperma telah hampir masuk. Kita dapat melihat bagian tengah dan belakang sel sperma yang tidak henti-hentinya berusaha secara tekun menerobos dinding indung telur.
Minggu ke-3
Sampai usia kehamilan 3 minggu.sel telur yang telah membelah menjadi ratusan akan menempel pada dinding rahim disebut blastosit. Ukurannya sangat kecil, berdiameter 0,1-0,2 mm.

Minggu ke-4
Bayi berbentuk embrio. Embrio memproduksi hormon kehamilan (Chorionic Gonadotropin HCG), sehingga apabila sang ibu melakukan tes kehamilan, hasilnya positif.
Minggu ke-5
Terbentuk 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm.
- Ectoderm adalah lapisan yang paling atas akan membentuk sistem saraf pada janin yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit dan rambut.
- Lapisan Mesoderm berada pada lapisan tengah yang akan membentuk organ jantung, buah pinggang, tulang dan organ reproduktif.
- Lapisan Endoderm yaitu lapisan yang paling dalam yang akan membentuk usus, hati, pankreas dan pundi kencing.
Minggu ke-6
- Ukuran embrio rata-rata 2-4 mm diukur dari puncak kepala hingga bokong.
- Tuba saraf sepanjang punggung bayi menutup
- Jantung bayi mulai berdetak pada minggu ini
- Sistem pencernaan dan pernafasan mulai dibentuk, pucuk-pucuk kecil yang akan berkembang menjadi lengan kaki pun mulai tampak.
Minggu ke-7
- Akhir minggu ketujuh, panjangnya sekitar 5-13 mm dan beratnya 0,8 gram, kira-kira sebesar biji kacang hijau.
- Pucuk lengan mulai membelah menjadi bagian bahu dan tangan yang mungil
- Jantung telah dibagi menjadi bilik kanan dan bilik kiri, begitu pula dengan saluran udara yang terdapat di dalam paru-paru.
Minggu ke-8
- Panjang kira-kira 14-20 mm
- Ujung hidung, kelopak mata dan telinga berkembang
- Brochi, saluran yang menghubungkan paru-paru dengan tenggorokan, mulai bercabang.
- Bayi mulai terbentuk diantaranya pembentukan lubang hidung, bibir, mulut dan lidah serta mata.
Minggu ke-9
Telinga bagian luar mulai berbentuk, kaki dan tangan terus berkembang berikut jari kaki dan tangan mulai tampak. Ia mulai bergerak walaupun anda tak merasakannya. Dengan Doppler, anda bisa mendengar detak jantungnya.
Minggu ke-10
Semua organ penting yang telah terbentuk mulai bekerjasama. Pertumbuhan otak meningkat dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru diproduksi setiap menit. Ia mulai tampak seperti manusia kecil dengan panjang 32-43 mm dan berat 7 gram.
Minggu ke-11
Panjang tubuhnya mencapai sekitar 6,5 cm. Baik rambut, kuku jari tangan dan kakinya mulai tumbuh. Sesekali di usia ini janin sudah menguap. Gerakan demi gerakan kaki dan tangan, termasuk gerakan menggeliat, meluruskan tubuh dan menundukkan kepala, sudah bisa dirasakan ibu. Bahkan, janin kini sudah bisa mengubah posisinya dengan berputar, memanjang, bergelung, atau malah jumpalitan yang kerap terasa menyakitkan sekaligus member sensasi kebahagiaan tersendiri.
Minggu ke-12
Bentuk wajah bayi lengkap, ada dagu dan hidung kecil. Jari-jari tangan dan kaki yang mungil terpisah penuh. Usus bayi telah berada didalam rongga perut. Akibat meningkatnya volume darah ibu, detak jantung janin bisa jadi meningkat. Panjangnya sekitar 63 mm dan beratnya 14 gram. Mulai proses penyempurnaan seluruh organ tubuh. Bayi membesar beberapa millimeter setiap hari. Jari kaki dan tangan mulai membentuk termasuk telinga dan kelopak mata.

TRIMESTER KEDUA
Minggu ke-13
Plasenta berkembang untuk menyediakan oksigen, nutrisi dan pembuangan sampah bayi. Kelopak mata bayi merapat untuk melindungi mata yang sedang berkembang. Janin mencapai panjang 76 mm dan beratnya 19 gram. Kepala bayi membesar dengan lebih cepat daripada yang lain. Badannya juga semakin membesar untuk mengejar pembesaran kepala.
Minggu ke14
Detak jantung bayi mulai menguat tetapi kulit bayi belum tebal karena belum ada lapisan lemak.
Minggu ke-15
Jika bayi anda perempuan, ovarium mulai menghasilkan jutaan sel telur pada minggu ini. Kulit bayi masih sangat tipis sehingga pembuluh darahnya kelihatan akhir minggu ini, beratnya 49 gram dan panjang 113 mm.
Minggu ke-16
- Bayi telah terbentuk sepenuhnya dan membutuhkan nutrisi mll plasenta
- Bayi telah mempunyai tulang yang kuat dan mulai bisa mendengar suara
- System peredaran darah adalah yang pertama terbentuk dan berfungsi.
Minggu ke-17
Panjang 12 cm dan berat 100 gram, bayi masih sangat kecil. Lapisan lemak cokelat mulai berkembang rambut, kening, bulu mata bayi mulai tumbuh dan garis kulit pada ujung jari mulai terbentuk. Sidik jari sudah mulai terbentuk.
Minggu ke-18
- Janin sudah bisa mendengar
- Bisa terkejut bila mendengar suara keras
- Mata bayi berkembang
- Panjangnya sudah 14 cm dan beratnya 140 gram
- Bayi sudah bisa melihat cahaya yang masuk melalui dinding rahim ibu
Minggu ke-19
Tubuh bayi diselimuti vernix caseosa, semacam lapisan lilin yang melindungi kulit dari luka. Otak bayi telah mencapai jutaan saraf motorik karenanya ia mampu membuat gerakan sadar seperti menghisap jempol. Beratnya 226 gram dengan panjang hampir 16 cm.
Minggu ke-20
Beratnya mencapai 260 gram dan panjangnya 14-16 cm. Dibawah lapisan vernik, kulit bayi mulai membuat lapisan dermis, epidermis dan subcutaneous. Kuku tumbuh pada minggu ini. Proses penyempurnaan paru-paru dan sistem pernafasan. Pigmen kulit mulai terlihat.
Minggu ke-21
Gerakan bayi semakin pelan karena beratnya sudah 340 gram dan panjangnya 20 cm.
Minggu ke-22
Perbandingan kepala dan tubuh semakin proporsional
Minggu ke-23
Memiliki kebiasaan “berolahraga” menggerakkan otot jari-jari tangan dan kaki, lengan dan kaki secara teratur. Beratnya hampir 450 gram.
Minggu ke-24
Paru-paru mulai mengambil oksigen meski bayi masih menerima oksigen dari plasenta. Untuk persiapan hidup di luar rahim, paru-paru bayi mulai mengasilkan surfaktan yang menjaga kantung udara tetap mengembang.
Minggu ke-25
Berat bayi sudah mencapai 650-670 gram dengan tinggi badan 34-37 cm
Minggu ke-26
Berat badan bayi sudah mencapai 750-780 gram, sedangkan tingginya 35-38 cm
Minggu ke-27
Indra perasa mulai terbentuk. Bayi juga sudah pandai mengisap ibu jari dan menelan air ketuban yang mengelilinginya. Berat umum bayi seusia si kecil 870-890 gram dengan tinggi badan 36-38 cm.

TRIMESTER TIGA
Minggu ke-28
- BB 1100 gram dan panjangnya 25 cm
- Otak bayi semakin berkembang dan meluas
- Kepala sudah mengarah ke bawah
- Paru-parunya belum sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, bayi kemungkinan besar telah dapat bertahan hidup.
Minggu 29
- BB 1100 gram dan panjangnya 25 cm
- Otak bayi semakin berkembang dan meluas
- Kepala sudah mengarah ke bawah
- Paru-parunya belum sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, bayi kemungkinan besar telah dapat bertahan hidup.
Minggu 30
- Lemak dan berat badan bayi terus bertambah
- Gerakannya semakin terasa
- Mata bayi sudah mulai bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain dan dia sudah mulai belajar untuk membuka dan menutup matanya.
- Bayi sudah mulai memproduksi air mata
- Berat badan bayi 1510-1550 gram, dengan tinggi 39-40 cm
Minggu 31
Perkembangan fisik mulai melambat, namun perkembangan otak berkembang pesat
Minggu 32
- Jari tangan, kaki telah tumbuh sempurna
- Bulu mata, alis dan rambut di kepala semakin jelas
- Berat 1800 gram dan panjang 29 cm
- Sistem pendengaran terbentuk sempurna
- Kuku dari jari mungil tangan dan kaki si kecil sudah lengkap dan sempurna
- Bayi sudah mulai bisa bermimpi
Minggu 33
- Otak bayi semakin pesat berkembang
- Sudah mulai bisa berkoordinasi antara lain, bayi sudah menghisap jempolnya dan sudah bisa menelan.
- Bayi sudah bisa mengambil nafas dalam-dalam walaupun nafasnya masih didalam air.
- Jika bayinya laki-laki, testis sudah mulai turun dari perut menuju skrotum.
Minggu 34
- Bayi berada di pintu rahim
- Dapat membuka dan menutup mata apabila mengantuk dan tidur
- Sudah mulai mengedipkan matanya
- Berat badan bayi 2000-2010 gram, dengan tinggi badan sekitar 45-46 cm
Minggu 35
- Pendengaran sudah berfungsi sempurna
- Lemak sudah mulai memadat pada bagian kaki dan tangannya
- Sudah semakin membesar dan sudah mulai memenuhi rahim bunda
- Apabila bayi budan laki-laki maka di bulan ini testisnya telah sempurna
- BB bayi 2300-2350 gram
- Tinggi sekitar 45-47 cm
Minggu 36
- Lapisan lemak sudah mulai mengisi bagian lengan dan betis dari bayi
- Ginjal bayi sudah bekerja dengan baik
- Liver telah memproduksi kotoran
- Paru-paru bayi sudah bekerja baik
- Berat badan bayi 2400-2450 gram, dengan tinggi badan 47-48 cm
Minggu 37
- Kepala bayi turun ke ruang pelvik
- Bentuk bayi semakin membulat
- Kulitnya menjadi merah jambu
- Rambutnya tumbuh dengan lebat dan bertambah 5 cm
- Kuku terbentuk dengan sempurna
- Bayi sudah bisa melihat adanya cahaya diluar rahim
- Bayi sedang belajar untuk melakukan pernafasan walaupun pernafasannya masih dilakukan di dalam air.
- Berat badan bayi diminggu ini 2700-2800 gram, dengan tinggi 48-49 cm.
Minggu 38-40
Minggu ke 38 hingga minggu 40 : Proses pembentukan telah berakhir dan bayi siap dilahirkan.
Selengkapnya...

TOKSOPLASMOSIS

Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, yang telah diketahui dapat menyababkan cacat bawaan (kelainan congenital) pada bayi dan keguguran (abortus) pada ibu hamil. Infeksi toksoplasma dapat bersifat tunggal atau dalam kombinasi dengan infeksi lain dari golongan TORSH-KM.
Sumber penularannya adalah kotoran hewan berbulu, terutama kucing. Cara penularannya pada manusia melalui :
1. Makanan dan sayuran /buah-buahan yang tercemar kotoran hewan berbulu (kucing).
2. Makan daging setengah matang dari binatang yang terinfeksi
3. Melalui tranfusi darah atau transplantasi organ dari donor yang terinfeksi toksoplasma.
4. Secara congenital (bawaan) dari ibu ke bayinya apabila ibu hamil terinfeksi pada bulan-bulan pertama kehamilannya.
Toksoplasma pada ibu bumil dapat menyebabkan keguguran, lahir premature, lahir mati, lahir cacat atau infeksi toksoplasma bawaan. Bilamana ibu hamil terkena infeksi tokso-plasma maka resiko terjadinya toksoplasmosis bawaan pada bayi yang dinkandungnya berkisar antara 30-40%. Infeksi toksoplasma bawaan ini dapat mengakibatkan anak yang dilahirkan mengalami kerusakan mata, perkapuran otak dan keterbelakangan mental, namun seringkali gejala ini tidak terlihat pada bayi yang baru lahir (neonatus). Beberapa faktor yang mungkin berperan atas munculnya gejala adalah fungsi plasenta sebagai sawar (barier), status kekebalan (imunitas) ibu hamil, dan umur kehamilan ketika terjadinya infeksi pada ibu.

Gejala dan wujud klinis toksoplasmosis
Gejala yang timbul pada infeksi toksoplasma tidak khas, sehingga penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya telah terkena infeksi. Tetapi sekali terkena infeksi toksoplasma maka parasit ini akan menetap (persisten) dalam bentuk kista pada organ tubuh penderita selama siklus hidupnya. Gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening (limfe) dikenal sebagai limfadenopati, yang dapat disertai demam. Kelenjar limfe dileher adalah yang paling sering terserang. Gejala toksoplasmosis akut yang lain adalah demam, kaku leher, nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), ruam kulit, gidu (urticaria), hepatosplenomegali atau hepatitis.
Wujud klinis toksoplasmosis yang paling sering pada anak adalah infeksi retina (korioretinitis), biasanya akan timbul pada usia remaja atau dewasa. Pada anak, juling merupakan gejala awal dari korioretinitis. Bila macula terkena, maka penglihatan sen-tralnya akan terganggu.
Pada penderita dengan imunodefisiensi seperti penderita cacat imun, penderita kanker, penerima cangkok jaringan yang mendapat pengobatan imunosupresan, dapat timbul gejala ringan sampai berat susunan saraf pusat seperti ensefalopati, meningoense-falitis, atau lesi massa otak dan perubahan status mental, nyeri kepala, kelainan fokal serebral dan kejang-kejang, bahkan pada penderita AIDS seringkali mengakibatkan kematian.
Wujud klinis toksoplasmosis bawaan adalah kelainan neurologis : hidrosefalus, mikrose-falus, kejang,keterlambatan psikomotor, perkapuran (kalsifikasi) abnormal pada foto rontgenkepala. Selain itu tampak pula gangguan penglihatan : mikroftalmi, katarak, re-tinokoroiditis; juga gangguan pendengaran, dan kelainan sistemik: hepatosplenomegali, limfadenopati, dan demam yang tidak diketahui sebabnya.
Pemeriksaan
Diagnosis penyakit toksoplasmosis umumnya ditegakkan karena adanya kecenderu-ngan yang mengarah pada penyakit tersebut, antara lain adanya riwayat:

• Infertilitas, abortus, lahir mati, kelainan bawaan
• Memelihara binatang piraan berbulu, misalnya kucing
Pemeriksaan yang digunakan saat ini untuk mendiagnosis toksoplasmosis adalah pemeriksaan serologis, dengan memeriksa zat anti (antibodi) IgM Toxsoplasma gondii. Antibadi IgM dibentuk pada masa infeksi akut (5 hari setelah infeksi), titernya meningkat dengan cepat (180 sampai 1000 atau lebih) dan akan mereda dalam waktu relatif singkat (beberapa minggu atau bulan). Antibiodi IgGdibentuk lebih kemudian (1-2 minggu setelah infeksi), yang akan meningkat titernya dalam 6-8 minggu, kemudian menurun dan dapat bertahan dalam waktu cukup lama, berbulan-bulan bahkan lebih dari setahun. Oleh karena tu, temuan antibiotic IgG dianggap sebagai infeksi yang sudah lama, sedangkan adanya antibiotic IgM berarti infeksi yang baru atau pengaktifan infeksi lama (reaktivasi), dan berisio bayi terkena toksoplasmosis bawaan. Berapa tingginya kadar antibiotic tersebut untuk menyatakan seorang sudah terinfeksi toksoplasma sangatlah beragam, bergantung pada cara peneraanyang dipakai dan kendalai mutu dan batasan baku masing-masing laboratorium. Contoh yang didapat dikemukakan adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh dkk. (1998), yang menyatakan seorang ibu yang tergolong positif bilamana IU/ml atau IgM 0,5 IU/ml, sedangkan tergolong negative bilamana titer IgG < IgM < IU/ml
Tidak semua ibnu hamil yang terinfeksi toksoplasma akan menularkan toksoplasma bawaan pada bayinya. Bilamana dalam pemeriksaan ibu sebelum hamil menunjukan IgG positif terhadap toksoplasma, berarti ibu tersebut terinfeksi sudah lama, tetapi bukan berarti bahwa 100% bayinya akan bebas dari toksoplasma bawaan
Diagnosa toksoplasma bawaan pada bayi lebih sukar ditetapkan karena gejala klinis dari terinfeksi toksoplasma bawaan sangat beraneka ragam dan seringkali subklinis (tidak terlihat) pada neonatus. Oleh karena itu perlu dilakukan juga pemeriksaan serologis pada neonatus, terutama bilamana diketahui ibunya terinfeksi selam kehamilan. Antibiotic IgG dapat menembus plasenta, sedangkan antibiotic IgM tidak dapat menembus plasenta. Dengan demikian, apabila pada darag bayi ditemukan antibiotic IgG mungkin hanya merupakan pindahan (transfer) IgG ibu, dan lambat laun akan habis. Pada usia 2-3 bulan, bayi sudah dapat membentuk antibiotic IgG sendiri, bilamana bayi terinfeksi toksoplasma bawaan maka konsentrasi IgGnya akan mulai meningkat lagi setelah IgG yang diperoleh dari ibunya habis. Tetapi jika ditemukan antibody IgM, maka ini menunjukan infeksi nyata pada bayi (toksoplasmosis bawaan)
Pengobatan
Untuk mengendalikan infeksi yang persisten ini, umumnya diperlukan reaksi imun tubuh yang memadai (adekuat). Penderita toksoplasma dengan sistem imun yang normal tidak memerlukan pengobatan, kecuali ada gejala-gejala yang berat atau nerkelanjutan. Toksoplasma pada penderita imunodefisiensi harus diobtai karena dapat mengakibatkan kematian
Toksoplasma pada ibu hamil perlu diopbtai untuk menghindari toksoplasmosis bawaan pada bayi. Obat-obat yang dapat digunakan untuk ibu hamil adalah spiramisin 3 gram/hari yang terbagi dalam 3-4 dosis tanpa memandang umur kehamilan, atau bilamana mengharuskan maa dapat diberikan dalan bentuk kombinasi pirimetamin dan sulfadiazine setelah umur kahamilan diatas 16 minggu
Pada bayi yang menderita toksoplasma bawaan baik bergejala atau tidak, sebaiknya diberikan pengobatan untuk menghindari kelainan lanjutan.
Selengkapnya...

GUILLAIN BARRE SYNDROME(GBS)

Guillain Barre syndrome (GBS) adalah suatu sindroma klinis dari kelemahan akut ekstremitas tubuh, yang disebabkan oleh kelainan saraf tepid an bukan oleh penyakit sistemis. Penyakit ini merupakan suatu kelainan system kekebalan tubuh manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf tepi dirinya sendiri dengan karekterisasi berupa kelemahan atau arefleksia dari saraf motorik yang sifatnya progresif. Kelainan ini kadang-kadang juga menyerang saraf sensoris, otonom maupun susunan saraf pusat.
Sindrom guillain Barre (SGB) adalah sindrom klinis yang ditunjukkan oleh awitan akut dan dari gejala-gejala yang mengenai saraf perifer dan cranial. Proses penyakit mencakup demielinasi dan degenerasi selaput myelin dari saraf perifer dan cranial.

A. Etiologi
Etiologi SGB sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya dan masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa keadaan /penyakit yang mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya SGB, antara lain :
1. Infeksi
2. Vaksinasi
3. Pembedahan
4. Penyakit sistemik keganasan, sistemik lupus erythematosus, tiroiditis, penyakit Addison
5. Kehamilan atau dalam amsa nifas.


B. Patofisiologi
Prinsip-prinsip patofisiologi
Pada SGB, selaput myelin yang mengelilingi akson hilang. Selaput meilin cukup rentan terhadap cedera karena banyak agen dan kondisi, termasuk trauma fisik, hipoksemia, toksik kimia, insufisiensi vascular, dan reaksi imunologi. Demielinasi adalah respon umum dari jaringan saraf terhadap banyak kondisi yang merugikan ini.
Akson bermeilin mengkonduksi impuls saraf lebih cepat dibanding akson takbermielin. Sepanjang perjalanan serabut serabut bermielin terjadi gangguan dalam selaput (nodus ranvier) tempat kontak langsung antara membran sel akson dengan cairan ekstraseluler. Membran sangat permiabel pada nodus tersebut, sehingga konduksi menjadi baik. Gerakan ion-ion masuk dan keluar akson dapat terjadi dengan cepat hanya pada nodus Ranvier (Gbr.31-9), sehingga, impulsa saraf sepanjang serabut bermielin dapat melompat dari satu nodus ke nodus lain (konduksi saltatori) dengan cukup kuta. Kehilangan selaput myelin pada sindrom Guillain Barre membuat konduksi saltotari tidak mungkin terjadi, dan tranmisi impuls saraf dibatalkan.


C. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang timbul
1. Parestesia
2. Kelemahan otot kaki yang dapat berkembang ke ekstremitas atas, batang tubuh dan otot wajah.
3. Kelumpuhan
Manifestasi klinis utama adalah kelumpuhan otot-otot ekstremitas tipe lower motor neurone. Pada sebagian besar penderita kelumpuhan dimulai dari kedua ekstremitas bawah kemudian menyebar secara asenderen ke badan, anggota gerak atas dan saraf kranialis. Kadang-kadang juga bisa keempat anggota gerak dikenai secara serentak, kemudian menyebar ke badan dan saraf kranialis.
Kelumpuhan otot-otot ini simetris dan diikuti oleh hiporefleksia atau arefleksia. Biasanya derajat kelumpuhan otot-otot bagian progsimal lebih berat dari bagian distal, tapi dapat juga sama beratnya, atau bagian distal lebih berat dari bagian progsimal.
4. Gangguan Sensibilitas
Parestesi biasanya lebih jelas pada bagian distal ekstremitas, muka juga misa dikenai dengan distribusi sirkumoral. Defisit sensoris objektif biasanya minimal dan sering dengan distribusi seperti pola kaus kaki dan sarung tangan. Sensibilitas ekstroseptif lebih sering dikenal dari pada sensibilitas proprioseptif. Rasa nyeri otot sering ditemui seperti rasa nyeri setelah sutu aktifitas fisik.
5. Gangguang fungsi otonom
Gangguang fungsi otonom dijumpai pada 25% penderita SGB9. Gangguan tersebut berupa sinus takikardi atau lebih jarang sinus bradikardi, muka jadi merah (facial flushing), hipertensi atau hipotensi yang berfluktuasi, hilangnya keringat atau episodic profuse diaphoresis. Retensi urin atau inkontinensia urin jarang dijumpai. Gangguan otonom ini jarang yang menetap lebih dari satu atau dua minggu.
6. Kegagalan pernafasan
Kegagalan pernafasan merupakan komplikasi utama yang dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan baik. Kegagalan pernafasan ini merupakan disebabkan oleh paralisis diafragma dan kelumpuhan otot-otot pernafasan, yang dijumpai pada 10-33 persen penderita.
7. Papiledema
Kadang-kadang dijumpai papiledema, penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Diduga karena peninggian kadar protein dalam cairan otot yang menyebabkan penyumbatan villi arachoidales sehingga absorbs cairan otak berkurang.



D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Tujuan utama dapat merawat pasien dengan SGB adalah untuuk memberikan pemeliharaan fungsi sistem tubuh. Dengan cepat mengatasi krisis-krisis yang mengancam jiwa, mencegah infeksi dan komplikasi imobilitas, dan memberikan dukungan psikologis untuk pasien dan keluarga.
1. Dukungan pernafasan dan kardiovaskuler
Jika vaskulatur pernafasan terkena, maka mungkin dibutuhkan ventilasi mekanik. Mungkin perlu dilakukan trakeostomi jika pasien tidak dapat disapih dari ventilator dalam beberapa minggu. Gagal pernafasan harus diantisipasi sampai kemajuan gangguan merata, karena tidak jelas sejauh apa paralisis akan terjadi.
Jika sistem saraf otonom yang terkena, maka akan terjadi perubahan drastis dalam tekanan darah (hipotensi dan hipertensi) serta frekuensi jantung akan terjadi dan pasien harus dipantau dengan ketat. Pemantauan jantung akan memungkinkan disritmia teridentifikasi dan diobati dengan depat. Gangguan sistem saraf otonom dapat dipicu oleh Valsava maneuver, batuk, suksioning, dan perubahan posisi, sehingga aktivitas-aktivitas ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
2. Plasmaferesis
Plasmaferesis dapat digunakan baik untuk SGB maupun miastenia gravis untuk menyingkirkan antibodi yang membahayakan dari plasma. Plasma pasien dipisahkan secara selektif dari darah lengkap, dan bahan-bahan abnormal dibersihkan atau plasma diganti dengan yang normal atau dengan pengganti koloidal. Banyak pusat pelayanan kesehatan mulai melakukan penggantian plasma ini jika didapati keadaan pasien memburuk dan akan kemungkinan tidak akan dapat pulang kerumah dalam 2 minggu.
3. Penatalaksanaan nyeri
Penatalaksanaan nyeri dapat menjadi bagian dari perhatian pad pasien dengan SGB. Nyeri otot hebat biasanya menghilang sejalan dengan pulihnya kekuatan otot. Unit stimulasi listrik transkutan dapat berguna pada beberapa orang. Setelah itu nyeri merupakan hiperestetik. Beberapa obat dapat memberikan penyembuhan sementara. Nyeri biasanya memburuk antara pukul 10 malam dan 4 pagi, mencegah tidur, dan narkotik dapat saja digunakan secara bebas pada malam hari jika pasien tidak mengkompensasi secara marginal karena narkotik dapat meningkatkan gagal pernafasan. Dalam kasus ini, pasien biasanya diintubasi dan kemudian diberikan narkotik.
4. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat harus dipertahankan. Jika pasien tidak mampu untuk makan per oral, dapat dipasang selang peroral. Selang makan, bagaimana pun, dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit, jadi dibutuhkan pemantauan dengan cermat oleh dokter dan perawat.
5. Gangguan tidur
Gangguan tidur dapat menjadi masalah berat untuk pasien dengan gangguan ini,terutama karena nyeri tampak meningkat pada malam hari. Tindakan yang memberikan kenyamanan, analgesic dan kontrol lingkungan yang cermat (mis, mematikan lampu, memberikan suasana ruangan yang tenang) dapat membantu untuk meningkatkan tidur dan istirahat. Juga harus selalu diingat bahwa pasien yang mengalami paralise dan mungkin pada ventilasi mekanik dapat sangat ketakutan sendiri pada malam hari, karena ketakutan tidak mampu mendapat bantuan jika ia mendapat masalah. Harus disediakan cara atau lampu pemanggil sehingga pasien mengetahui bahwa ia dapat meminta bantuan. Membuat jadwal rutin pemeriksaan pasien juga dapat membantu mengatasi ketakutan.
6. Dukungan emosional
Ketakutan, keputusasaan, dan ketidakberdayaan semua dapat terlihat pada pasien dan keluarga sepanjang perjalanan terjadinya gangguan. Penjelasan yang teratur tentang intervensi dan kemajuan dapat sangat berguna. Pasien harus diperbolehkan untuk membuat keputusan sebanyak mungkin sepanjang perjalanan pemulihan.
Kadang pasien seperti sangat sulit untuk dirawat karena mereka membutuhkan banyak waktu perawat. Mereka dapat menggunakan bel pemanggil secara berlebihan jika merasa tidak aman. Perawat harus mempertimbangkan untuk membiarkan keluarga menghabiskan sebagian waktu lebih banyak bersama pasien. Dengan menyediakan perawat primer dapat memberikan pasien dan keluarga rasa aman, mengetahui bahwa ada seseorang yang dapat menjadi sumber informasi dengan konsisten. Pertemuan tim dengan pasien dan keluarga harus dilakukan secara.

E. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi
Gagal pernafasan
Komplikasi yang paling berat dari SGB dan miastenia gravis adalah gagal nafas. Melemahnya otot pernafasan membuat pasien dengan gangguan ini berisiko lebih tinggi terhadap hipoventilasi dan infeksi pernafasan berulang. Disfagia juga dapat timbul, mengarah pada respirasi. Mungkin terdapat komplikasi yang sama tentang imobilitas seperti yang terdapat pada korban stroke.
Penyimpangan Kardiovaskuler
Mungkin terjadi gangguan sistem saraf otonom pada pasien SGB yang dapat mengakibatkan disritmia jantung atau perubahan drastis yang mengancam kehidupan dalam tanda-tanda vital.
Komplikasi Plasmaferesis
Pasien dengan SGB atau miastenia gravis yang menerima plasmaferesi, berisiko terhadap potensial komplikasi karena prosedur tersebut. Infeksi mungkin terjadi pada tempat akses vaskuler. Hipovolemia dapat mengakibatkan hipotensi. Takikardia, pening, dan diaphoresis. Hipokalemia dan hipokalsemia dapat mengarah pada disritmia jantung. Pasien dapat mengalami sirkumolar temporer dan paresis ekstremitas distal, kedutan otot dan mual serta muntah yang berhubungan dengan pemberian plasma sitrat. Pengamatan dengan cermat pengkajian penting untuk mencegah masalah-masalah ini.
Selengkapnya...

ANEMIA DALAM KEHAMILAN

A. PENGERTIAN
Wanita hamil atau dalam masa nifas dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobinnya dibawah 10 gr/dl. ( Arief Masjoer, dkk, 2001 ).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobinny dibawah 11 gr % pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin 11 gr % pada trimester II. ( Saifudin, 2002 )

B. ETIOLOGI
Penyakit yang menyebabakan Anemia dalam kehamilan yang didapat : Anemia defisiensi besi, anemia akibat radang atau keganasan, anemia megaloblastik, anemia hemoliatik, anemia aplastik atau anemia hipoplastik, Yang diturunkan / hereditas :Talasemia, Hemoglobinpati, Anemia hemolitik ( Arief Mansjoer, dkk, 2001 )

C. KLASIFIKASI ANEMIA
Dari hasl pemerikasaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut :
- Hb 11 gr % : Tidak Anemia
- Hb 8 – 10 gr % : Anemia ringan
- Hb 7 – 8 gr % : Anemia sedang
- Hb < 7 gr % : Anemia berat

D. FREKUENSI ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Diseluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamialan cukup tinggi berkisar antara 10% sampai 20% karena defisiensi makanan memegang peranan penting dalam timbulnya anemia di negtara-negara yang sedang berkembang, dibandingkan dengan negara-negara yang sudah maju menurut penyelidikan Hoo Swi Tjiong frekuensi anemia dalam anemia kehamilan setingginya 18,5 psedonemia 57,9 gr% dan wanita hamil dengan Hb 12% atau lebih banyak 23,6 gr% : Hb rata-rata 12,43 gr% dalam trimester II dan 10,8gr% dalam trimester II. Hal itu disebabakan karena pengenceran darah menjadi makin nyata dengan lanjutnya umur kehamilan. Sehingga frekuensi anemia dalam kehamilan meningkat pula (Muchtar, 1998).


E. PENYEBAB ANEMI DALAM KEHAMILAN
Penyebab anemia dalam kehamilan pada umumnya antara lain :
a. Kurang gizi ( malnutrisi )
b. Kurang zat besidalam diet
c. Malabsorbsi
d. Kehilangan darah yang banyak : persalinan yang lalu, haid dan lain-Lain.
e. Penyakit – penyakit kronik : TBC, paru, cacing usu, malaria, dan lain- lain.

F. TANDA GEJALA ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Tanda gejala anemia dalam kehamilan antara lain :
a. Kurang darah
b. Letih
c. Lemah badan
d. Cepat lelah
e. Lunglai

G. PENGARUH ANEMIA ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Anemia dalam kehamilan kurang baik bagi ibu, baik dalm kehamilan memberi pengaruhnmaupun pada masa nifas dan masa selanjutnya. Berbagai penyakit timbul akibat anemia Seperti :
a. Abortus
b. Partus Prematurus
c. Partus Lama karena inersia uteri
d. Perdarahan post partum karena atonia uteri
e. Syok
f. Infeksi, baik intra partum maupun post partum
g. Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 gr% dapat menyebabkan dekompensasi kordis seperti yang telah dilaporkan oleh lie injo luan eng,dkk. (Muchtar, 1998).

H. PEMBAGIAN ANEMIA DALM KEHAMILAN
a) Anemia defisiensi besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya besi denagn makanan karena gangguan resepsi, pencernaan atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari badan misalnya perdarahan. Keperluan akan besi bertambah dalam kehamilan maka mudah terjadi anemi defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar.
b) Anemia Megaloblastik
Megaloblastik dalam kehamilan disebabakan karena defisiensi asam folik
c) Anemia Hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsunm tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan anemi hipoplastik dalam kehamilan.

d) Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabakan karena menghancurkan sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatanyyaa. (Sarwono,2006).

I. PENANGANAN
1. Pemeriksaan kadar Hb setiap tiga bulan untuk mengenal anemia sedini mumgkin.
2. Pemberian teblet Fe 200 mg
3. Dianjurkan makan makanan yang mengandung banyak protein dan sayuran hijau.
4. Dalam keadaan mendesak kadang-kadang perlu pemberian transfusi darah.
Selengkapnya...